scene 6

32.6K 2.3K 100
                                    

***Prilly POV***

Ali apaan deh pakai acara bilang gitu ke Alan. Udah tau anaknya satu ini nggak bisa buat dijanjikan sesuatu. Kalau Alan beneran minta adee. Aku bisa apa? Sepertinya suamiku lupa kalau aku tak mau memiliki anak lagi sebelum Alan dan Alin berusia 5 tahun.

Kuhembuskan nafasku sambil menatap langit" kamar dalam diam. Ku miringkan kepala sejenak untuk melihat kedua buah hatiku yang sudah masuk ke alam mimpinya. Senyumku terulas saat aku melihat puteri kecilku meletakkan tangannya di leher kakanya. Persis apa yang dilakukan Ali sebelum dia terlelap

Sejenak ku angkat kepalaku dan mencoba mendaratkan kecupan lembut dikening mereka secara bergantian. Selang berapa menit, kulirik jam yang sedari tadi berdetik.

"Jam 12 malam." Gumamku.

Baiklah ! Untuk kali ini aku akan memaafkan keisengan suamiku pada Alan. Perlahan aku turun dari ranjang. Dan berjalan pelan untuk melihat suamiku yang sedang tidur di ruang tamu.

Suasana ruangan yang temaram dari sinar bulan. Membuatku tak bisa sepenuhnya melihat wajah damai suamiku saat terlelap. Kubiarkan mata ini menikmati pahatan Tuhan di wajahnya. Setelah puas mengamatinya, dengan lembut kumajukan bibirku untuk mengecup bibirnya singkat.

"..eeng.."

Aku tersenyum saat mendengar suara lenguhannya. Kembali, aku mengukir senyum saat kulihat gaya tidur suamiku. Tak ubahnya seperti model yang tengah dibidik oleh kamera.

Kudekatkan lagi bibirku namun kali ini bukan untuk mengecupnya. Tapi aku ingin membangunkannya dengan kata cintaku.

"Sayang.. bangun." Ucapku berbisik ditelinganya.

Sekali lagi, dia hanya melenguh disertai gerakan yang membelakangi ku. Aku takkan menyerah begitu saja karena aku tahu. Suamiku tak tahan jika aku terus berbisik ditelinganya.

"Sayang, tidur di kamar ya?" Ucapku lagi sambil membelai lembut pipinya yang semakin hari tak mau kalah dengan pipi gembul Alan dan Alin.

Setelah sekian lama berusaha membangunkannya. Akhirnya dia membuka matanya. Pancaran rembulan yang masuk dan membias di ruangan ini membuatku semakin mengagumi ketampanan suamiku.
Dengan begitu lembut aku merapikan rambutnya yang sangat acak"n.

"Tidur di kamar, sayang." Aku terus memberikan kalimat2 yang sama padanya berulang kali.

Aku lihat, dia menatapku bingung. Aku yang sadar dengan pandangan suamiku. Terkikik geli sambil mencubit hidungnya.

"Kenapa mukanya ngegemesin gitu sih? Aku udah nggak marah lagi, sayang."

"Boong, buktinya?" Tanyanya.

"Yah, buktinya aku ngajak kamu tidur di kamar kan?"

"Gitu doang?"

"Memang kamu mintanya apa coba aku tanya?"

Bukan menjawab aku malah balik bertanya yang membuat Ali langsung bangun dan duduk menghadapku.

"Apa?" Tanyaku lagi saat Ali begitu lembut menangkup wajahku.

"Entahlah, sayang. Aku tak tau kenapa ingin sekali memiliki anak lagi."

Senyum simpul aku suguhkan sambil mengambil tangan suamiku dan menggenggam nya dengan erat.

"Iya, tapi nanti sayang. Tunggu Alan sama Alin besar dulu ya."

"Maaf?"

"Nggak papa, udah ayo ke kamar kasihan Alan sama Alin ditinggal lama2."

Saat aku beranjak dari dudukku. Tiba" saja aku merasa tangan Ali menarikku sampai aku jatuh terjungkal di dadanya.

"Yak ! Sakit." Rintihku sambil memukul dadanya.

Sayang.. Kita Ini Artis Season 2Where stories live. Discover now