ELEVEN - Sean PART

3.9K 124 15
                                    

Sean Santiago Lincoln

Gue menatap smartphone Edgar yang sedang berada digenggaman. Terlihat sesekali pergerakan dari sinyal GPS yang Edgar pasang pada handphone Vero. Kekhawatiran muncul secara perlahan dibenak gue. Kenapa tidak?

Setiap harinya Vero selalu menyusuri jalanan untuk menemukan kami yang dengan sengaja menghilang selama seminggu ini.

Sudah seminggu ini gue nemenin keluarga om Jacob untuk operasi Edgar di London. Gue sengaja gak ngabarin Vero agar dia tidak terus khawatir. Biarlah nanti jika Edgar sudah cukup sehat, gue bakalan kembali untuk menjadi teman curhatnya dan memberi tahu kabar Edgar padanya.

Hati ini sebenarnya miris melihat adek kesayangan gue kebingungan. Kedua orang tua gue sebenarnya tahu dimana gue berada, tapi gue sengaja nitip pesan agar tidak memberitahunya dulu.

"Sean, apa gak sebaiknya kamu pulang dulu sayang?" mami Eedgar menyadarkan lamunan gue

"saya tunggu Edgar baikan dulu baru pulang tante. Tante tenang saja, saya sudah menelepon mommy dan daddy." gue mencoba setenang mungkin menjawab agar mami Edgar tidak khawatir

"kamu sudah telepon Vero? Kasihan dia Sean, pasti dia kebingungan banget kita menghilang gini. Apa ini yang terbaik?" terdengar nada kecemasan dari ucapan mami Edgar

"tante tenang aja. Vero itu anaknya kuat banget"

"tante percaya kamu Sean. Yasudah, tante mau beli makanan dulu sama om. Titip Edgar ya?" mami Edgar melangkahkan kakinya keluar dari ruang perawatan

Setelah mami Edgar keluar dari ruang perawatan, ucapannya selalu terngiang ditelinga gue. Apa sudah waktunya memberitahu Vero?  Ada baiknya sekedar menanyakan kabar Vero.

tuttt..... tuttt..... tuttt.....

dek!!

aaaaaaaa...... (brakkkkkkk..)

dek kamu kena-

tuttttttttttttt..........

Sambungan telepon gue terputus gitu saja tanpa ada jawaban dan hanya terdengar suara teriakan histeris yang pasti berasal dari Vero.

Gue coba untuk menelepon ulang Vero, namun hanya suara operator yang menjawabnya.

Akhirnya gue memutuskan menelepon mommy.
Ada apa Tuhan? Kenapa perasaan gue gak enak gini

tuttt... tut..

hallo mom

hiksss sean..

Mom kenapa? kenapa mom nangis gitu?

Sayang. Adek kamu kecelakaan

APA!!!!!! Sean balik sekarang mom

tuttttttttttttt.......

Apalagi ini? belum selesai ujian dari sahabat gue, sekarang malah adek kesayangan gue yang kena musibah. Mau tidak mau gue harus balik ke Indonesia buat mastiin adek kesayangan gue.

Gue meninggalkan sticky note dimeja ruangan Edgar untuk memberitahu orang tua Edgar bahwa gue harus segera kembali untuk melihat keadaan Vero.

Skip

Gue masih setia berada disamping Vero yang terbaring di tempat tidur rumah sakit. Sudah 4 hari ini gue menemani tanpa meninggalkan Vero meskipun hanya untuk makan. Gue khawatir keadaan Vero yang masih dalam keadaan koma seperti saat ini.

Dokter mengatakan bahwa terjadi pendarahan dikepalanya, meskipun sudah dioperasi keadaan Vero tidak bisa langsung pulih tergantung dengan keadaan fisiknya. Akibat kecelakaan 5 hari lalu, Vero menghabiskan banyak kantong darah dan infus. Wajah putihnya kini menjadi pucat, senyum yang selalu menghiasi harinya kini berubah menjadi wajah tanpa ekspresi.

Sejak mommy memberitahu Vero kecelakaan, langsung gue pulang ke Indonesia dengan penerbangan yang ada pada saat itu.

Sesampainya di Indonesia langsung gue ke rumah sakit yang disebutkan mommy. Pada saat itu keadaan Vero masih kritis pasca operasi.

Badannya dipenuhi luka dan memar akibat pecahan kaca yang mengenai tubuhnya. Kalau masalah mobilnya, sudah pasti hancur total dibody bagian depan karena Vero ditabrak oleh mobil lain pada bagian depan sebelah pengemudi.

Hari ini badan gue terasa sangat gerah karena belum mandi sejak kemarin. Gue gak bisa ninggalin Vero sendirian meskipun hanya sekedar mandi jika tidak ada mommy dan daddy. Tapi sekarang ini badan gue sudah benar benar gerah dan akhirnya gue putuskan buat mandi sebentar. Mungkin Vero akan baik baik saja.

Usai mandi aku langsung duduk disebelah Vero. Saat gue nyentuh tangan Vero, entah itu imajinasi atau bukan tangan Vero bergerak meskipun perlahan. Gue yang panik langsung saja menekan tombol disamping Vero untuk memanggil dokter.

"bagaimana keadaan adek saya dok?"

"sementara ini keadaannya stabil, tapi belum ada tanda tanda pasien sadar."

"tapi saya kerasakan tangannya bergerak dok. Mana mungkin saya salah?"

"berdasarkan pemeriksaan saya belum ada pergerakan terhadap rangsangan yang saya berikan pak. Mungkin bapak kurang istirahat dan mengalami halusinasi akibat kelelahan. Saya sarankan bapak beristirahat. Baiklah saya permisi"

"terimakasih dok" mungkin benar kata dokter, gue terlalu kelelahan jagain Vero

Air mata gue mulai mengalir dipipi. Lelaki juga boleh menangis disaat seperti ini. Ini semua salah gue gak beri tahu semuanya dari awal. Gue sekarang hanyalah kakak bodoh yang tidak bisa berbuat apa apa untuk keselamatan adek gue sendiri.

IIIII

Lagu Charlie Puth tiada hentinya mengalun setiap hari diruang perawatan Vero. Gue sengaja putar lagu Charlie karena emang Vero suka banget. Dalam lagu tersebut menggambarkan seseorang yang rela menemani orang terkasihnya meskipun dia bukanlah orang hebat. Vero pernah cerita kalau dia berasa ada didalam lagu itu kalau ingat Edgar.

Hari ini sudah memasuki hari ke 8 Vero dirawat. Entah sampai kapan adik kesayangan gue tetap seperti ini, sedangkan 2 hari yang lalu gue ditelepon keluarga Edgar untuk memberi kabar bahwa Edgar sudah sadar dari komanya.

Rasanya tak tahan hati ini melihat Vero tetap seperti ini. "Vero, betah banget tidurnya? Gak kangen kakak ya? Kakak janji gak akan marah-marah lagi sama Vero".

Merasa belum ada pergerakan berarti dari fisik Vero, akhirnya gue memutuskan untuk ke kantin karena sudah waktunya makan siang dan lagi gue belum makan dari tadi pagi. Sebelum melangkahkan kaki keluar kamar Vero, tak lupa gue cium keningnya.

"kakak ke kantin sebentar ya dek. Jangan nakal!"

To Be Continued...

The Black Dream's (18+ Slow update)Where stories live. Discover now