Hi! Bye! - Pedagang Bunga?

1.8K 250 4
                                    

Pedagang Bunga?

***

Langkah kaki laki-laki ini mulai memasuki pelataran parkiran sekolah. Banyak mata yang penasaran ingin mengenalnya. Dia terlalu tampan untuk menjadi seorang murid baru.

Kini, langkahnya mulai memasuki koridor sekolah. Tangan kanannya sibuk memegang ponsel dan tangan kirinya sibuk memegang secarik kertas yang setengah basah.

"Ck! Mama ngerepotin banget sih" Mark menghela nafas, matanya dengan tajam meneliti secarik kertas yang berisi nomor ponsel sebuah toko bunga.

Kini, langkahnya yang tadi berjalan tiba-tiba berhenti saat sampai disebuah Taman. Ia melihat tulisan disamping taman.

'Taman Vikon'

'Keren juga nih sekolah' Mark tersenyum, melihat indahnya taman Vikon.

"Oke, fokus. Kalau gak, bisa-bisa kena marah Mama" Mark menghela nafas, matanya mulai meneliti kertas yang setengah basah itu.

Tulisan dikertas itu sedikit mengabur, membuat Mark bingung setengah mati. Mamanya tadi menyuruh Mark menelpon sebuah toko bunga yang sudah menjadi langganan selama satu minggu ini.

"Ini 3612 apa 3672?" Mark mendecak.

"Oh.. ini mah 3672. Ck! dasar Mark bego" Mark tersenyum kemenangan sembari mengotak-atik ponselnya, menaruh ponselnya ditelinga kanannya.

Nada tunggu pertama..
Nada tunggu kedua..
Nada tung-

"Hallo? mbak saya mau pesan bunga mawar putih dong, atas nama Alina. Alamatnya di Jln. Kenanga no 009" Ketika panggilan itu tersambung Mark langsung menyerobot, bahkan orang yang menjadi lawan bicaranya belum sempat mengatakan apa-apa.

Hening. Mark mengernyit.

"Hallo mbak?" Mark memperjelas suaranya.

"Lo pikir gue pedagang bunga!!"

Mark kaget seketika saat mendengar jawaban itu yang kelewat nyaring, apalagi sambungan telepon langsung terputus.

'Songong!' Mark menekan beberapa tombol, lalu menempelkannya lagi ke telinga.

"Mbak saya ini mau pesan bunga, kok malah dimatiin? gak sopan banget" Mark seperti biasa memulai percakapan.

"Gue bukan pedagang bunga!"

"Oh.. mbak udah dipecat ya? yaudah kalau gitu saya mau minta nomer pegawai lain dong mbak" Mark merogoh saku seragamnya dan mengambil sebuah pulpen. Bersiap untuk menulis.

"Udah berapa kali dibilangin kalau gue itu bukan pedagang bunga! budeg ya lo!!"

Kening Mark mengernyit, mendengar kalimat yang terakhir disebutkan oleh lawan bicara. Fine, Mark tidak bisa bersabar kali ini.

"Ck! dasar songong lo! makanya lo dipecat jadi pegawai bunga! mana mau tuh toko ngerjain lo, orang lo nya sombong banget, gak cocok lo jadi mantan pegawai toko bunga, lo cocok nya jadi pegawai toko peralatan makam! yaudah ce-" Makian Mark terhenti ketika ada seseorang yang menabrak Mark dari belakang, membuat ponsel yang berada ditangan kanannya, terlempar ketanah.

Mark membungkuk, memungut ponselnya. Menekan tombol diatas ponselnya. Oke, ponselnya tidak apa-apa buktinya Ia masih bisa menyala dan panggilan telpon tadi masih tersambung.

Mark membalikkan badan untuk melihat siapa penabraknya.

"Lo kalau jalan pake mata dong!" Ucap Mark tajam. Tetapi matanya tiba-tiba merasa familiar dengan wajah orang yang menabraknya.

Hi! Bye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang