Cuatro

24 7 1
                                    

Kini aku sedang berada diantara buku buku yang tertumpuk. Akibat tertidur saat jam pelajaran, aku harus membersihkan dan merapihkan perpustakaan.

Bisa bisanya aku yang terkenal rajin oleh guru tertidur dikelas? Ini semua gara gara kemarin aku pulang sudah larut malam.

"Dihukum?"

Aku memegang jantungku. Berusaha menetralkan detaknya. Sial Afra membuatku kaget.

"Heem. Apa lo? Mau ngejek?" Sarkasku.

"Santai mbaknya. Mau gue bantuin gak?" Afra tersenyum. Senyum tulus yang diberikannya membuat kepalaku dengan spontan mengangguk.

Gak papa biar cepet selesai..

"Dikelas lo gak ada guru?" Tanya ku. Heran saja. Ini 'kan masih jam pelajaran kenapa dia berkeliaran.

"Iya. Gue juga disuruh bersihin perpustakaan gara gara engga ngumpulin PR," ucapnya santai.

Pergerakan ku terhenti seketika "berarti lo gak niat bantuin gue?" Tanyaku pelan.

"Hahahaha..."

Dan rasanya aku ingin mengumpat kasar saat mendengar tawanya.

"Tapi serius. Gue emang niat bantuin lo kok," ucapnya lagi.

Aku diam tak menjawab. Memilih untuk tetap merapihkan buku buku.

"Gue emang disuruh bersihin perpustakaan. Tapi niat gue kesini buat tidur. Masa bodo sama hukuman itu. Eh gue liat lo lagi bersih bersih. Jadi.. yaudah gue nawarin bantuan," jelasnya menoleh ke arah ku.

Aku masih diam. Jengkel rasanya sama laki laki seperti dia.

"Hei? Lo marah?" Tanyanya hati hati.

"Fania? Lo marah?"

"Fan?" Kali ini dia mengoyang goyangkan badanku.

Aku menghembuskan napas kasar.

"Apa sih?!" Ketusku.

"Jangan marah, oke?" Mohonnya.

"Iya engga," aku mengalah. Tidak tega juga melihatnya. Percaya lah gini gini juga aku punya hati.

Keadaan kembali hening. Aku jadi heran. Kenapa jika aku bersama dia, hanya berisik diawal saja. Setelahnya diam tanpa suara.

"Udah nih. Kantin aja yok," ajaknya.

Ingin ku menolak. Tapi perutku juga sangat lapar. Akhirnya aku mengangguk dan berjalan berdampingan bersama Afra.

"Kabarin Carla sana. Kalau udah istirahat suruh ke kantin," perintah Afra.

"Lo suka Carla?" Tanya ku penasaran.

"Hahaha.. ya engga 'lah. Nanti dia nyariin lo," jawabnya.

Ada benernya juga. Aku mengambil ponsel ku dari saku rok abu abuku. Dan memberi tahu Carla kalau sekarang aku ada dikantin.

"Udah?" Tanyanya saat aku kembali memasukan ponselku.

"Hmm.." gumamku.

"Lo kenapa bisa musuhan sama Carla?" Tanyaku.

Afra menggeleng "gak musuhan gue sama dia,"

"Carla bilangnya lo berdua musuhan dari SMP,"

"Carlanya aja yang ga pernah suka sama gue,"

Aku mengerinyit, membuat Afra tersenyum.

"Dari SMP Carla kalo ketemu gue bawaanya kayak pengen makan orang. Gue juga gak tau kenapa," Curhatnya "gue gak pernah anggap dia musuh. Tapi kayak yang lo bilang, Carla anggap gue musuh dari SMP," lanjutnya.

Afra terdiam "Ah gue ngomong apa sih? Tau ah!" Kesalnya. Lah? Gila.

Aku menggeleng melihat tingkahnya,

Aneh..

♡♡♡♡♡

Malam ini. Kedua teman ku yang salah satunya adalah sahabatku menginap di kediamanku.

Aku memperhatikan mereka satu persatu. Lalu mendengus. Apa apaan mereka ini. Berkumpul bukan untuk menghabiskan waktu bersama malah sibuk sendiri.

Biar aku kasih tau. Di meja belajar ku, ada Juli yang sedang menonton film dilaptop yang dia bawa. Lalu bergeser kesebelahku. Ghea yang dengan asiknya berbaring memainkan benda berbentuk persegi dengan sesekali teriak dan tersenyum.

Gila gak sih? Lalu aku? Aku hanya dia memperhatikan mereka tanpa tau harus melakukan apa.

Biasanya setiap weekend atau libur, kami akan menginap. Secara berganti ganti. Aku, Ghea dan Juli. Kami bertiga memang satu sekolah. Rumah aku dan Juli bersebalahan, dan kami bersaudara.

Sedangkan dengan Ghea hanya berteman, namun sudah sejak tk kami bersama. Rumah Ghea pun hanya berjarak beberapa meter saja dari rumahku dan rumah Juli.

Back to earth.

Aku jenuh jika terus terusan seperti ini. Tanpa segan ku lempar mereka dengan bantal. Membuat mereka meringis dan menatap ku tajam.

Oh, atut

"Apa sih lo? Ganggu aja!" Sinis Ghea. Sedangkan Juli sudah kembali larut dalam dunia khayalnya.

"Lagi lo pada sih. Sibuk sama sendiri sendiri!" Protesku membuat Ghea tertawa.

"Sini aja sih! Gue lagi liat video yang dikirim Tyo," ucap Ghea tanpa mengalihkan pandangannya.

"Gak seru. Mending gue ngestalkin anak gunung," tolakku membuat Ghea menoleh.

"Temen gue anak gunung,"

Aku tidak meresponnya. Ah Ghea suka bohong.

"Gak percaya lo? Sini makanya,"

Aku bergeser kearah Ghea. Dan melihat ponselnya yang menunjukan photo seorang laki laki berada diatas gunung.

"Temen lo?!" Tanyaku semangat.

"Iye. Gak percaya sih lo," ledeknya.

"Woahh! Gue gak mau tau. Kasih tau gue besok!" Titahku.

"Buka aja instagramnya. Lo liat deh video videonya. Keren, parah."

Aku mulai mencari akun instagram Arsyad. Laki laki teman Ghea yang notabennya adalah anak gunung.

Aku berdecak melihat salah satu vlognya. Ya Tuhan indahnya melihat bendera merah putih berkibar dipucak.

Fix! Aku harus mendekatinya!

♡♡♡♡♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang