MY LORD ETERNITY Part 3

11.2K 403 26
                                    

            Rose berhasil membujuk Grace agar menemaninya berjalan-jalan di halaman mansion. Mereka berdua berjalan menyusuri jalan setapak yang akan berakhir pada rumah kaca kesayangan Cherish. Rose sengaja mengaitkan sikunya dengan siku Grace dan terus berceloteh mengenai kegiatan persiapan pernikahannya dengan Lucien, sampai-sampai Grace tidak memiliki kesempatan untuk menyela ataupun memberi komentar pada setiap cerita Rose.

            “Kau tau, ternyata ada banyak hal yang harus dipersiapkan untuk acara pernikahan! Padahal aku dan Lucien hanya menginginkan upacara sederhana yang hanya dihadiri oleh keluarga saja. Akan tetapi, GrandPa bersikeras agar setiap anggota klan datang untuk mengikuti upacara pernikahanku!” celoteh Rose sambil melangkah dengan langkah panjang di sepanjang jalan setapak.

            Sesemakan yang merambat tinggi di sepanjang dinding menyembunyikan mereka dari siapapun yang berniat mengintip dari arah rumah. Meski begitu, dua orang pengawal sudah diperintahkan untuk mengikuti mereka dalam jarak aman dan tanpa kentara. Rose langsung tau karena ia memiliki insting yang tajam, akan tetapi tampaknya Grace tidak menyadarinya. Wanita itu tampak melamun sepanjang acara jalan-jalan singkat mereka itu. Rose tidak heran. Saat ini Grace pasti sangat banyak pikiran. Selain memikirkan keselamatan keluarganya, ia juga harus memikirkan kemungkinan siapa yang ingin mencelakainya.

            “Grace, kalau kau butuh teman bicara, kau bisa bicara denganku,” kata Rose.

            Grace menoleh ke arah Rose yang tampak tulus saat mengatakan hal tadi. Sedikit kernyitan menghiasi alis Grace, akan tetapi ia tidak mengatakan sesuatu yang ketus seperti biasanya. Ia hanya menatap ke kejauhan dengan tatapan menerawang. Ia tidak tau bagaimana harus merespon tawaran Rose. Selain Laylah, belum pernah ada orang yang menawarkan diri untuk mendengarkan keluh kesahnya. Sekarang ketika ada yang menawarkan diri secara sukarela seperti itu...

            “Apa hidup sebagai vampir sangat menyenangkan?” tanya Grace pelan.

            Rose yang sedang memetiki bunga-bunga kecil di rerumputan mendongak ke arah Grace. Ia memikirkan sejenak pertanyaan Grace sebelum kembali memetik bunga.

            “Sampai saat ini, aku sudah mengalami banyak hal. Baik itu hal menyenangkan, hal yang menegangkan, sampai hal yang membahayakan. Menurutku itu tidak jauh berbeda dengan manusia,” kata Rose. “Selalu ada suka dan duka kan?”

            “Bagaimana dengan keabadian?” tanya Grace.

            Rose kembali memikirkannya. “Awalnya kedua orangtuaku tidak mengetahui nasibku dan Cloud. Kami adalah dua dari sedikit vampir campuran yang memiliki darah manusia. Sudah berabad-abad lamanya tidak ada lagi vampir yang menjalin hubungan dengan manusia, sehingga tidak ada catatan mengenai tingkat keabadian kami,” kata Rose. “Akan tetapi, rupanya kami beruntung. GrandPa dulu juga menjalin hubungan dengan manusia sehingga menghasilkan keturunan separuh manusia dan separuh vampir. Yang rupanya darah vampir itu masih menurun pada ibuku.”

            Rose lalu menceritakan mengenai silsilah keluarga yang belum lama ini dijelaskan kepadanya. Ia juga menceritakan perbedaan usia asli dan usia fisiknya. Selama bercerita, Rose tetap melanjutkan kegiatannya memetik bunga liar. Ia melakukannya karena ingin agar Grace sedikit mengerti bahwa meskipun mereka berbeda, akan tetapi sebenarnya mereka tidaklah seberbeda itu.

            “Tapi kalian tetap hidup abadi,” kata Grace perlahan saat ia memetik setangkai mawar yang ditanam di sekitar sesemakan. Kelopak bunga mawar yang sudah sangat merekah itu berguguran di tangannya.

            “Mengapa kau membicarakan keabadian?” tanya Rose lembut.

            Grace membiarkan satu persatu kelopak bunga di tangannya berjatuhan ke tanah. “Bukan apa-apa...” sahutnya. “Hanya ingin membandingkan.”

MY LORD ETERNITYWhere stories live. Discover now