Aini Fatimatuz Zahra, seorang asisten apoteker yang bekerja disalah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Hidupnya biasa-biasa saja datar tak bermakna, namun hidupnya berubah, saat tiba-tiba harus dijodohkan dengan pria pilihan abinya.
Namun, saat ia...
Keesokan harinya, Aini dan Aira pergi ke kebun teh dengan setelan olahraga untuk berlari. Untuk urusan olahraga, Aira memang jagonya, padahal Aini baru berhenti selama beberapa detik untuk istirahat, tetapi Aira sudah tidak bisa terjangkau lagi dari pandaangan Aini.
"Kebiasaan deh, ninggalin kakaknya," Aini bermonolog, gadis itu memutuskan untuk berhenti berlari dan membuka tupperwarenya. Selesai meneguk air hingga tersisa setengahnya, Aini memutuskan untuk berjalan saja, ia melangkahkan kakinya ke arah sungai.
Sampai disungai Aini duduk di batu besar dan menenggelamkan kakinya di air. Rasanya sangat segar, kepenatan selama ia bekerja terasa menguap tat kala ia datang ke sini, Aini memejamkan matanya menghirup udara yang ada disini dengan sepuasnya.
Terdengar langkah kaki yang menuju ke arahnya, sontak Aini membuka matanya.
"Abang!" seru Aini melihat Arvi menceburkan kakinya ke dalam sungai dan berjalan ke arahnya. Pria itu malah tersenyum kemudian duduk diseberang Aini.
Aira : Awas ya bang, Ira pantau loh.
Arvi tersenyum melihat pesan dari Aira. Kemudian memasukan kembali handphone nya kedalam saku.
"Loh kamu mau kemana?" tanya Arvi saat Aini hendak bangkit dari duduknya.
"Temani abang Ai, sebentar saja."
Aini kembali mendudukan dirinya di atas batu.
"Kenapa kamu selalu menghindari abang? Abang ada salah sama kamu?" dengan cepat Aini menggelengkan kepalanya.
"Enggak bang, abang ga salah kok. Maafkan aku bang, aku masih canggung," jujur Aini.
"Tidak papa, abang ngerti. Makanya jangan pergi, Ai harus terbiasa sama abang, ya."
Aini menganggukan kepalanya sembari tersenyum, Arvi senang sekali karena Aini mau membuka diri untuknya. Walau dengan perlahan Arvi yakin, Aini juga akan membuka hati untuknya dan jua membalas perasaannya, ia hanya harus bersabar untuk itu.
"Kakak, abang, dicariin abi tuh!" teriak Aira dari jauh.
Aini dan Arvi kembali ke villa sembari berjalan bersisian.
***
Sebulan telah berlalu, baik Aini maupun Arvi sudah kembali ke aktivitas biasanya. Belum ada peningkatan dari hubungan mereka, namun seminggu ini Arvi lah yang selalu mengantar jemput Aini ke rumah sakit, tak jarang Arvi juga sering mengajak Aini makan siang bersama.
"Fa, ada bunga nih."
"Dari siapa, Fir?" tanya Aini dan Fira hanya mengedikan bahunya.
"Gak tahu Fa, dokter Arvi kali?"
"Sweet banget ya dokter Arvi, udah mah antar jemput tiap hari, baik, ganteng, pengertian, romantis lagi pake bawain bunga. Fa, aku heran deh sama kamu, kalau masih gak ada hati sampai sekarang." ucap Fira kemudian melenggang keluar dari apotek karena sekarang sudah jamnya pergantian shift.
Safira tahu akan perjodohan Aini dan Arvi, ia baru mengetahuinya setelah sering melihat Aini dan Arvi bersama, tak jarang juga dokter muda itu masuk ke dalam IFRS hanya untuk melihat Aini barang sebentar. Aini baru mengakuinya setelah Safira todong dengan berbagai macam pertanyaan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aini mengambil bunga yang diletakkan Ira diatas meja, kemudian mendekatkan bucket itu kehidungnya dan mencium aromanya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aini mengambil kartu ucapan yang terselip didalam bunga itu, kemudian ia membuka kartu itu dan membacanya.
Bunga cantik, untuk si penerima yang jauh lebih cantik.
From : who missed you so much
Aini bertanya-tanya siapa yang memberikan ia bunga, apakah Arvi?
Kalau Fira benar memang Arvi yang mengirimkannya, kenapa ia tidak memberikannya secara langsung? Padahal mereka bekerja dibawah atap yang sama, meski ruangan mereka berbeda.
Satu menit kemudian, Aini menerima sebuah pesan.
Abang
Hari ini abang gak bisa anterin kamu pulang, maaf ya, ada jadwal operasi soalnya.
Me
Enggak papa bang. Makasih bunganya.
Setah memberikan balasan pesan pada Arvi, Aini pun segera bersiap untuk pulang.
Aini berdiri didepan gerbang rumah sakit disamping pos satpam, sembari menunggu taksi pesanannya datang.
Saat taxi pesanannya datang, seorang pria malah menyuruh taxi itu kembali setelah memberikan beberapa lembar uang.
"Maaf pak, itu taxi pesanan saya, kenapa malah disuruh pulang?"
"Zain!" seru Aini saat pria itu menghadap ke arahnya.
"Bagaimana, suka tidak dengan bunganya?" tanya lelaki itu sembari menaikan alisnya.
Tbc
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.