Philophobia Part 7 : Jungkook, Jimin, and Namjoon

3K 220 35
                                    

PART 7

Pria manis itu terlihat menyandarkan tubuhnya di kepala ranjangnya, menikmati siraman sinar sang rembulan ditemani gemerlap berkilau bintang-bintang kecil di sekitarnya dari celah gordyn nya yang terbuka. Sesekali helaan nafas ia bawa keluar, terdengar lirih, namun juga lelah.

Lelah, ia lelah. Sejujurnya ia sangat lelah menjalani hidup ini. Sejak awal ia memang tidak tahu alasan apa yang akan ia jadikan penyemangat hidup. Dulu, dia memiliki satu nama –Kim Taehyung-, nama sang Kakak lah yang membuatnya bertahan sampai detik ini. Mencoba membuat sang Hyung bahagia hidup bersamanya. Namun, kini.. ia seakan kehilangan alasan itu. Taehyung sudah bahagia, jelas. Dan, sepertinya kebahagiaan itu tidak berada padanya, melainkan seorang Pria tampan yang semula asing bagi mereka; Kim Seokjin.

Lalu, setelah alasan itu lenyap entah kemana, sekarang alasan apa lagi yang akan ia jadikan semangat untuk melanjutkan hidup melelahkan ini?

Orang tua? Oh, bahkan ia sama sekali tak bisa mengingat siapa nama mereka, atau dimana mereka tinggal sebelumnya. Dan, mengapa.. kedua orang tua kandungnya membuat dirinya diseret oleh kedua orang tua yang ia ketahui adalah Paman dan Bibinya ke sebuah Panti asuhan. Oh, semua itu masih menjadi sebuah misteri yang membuat kepalanya seakan hampir meledak. Namun, satu hal yang ia tahu pasti, Ayahnya adalah seorang 'Jeon'.

Lalu, cinta? Oh, untuk yang satu ini, ia bahkan masih takut untuk melafalkan setiap hurufnya dengan baik, tanpa terdengar getar dalam nada bicaranya. Cinta. Sesuatu yang membuatnya gelisah, takut, bahkan terasa tergelitik disaat yang bersamaan. Cinta.. huft, sepertinya hanya itu satu-satunya harapan yang ia punya. Dan, ia sudah memutuskan untuk menaruh harapannya pada seorang Aktor tampan bernama Park Jimin.

Park Jimin. huft, ia sendiri masih tidak yakin pada apa yang ia ucapkan siang tadi di padang rumput hijau itu. Namun, ia harus yakin. Ia harus mengatakan itu. Demi Taehyung yang sangat berharap pada kebahagiaan dan kisah cintanya. Demi masa lalu yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini, yang masih menjadi kisah gelap baginya. Dan, demi dirinya sendiri. Entah apa maksudnya pada kalimat terakhir itu. Namun, didalam hatinya, ia juga ingin menjalani hidup dengan normal, seperti orang kebanyakan. Menjalani kisah cinta yang manis, tanpa harus terhalangi rasa takut dan kegelisahan tanpa sebab. Hingga, akhirnya melabuhkan cinta untuk yang terakhir kalinya, dan berdiri anggun di sebuah altar suci bersama Kekasihnya. Oh, sejujurnya Jungkook ingin merasakan semua itu. Ingin merasakan sendiri kebahagiaan yang dirasakan Taehyung kala bertemu dan bersatu dengan Seokjin di altar suci, dengan tangan saling menggenggam erat, dan seiring janji suci terucap, kedua bibir mereka menyatu lembut, saling mengumbar cinta yang masing-masing miliki.

Dan, sekarang ia mulai ragu lagi. Ragu karena.. sudah memilih nama Park Jimin untuk menjadi penyembuh phobia konyol nya. Sungguh, pilihan hidupnya bagaikan Roussian Roullet. Ia bagaikan disudutkan pada dua pilihan yang kontras. Pertama, Jimin akan membantunya, menyembuhkannya, sehingga ia bisa kembali menjalani hidup dengan 'normal' –kata yang selalu diidamkannya-, dan bahkan ia bisa memilih Jimin sebagai tempat pertama dan terakhir hatinya berlabuh, dan mungkin mereka akan mengalami apa yang Taehyung dan Seokjin alami. Dan, yang kedua, Jimin akan menyakitinya, membuatnya semakin hancur berkeping. Hingga ia tidak tahu lagi harus melangkah kemana, karena semua jalan telah diputusnya, sampai akhirnya ia berakhir pada keputusan untuk mengakhiri hidupnya yang sudah jelas tak memiliki satu pengharapan apapun jua.

Jungkook membawa kedua tangannya untuk menutupi wajahnya, mengusapnya perlahan, hingga ia bawa tenggelam dalam celah lututnya.

'Park Jimin, kumohon bantu aku.' mohonnya lirih. Dan, semoga Park Jimin dapat mendengar permintaan bernada putus asa itu.

**

Mengernyit seraya menarik selimutnya lebih keatas, menutupi sekujur tubuhnya kala sinar mentari yang menyorot terlalu tajam. Oh, ia baru ingat bahwa semalaman ia lupa menutup kembali gordyn jendela kamarnya. Huh, untung saja tidak ada maling yang membobol rumahnya semalam.

Philophobia (JiKook / MinKook)Where stories live. Discover now