tiga puluh enam

3.9K 661 238
                                    

"Knock, knock, knock," gue ngetuk pintu kamar mereka berempat trus ngomong gitu. Omong-omong, kemarin gue cuma jalan random doang sih sama Louis trus cuma di mobil doang. Gue rada bersyukur sebenernya, gue takut kalo muka gue keliatan di mana-mana. Kan, gue bisa mati.

Sekarang gue bareng Diana, Louis, Harry, Liam, dan Niall pada nge-plan mau ke London Eye. Today must be so fun.

"Mereka kok ga buka pintunya, sih," tanya Diana, mukanya ngadep ke gue.

Gue menggeleng. "Mana gue tau, coba aja lagi," ujar gue. "I swear to God, we are here for 5 minutes and you guys haven't open the door yet."

"YOU ARE NOT HERE FOR FIVE MINUTES, LIAR!" teriak seseorang dari dalam. Setelah beberapa detik, pintunya kebuka dan disitu ada Niall yang lagi ga pake baju.

WAIT, WHAT? Gue ngomong apa tadi? Gue lagi liat apa sekarang? Serius? Anjing gak sih. WOI ANJIR NIALL GA PAKE BAJU WOI ASTAGA GILA. Gue langsung gemeteran, his skin looks so pale and I'm truly, madly, deeply in love.

"What are you doing now? Staring at me like you haven't seen me shirtless? Come on, Avril," Niall membungkukan badannya trus bibirnya monyong-monyong. SUMPAH LUCU BANGET. "The others are having a bit argument, I guess."

"Why are you guys like that," tanya Diana, dia ketawa.

Niall ketawa, ngakak. "That's it. Those bitches never get a holy water to shut up."

Ini Niall kenapa, sih, ga pernah garing sumpah. Gue juga ikutan ketawa. "You're part of those bitches."

"Nope, I'm in the higher class," kata Niall. "Get in you two," Niall masuk ke dalam kamar hotel dan diikuti sama kita berdua.

Gue ngeliat ke arah sekitar, dan serius kamarnya berantakan banget. Di depan tv ada beberapa bungkus snack trus ada gitarnya Niall, ada beberapa sobekan kertas juga, banyak deh pokoknya. These guys I swear.

"Our room is such a mess, I know right," Niall ngomong lagi, dia jalan ke ruangan satunya. Mungkin itu kamar yang dia tempatin kali.

"NIALL IF YOU WANT TO OPEN THE DOOR, YOU NEED TO KNOCK FIRST."

Gue denger lagi suara teriakan, and I guess that's Liam. Sumpah, gue ga bakalan bisa berenti ngakak kalo udah ketemu sama mereka, sama seperti yang gue tonton waktu di video diaries yang mereka lucu banget bisa jadi moodboster.

"Anjir sumpah, Vril, mereka lebih ribut daripada anak kelas gue," kata Diana, dia jalan menuju sofa tempat di mana bekas bungkus-bungkus snack berserakan. "Ah, makasih sayang udah ngajakin gue ke London ketemu sama idola lo," Diana ngomong dengan dramatis dan akhirnya meluk gue dengan erat.

"Apaan sih," gue ngelepasin pelukan Diana, tapi akhirnya dia meluk gue lagi. "Lebay lo."

"Avril sayaaaang," Diana makin peluk gue dengan erat.

"Lepasin ga."

"Engga."

"Lesbi."

"Kalo aku lesbi, kamu mau ga sama aku?"

"Diana, get fucking off."

"You swear too much baby," Diana ketawa setelah itu. "Anjing, gue ga lesbi beneran. Jangan baper."

"Yang baper siapa, sih."

"Kali aja lu baper, gitu."

"Ge."

[1] fangirl ;; ltWhere stories live. Discover now