Ketiga

3.5K 295 5
                                    

Sudah satu minggu lebih terlewat sejak kematian Dio. Kelly sudah rela melepas Dio agar tenang di alam sana.

"Baal, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." Ucap Kelly dengan Iqbaal yang sedang mengurus perusahaannya. Siang ini, Kelly membawakan Iqbaal makan siang untuk Iqbaal sekaligus ia ingin membicarakan sesuatu yang sudah ia pikirkan dengan matang. Kelly mempersiapkan makanannya di atas meja yang dikelilingi beberapa sofa masih dalam ruangan Iqbaal.

"Ada apa?" Iqbaal beralih dari berkas berkas yang di atas meja dan duduk di sebelah Kelly. Iqbaal dapat melihat keraguan di wajah Kelly yang menatapnya.

"Aku-" Kelly menghela nafas, "Aku mau kembali menjadi detective!" Ucap Kelly dengan suara lirih dan menunduk. Iqbaal menghela nafas dan memijat pangkal hidungnya.

"Ini yang aku takutkan. Jika kau kembali menjadi deective hanya untuk balas dendam, lebih baik tidak usah!" Ucap Iqbaal dengan lembut. Selama ini, Iqbaal sudah berfikir bahwa Kelly akan membahayakan nyawanya sendiri untuk Dio. Entah itu balas dendam ataupun ada alasan lainnya.

"Bukan, Baal. Bukan balas dendam. Aku hanya ingin tau siapa yang melakukan ini kepada Dio. Dio bahkan belum bersekolah dan jarang keluar rumah. Siapa yang akan melakukan itu jika dia tidak mengenal Dio? Atau mungkin seseorang yang dendam dengan kita?" Kelly menatap Iqbaal yang mengerutkan keningnya.

"Hhh, baiklah. Tetapi aku akan ikut denganmu!" Iqbaal beranjak dan mencari sesuatu di laci meja kerjanya.

"Jika kau ikut, bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya Kelly yang menatap Iqbaal, seperti mencari sesuatu.

"Aku bisa serahkan sementara kepada Kiky atupun Aldi." Iqbaal kembali duduk di sebelah Kelly dan memberikan kertas kusam yang terpercik darah. Kelly menatap Iqbaal bingung tetapi tetap mengambil kertas itu.

"Apa ini?" Kelly membolak-balikkan kertas itu tanpa membuka lipatannya. Ia menatap Iqbaal yang kembali menghela nafasnya dan memberi kode untuk membuka kertasnya.

"Iqbaal! Mengapa kau baru memberikannya kepadaku?" Kelly menatap Iqbaal dengan tatapan kecewa sekaligus bertanya.

"Aku hanya tidak ingin-" Iqbaal menghela nafasnya dalam dan menatap mata Kelly dalam. "Tetapi ini sudah terjadi." Iqbaal mengalihkan pandangan matanya dan menunduk. Ia tidak bisa melihat kesedihan di mata sang istri terlebih itu karenanya.

"Baal..."

"Kelly, aku khawatir padamu! Apa kau tidak tau seberapa takutnya aku saat pertama kali tau kau seorang detective?" Iqbaal memegang bahu Kelly dan menatap mata sang istri. Kesedihan masih terasa di sana, tidak akan mudah melepaskan seseorang yang membuat mereka bersatu.

"Baal, bukankah saat itu kau mendukungku?" Tanya Kelly menatap kembali Iqbaal.

"Aku memang mendukungmu saat itu, karena itu adalah impian terbesarmu. Aku menjadi semakin takut karena alasanmu membahayakan dirimu dengan pekerjaan itu adalah aku!" Iqbaal tanpa sengaja meninggikan suaranya. "Maafkan aku!" Iqbaal membawa Kelly kedalam dekapannya dan mengelus rambut Kelly.

"Tak apa, Baal. Itu juga adalah salahku, selalu membuatmu khawatir." Kelly membalas pelukan Iqbaal dan membenamkan wajahnya di dada Iqbaal.

"Baiklah, kau akan mulai bekerja bersamaku dua hari lagi, tapi untuk sekarang mari kita makan!" Iqbaal melepaskan pelukannya dan tersenyum menatap Kelly. Ia tidak akan pernah kasar kepada wanita manapun, apalagi istrinya.

Infinite (Sequel Tuan Muda Iqbaal)Where stories live. Discover now