Life with Akabane Family?

4.2K 386 22
                                    

"BERHENTILAH MEMAINKAN HAL TIDAK BERGUNA SEPERTI ITU!"

"Kau hanya akan membuang-buang waktumu saja."

"Sudah sangat bagus kau bisa masuk ke universitas itu. Jangan menyia-nyiakannya dengan menghabiskan waktumu di dalam kamar dan berada di depan komputer seperti itu."

"Aku tidak memiliki anak yang tidak berguna sepertimu."

"Kau bahkan terlambat untuk menyelesaikan kuliahmu karena hal ini bukan?"

Kau hanya diam. Menutup telinga dengan apa yang dikatakan oleh orang tua dan keluargamu. Kau selalu berpikir mereka sama sekali tidak mengerti dirimu, selalu menyalahkan dirimu atas apa yang kau kerjakan. Saat kau melakukan kesalahan sedikit saja, mereka akan menyalahkanmu dengan hobimu yang menurut mereka tidak biasa dan tidak berguna.

Tidak sesuai dengan umurmu.

Hanya akan mengekang masa depanmu. Atau yang lebih suka kau sebut dengan masa depan yang mereka inginkan untukmu.

Kau bahkan sudah berusaha untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Masuk ke unversitas yang mereka inginkan, dan menjadi apa yang mereka inginkan. Namun pada akhirnya, mereka berkata seolah mereka tidak memaksakan apa yang kau kerjakan selama ini.

Tidakkah mereka berpikir jika kau sudah berusaha? Mereka hanya menganggap kau adalah orang yang tidak berguna. Orang yang gagal.

"Bukankah dia aneh? Bahkan ia tidak mau bergaul dengan kita..."

"Ia yang mendapatkan nilai yang terendah? Aku tidak akan mungkin heran..."

"Karena berada di kelompokmu kami gagal dalam proyek itu!"

"Tidakkah kau berpikir untuk membuka dirimu pada orang lain?"

Lingkunganmu sama menyakitkan. Kau sekali lagi mencoba untuk menutup kedua telingamu mendengarkan cemoohan dari orang-orang tanpa mengerti. Mengerti apakah kau sudah berusaha sangat keras untuk memenuhi keinginan mereka atau tidak.

Mereka bahkan tidak tahu, bahwa kau masuk ke lingkungan ini bukanlah atas kemauanmu. Kau bahkan merasa gagal setelah berusaha untuk masuk dalam lingkungan itu. Bahkan sebelum orang-orang mencemoohmu sebagai seseorang yang gagal.

'Hentikan ini...'

Tidakkah mereka berpikir bahwa hobimu adalah untuk melarikanmu dari keinginan untuk mengakhiri hidupmu? Karena kau tahu apa yang ada di dalam pikiranmu saat ini—untuk mengakhiri hidupmu—adalah sesuatu yang tidak benar. Dan kau terlalu takut untuk melakukan itu.

'Aku mengerti dunia ini akan lebih baik tanpaku...'

'Bukankah kalian inginkan itu?'

'Lebih baik kalau aku mati saja bukan?'

Entah sudah berapa kali kau berpikir seperti itu, setiap hari. Setiap saat kau sendirian, berada didepan setir mobil yang kau kendarai. Bahkan kau tidak bisa berkonsentrasi dengan apa yang ada di depanmu. Hingga saat kau sadar, seseorang sudah berada di depanmu. Seorang anak kecil yang menyebrang, bukan karena kesalahannya. Karena kau yang tidak melihat lampu merah yang menyala saat itu.

Terlambat untuk menginjak rem. Dan satu-satunya yang bisa kau lakukan adalah membanting stir untuk menghindari tabrakan itu. Nahas, saat itu kau tidak tahu bahwa ada truk dengan pengemudi yang mengantuk.

BRAK!

Dan kecelakaan itu terjadi. Bahkan kau tidak ingat kapan kau tertabrak. Kau bahkan tidak ingat apakah kau sempat hidup saat itu ataukah kau meninggal begitu tumburan yang sempat membuatmu merasa sakit sejenak itu terjadi.

Duo TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang