CHAPTER - 15

167K 14.8K 1K
                                    


Chanyeol menangkupkan kedua telapak tangan pada cangkir hangat hadapannya. Menyeduh teh dan mengecek ribuan komentar pada akun instagram miliknya merupakan aktivitas yang ia lakukan pagi ini. Semalam ia putuskan untuk tidak tidur di dorm karena menurutnya, meninggalkan Emma dalam kondisi buruk adalah tindakan yang tidak benar.

Ia bukan lelaki brengsek, tentu saja.

Sejak kecil ibu Chanyeol selalu menanamkan paham bahwa laki-laki harus melindungi perempuan dan tidak boleh sekali pun membuatnya menangis. Mungkin inilah yang membuat Chanyeol tumbuh dengan kepribadian seperti itu -kecuali sikapnya yang menyebalkan.

Kehamilan Emma terus menerus menempel di otaknya tanpa sedetikpun terlewat. Kejadian itu terjadi sebulan yang lalu, ketika Chanyeol meminum anggur yang ia kira sebagai hadiah ulang tahunnya namun ternyata berisi obat perangsang. Dan Chanyeol tentunya tidak pernah menyangka bahwa melakukan "itu" satu kali akan membuat seorang perempuan hamil.

Ia menghembuskan napas panjang. Besok ia harus berangkat ke Beijing, dan Emma belum tau sama sekali perihal ini.

Bunyi bel membangunkan Chanyeol dari lamunan, dengan segera ia bangit dari duduknya dan berjalan ke depan untuk membukakan pintu.

"Nuna?" Chanyeol mengangkat sebelah alisnya begitu pintu terbuka dan memperlihatkan sesosok wanita tinggi tengah berdiri di depan pintu sambil membawa bayi di gendongannya.

"Hei, aku tidak tau kalau kau ada di rumah," ujar wanita dengan ramah. Ia adalah Park Yoora, kakak perempuan Chanyeol.

"Ini hari minggu," Chanyeol mengangkat bahu lalu tersenyum simpul, "Ayo masuk, di luar dingin."

Chanyeol tertawa pelan ketika tangan kecil itu bergerak antusias dan berusaha mengapai dirinya, "Baiklah, baiklah. Paman Chanyeol akan menggendong Bomi." tepat saat Chanyeol membawa Bomi kecil ke ruang tengah, balita itu bergerak-gerak minta diturunkan.

"Aku tidak melihat Emma, di mana dia?" tanya Yoora setelah menjatuhkan dirinya di atas sofa.

Chanyeol menurunkan Bomi dan melepas jaket keponakan kecilnya itu, "Kurasa dia masih tidur."

Melihat Bomi berlarian di dapur dengan popok besar di bokongnya membuat sesuatu dalam diri Chanyeol bereaksi aneh. Ia tidak bisa menolak untuk tersenyum.

Kakak peremuan Chanyeol mengunjunginya pagi ini dengan membawa berbagai macam makanan. Park Yoora bekerja sebagai pembawa berita di salah satu stasiun televisi dan Chanyeol sebagai artis. Meskipun sama-sama muncul di layar kaca, keduanya jarang sekali bertemu karena kesibukan masing-masing.

"Ba ba bu pa na na na," ocehan Bomi yang baru berusia 1 tahun itu terdengar menggemaskan. Tingkahnya yang lucu -melempar boneka sapi ke lantai lalu melemparkannya lagi secara berulang tersebut menyita perhatian Chanyeol. Tiba-tiba sebuah pemikiran melintas di kepalanya. Apakah anaknya nanti akan selucu ini?






--








"Nuna, apa masa-masa kehamilanmu dulu sangat sulit?"

Yoora menganggukkan kepala, "Lumayan. Kenapa?"

"Aku...hanya penasaran."

"Trimester pertama adalah waktu yang paling sulit. Aku tidak bisa makan karena perutku terus saja mual dan emosiku juga tidak stabil sehingga membuatku sering menangis tanpa alasan. Tapi semua itu bukan apa-apa karena suamiku Jung Sin selalu di sampingku."

Chanyeol menunduk. Ia merasa bersalah karena harus meninggalkan Emma selama 3 minggu di rumah sendiri, "Apa yang harus ku lakukan?" gumam Chanyeol dengan suara pelan.Sialnya, Yoora termasuk wanita yang memiliki telinga dan intuisi yang tajam. Jadi wanita itu langsung mencium jika ada sesuatu tidak beres sedang terjadi di sini.

Married to Mr. ParkWhere stories live. Discover now