01:00

137 31 22
                                    

___

01:00

___


Keindahan senja seperti memanggil-manggil Aera yang sedang bermalas-malasan di tempat tidur. Perlahan Aera bangkit dan berjalan ke arah balkon, tempat ternyaman menurut Aera. Ia membuka pintu balkon dan membiarkan angin sore masuk ke sela-sela kamarnya. Dilihatnya kamar seberang yang selalu gelap, menandakan sang pemilik belum juga datang. Memang sudah 7 bulan  ia tak pernah melihat cahaya dari kamar seberang, bahkan alunan indah gitar yang biasa didengarnya sudah digantikan dengan suara ranting pohon yang memanggil-manggil tuan rumahnya. Senyumnya mulai mengembang ketika melihat matahari kini ingin menghilang dengan perpisahan yang indah.

"Gajah dan Senja," kata seorang lelaki di rumah seberang sambil menatap Aera dan langit secara bergantian.

"Sialan lo," balas Aera. "Cantik banget ya senjanya, kayak gue?"

"Meninggal dengernya, btw lo mau makan malem ke luar gak?" tanya Mario sambil menaikan alisnya.. "Gue abis dapet uang bulanan nih. Kalo mau yang romantis juga gak apa-apa, kan lo jomblo, sekali-kali dinner sama cogan kayak gue."

"Iya cogan banget sampe gue pengen muntah. Mending kita ke mall terus main timezone," balas Aera.

"Friendzone?!" canda Mario.

"Lucu banget, tolong ke THT ya pak. Maksud gue timezone tai," jawab Aera sambil terkekeh.

"Maaf nyonya pendengaran saya memang agak terganggu. Oiya nyonya, jangan lupa dandan yang cantik ya jangan kayak monyet." Mendengar ejekan Mario, ia langsung memajukan bibirnya, menandakan kekesalannya. Sementara, Mario hanya tertawa melihat Aera.

.

Setelah berganti pakaian, Aera segera menuruni anak tangga. Dilihatnya Farrel sedang asyik menonton di ruang keluarga. Diam-diam ia berjalan tanpa suara. Tiba-tiba terlihat bayangan hitam dari belakang.

"Rapih banget, Mau nge-date lo? Gue kira lo jomblo seumur hidup." tanya Farrel. Farrel mengintip keluar jendela. Disana sudah ada Mario yang juga memakai pakaian rapih.

"Lo mau jalan sama Rio?Kemajuan apa ini? Yaudah jangan malem-malem ya pacarannya," goda Farrel. Aera hanya menunjukan giginya, lalu mencium tangan Farrel dan langsung berlari kecil keluar. Apa yang dikatakan Farrel benar, Mario sudah menunggunya di luar mobil. Aera segera menghampirinya.

"Wah monyet jadi cantik ya," goda Mario sambil terkekeh. Aera memutar bola mata kesalnya, lalu Mario tersenyum. "Ralat deh, lo cantik deh Ra."

"Alay lo, gue gak bakal kemakan omongan kuda nil. Btw lo yang nyetir? Lo belom 17 tahun anjir, nanti kalo ditilang gimana?" kata Aera berusaha menutup wajah merahnya.

"Adinda khawatir sama kakanda?" goda Mario.

"Nanti ditilang gue juga yang repot," kata Aera.  Mario memberi raut wajah sedih. "Lo bilang ' iya gue khawatir' kek, bikin orang bahagia kan dapet pahala."

"Iya deh, gue khawatir sama lo," kata Aera setengah bercanda, tapi anehnya pipinya perlahan memerah.

"Ah pipi lo bikin gue gak tahan. Sekali-kali blushing gitu dong jangan kayak preman terus. Kan ada manis-manisnya kayak le aquale," balas Mario.  "Gue gak bakal nyetir kok, Gue udah minta Pak Rian , nanti kalo gue nyetir lo teriak-teriak heboh terus nabrak lagi."

Tak lama kemudian, Rian yang ditunggu-tunggu datang. Mario langsung membukakan pintu mobil untuk Aera dan ikut masuk ke dalam mobil.

"Tumben lo baik, biasanya kayak kuda nil," ejek Aera.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mario(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang