01 : The First Comer

1.9K 164 20
                                    

Deru mesin mobil masih terdengar ketika seseorang di balik kemudi menghentikan kendaraan roda empat miliknya itu di depan sebuah pagar kayu yang menjulang dengan cukup tinggi. Di baliknya, terdapat sebuah bangunan luas tiga lantai yang akan ditempati oleh dua orang yang berada di dalam mobil itu selama satu tahun ke depan.

Yang duduk di kursi penumpang kemudian keluar dari dalam mobil untuk membukakan pagar agar mereka bisa segera masuk ke dalam. Kemudian, sang pengemudi pun kembali menjalankan mobilnya untuk segera parkir di lahan yang sudah disediakan.

Mereka berdua adalah Priscilla dan juga Owen, yang datang secara bersamaan karena permintaan dari orang tua masing-masing yang ingin keduanya bisa saling mengandalkan berhubung mereka berdua merupakan sepasang sepupu.

Priscilla langsung menghampiri Owen yang baru saja keluar dari dalam mobilnya setelah dia menutup kembali pagar yang tadi dibukanya. Lalu mereka berdua pun mulai menurunkan barang-barang bawaan masing-masing yang lumayan banyak dari dalam mobil.

"Lo di kamar mana tadi, Cil?" tanya Owen sesaat setelah dia menutup pintu bagasi.

Priscilla yang sudah lebih dulu selesai mengeluarkan semua bawaannya segera mengikuti Owen dari belakang yang mulai beranjak untuk segera masuk ke dalam asrama mereka. "A-02. Di lantai satu deh kalau gak salah?"

Owen mengangguk paham. "Iya, lantai satu buat cewek-cewek soalnya. Ayo dah gue anter dulu lo ke kamar lo."

Kini keduanya sudah berada di dalam gedung asrama yang cukup luas itu. Memang, ini bukan kali pertama mereka masuk ke dalamnya karena sebelumnya pun mereka sudah lebih dulu melihat-lihat seisi bangunan ini. Tetapi tetap saja, rasanya menegangkan. Terlebih ketika mereka berpikir kini mungkin ada beberapa orang lain yang sudah lebih dulu datang sebelum mereka.

Setelah berbelok ke arah lorong kamar di lantai bawah, nggak butuh waktu lama bagi Priscilla dan Owen untuk segera menemukan ruangan dengan plat A-02 di sisi pintunya. Prscilla baru saja hendak memasukkan kunci kamar ke dalam lubangnya sebelum Owen menghentikan gerakan tangannya.

"Temen sekamar lo udah dateng tuh, langsung ketuk aja," ucapnya mengingatkan.

Yang perempuan pun langsung ber-Oooh ria sebelum akhirnya menuruti perintah sepupu laki-laki satu-satunya ini; mengetuk pintu kamarnya sebanyak tiga kali.

Nggak butuh waktu lama bagi seseorang dari dalam kamar itu untuk segera membukakan pintu, kemudian muncullah sosok perempuan berambut hitam panjang dengan crop tee putih yang dipadukan dengan jaket serta celana denimnya dari dalam sana. For a glimpse second, both of them were fascinated by how stunning the girl is.

"Eh, halo! Gue ... aku tinggal di kamar ini juga," kata Priscilla sambil tersenyum malu karena dia nggak pandai dalam mengakrabkan diri dengan orang baru, terlebih ketika dia sadar perempuan yang akan menjadi teman sekamarnya itu sejak tadi hanya menunjukkan wajah datarnya.

Tetapi ketakutannya itu seketika hilang ketika perempuan itu tiba-tiba tersenyum, lalu dengan sigap segera mengambil barang-barang milik Priscilla untuk dibawanya ke dalam. "Halo! Lo pasti Priscilla, ya? Gue sempet liat di daftar nama tadi."

"Iya, bener. Panggilnya Cilla aja. Eh tapi maaf, gue belum tau nama lo siapa ya?" Kedua gadis itu masih mengobrol di depan kamar bersama dengan Owen yang sejak tadi hanya memperhatikan.

"Gue Saskia, salam kenal ya," ujarnya sembari mengulurkan tangan kanannya yang segera disambut oleh Cilla. "Kalian berdua ... dateng barengan?"

"Oh, iya!" seru Cilla yang seakan baru menyadari presensi sepupunya yang masih ada di sana. "Ini Owen, dia tinggal di sini juga. Sepupu gue anyway."

Yang dikenalkan langsung maju selangkah, mengulurkan tangannya ke arah Saskia guna memperkenalkan diri dengan lebih sesuai. "Owen. Gue tinggal di kamar atas."

"Oh, iya. Yang cowok kamarnya di atas ya," balas Saskia seraya menerima uluran tangan Owen. "Nice to meet you too anyway, Owen. Semoga kita semua bisa saling bantu ya selama tinggal di sini."

"Siap, pasti. Ya udah, kalau gitu gue ke atas dulu ya. Cil, kalau ada apa-apa jangan lupa bilang gue." Owen mulai beranjak untuk ke kamarnya sendiri yang berada di lantai dua.

"Iyaaa, Owen. Eh, itu mau dibantu bawainnya gak?"

"Gak usah, bisa sendiri kok gue. Lo langsung unpack bawaan lo aja sana."

Cilla dan Saskia masih memperhatikan Owen yang mulai menjauh dari kamar mereka selama beberapa saat sebelum akhirnya mereka pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.

Sementara di sisi lain, Owen yang baru saja hendak melangkahkan kakinya menaiki anak tangga itu tiba-tiba dikejutkan oleh suara berisik yang berasal dari arah luar. Ketika pandangannya masih fokus pada pintu masuk utama, saat itu juga pintu tersebut terbuka dengan lebar dan menampilkan tiga orang laki-laki yang masih mengobrol.

Kelihatannya mereka bertiga sudah mengenal satu sama lain sejak lama.

"Lu tuh udah gua bilang makanye kalo packing tuh yang bener!"

"Tau ye anjir, berasa rumah paling deket aja kali lu. Kalo udah ketinggalan gini lu kapan mau ngambilnya lagi?"

"Mana barang penting!"

"Temen lu tuh, Cad."

"Temen lu anjir!"

"Udah anjing lu berdua kalau gak mau ngakuin gue sebagai temen gak usah ribut mulu!"

Tanpa sadar, Owen sejak tadi hanya memandangi tiga laki-laki itu yang masih terdiam di depan pintu masuk. Kemudian yang terakhir bersuara tadi mulai beranjak dan menyadari kehadiran sosok lain yang tengah berdiri di anak tangga pertama menuju lantai dua.

"Eh, halo," sapa Owen kaku, membuat dua pria lainnya pun turut menyadari kehadirannya.

"Eh, halo, bro! Ayo dah naek dulu kita ke atas," ujar salah satu dari mereka yang tadi dipanggil 'Cad' oleh temannya yang lain itu.

Lalu, keempat laki-laki itu pun mulai menaiki anak tangga satu per satu sambil berusaha mengangkat barang bawaan masing-masing, diselingi oleh pertanyaan-pertanyaan yang keluar secara refleks guna mengetahui informasi mengenai satu sama lain secara lebih jauh.

"Nama lu siapa?" Pertanyaan itu ditujukan untuk Owen.

"Nicholas Owen, tapi panggil Owen aja," jawabnya santai. "Ini kalian bertiga udah kenal duluan ya?"

Yang satu terkekeh sebelum menjawab, "Udah bareng dari orok kita mah. Gue Theo btw, yang di belakang lo itu Irshad, kalo yang diem mulu itu namanya Samuel."

Irshad langsung menepuk pundak Owen sebagai tanda perkenalan dirinya sementara Samuel yang berada di tengah-tengah antara Irshad dan juga Theo hanya menyunggingkan satu senyum tipis. "Lo di kamar mana, Wen?"

"Ujung dah gue kayaknya. B-05," jawab Owen setelah dia akhirnya tiba di lantai dua, segera membantu Irshad mengangkat kopernya yang terlihat lebih besar daripada miliknya. "Kalian dimana?"

"Gua sama Theo sekamar, ini curut satu di B-02," ucap Irshad sambil menujuk ke arah Samuel dengan kepalanya ketika dia menyebutkan kata 'curut'.

"Baru lo sendiri yang dateng apa gimana ini?" tanya Samuel.

"Enggak. Tadi gue datang bareng sepupu gue, cewek. Dia di kamar dua di bawah, temen sekamarnya juga udah dateng."

"Widih, siapa tuh namanya?" tanya Theo iseng.

"Sepupu gue? Priscilla. Kalau temen sekamarnya tadi Saskia," jawab Owen santai sembari melanjutkan langkahnya menuju lorong kamar di lantai dua.

"Hah? Saskia?"

Owen berhenti sejenak untuk melihat ke arah Irshad yang tiba-tiba terkejut. "Iya, kenapa? Lo kenal?"

Irshad nggak jawab apapun, dia masih mematung di ujung tangga sementara Theo dan Samuel yang melihat tingkah temannya itu hanya mendengus entah karena alasan apa.

"Yang namanya Saskia gak cuma satu, bray."

× × ×

to be continued...

This Little StoryWhere stories live. Discover now