But almost is never enough
Robby berhasil menyanyikan lagu 'Almost is Never Enough' dengan sempurna. Penampilannya itu mengundang tepuk tangan yang meriah dari seluruh penjuru Kafe. Tak sedikit juga pengunjung yang memberikannya standing applause.
Robby membungkukkan setengah tubuhnya dan tegak kembali sebagai penutup penampilannya. Setelahnya, ia turun panggung. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling Kafe, dan matanya berhenti ketika melihat meja bernomor 21 sudah kosong.
Vio sudah pergi, meninggalkannya.
=====================================
Vio menusuk-nusuk makanannya dengan garpu asal. Makanan yang ada dihadapannya sekarang ini tidak terlihat menggugah selera. Padahal ini makanan kesukaannya.
Berbeda dengan Mario, ia mengunyah setiap makanannya dengan semangat. Sampai ia menoleh pada Vio yang sedang melamun sambil menusuk makanannya.
Mario berhenti mengunyah makanan yang ada di mulutnya lalu menelannya. Ia mengernyitkan dahinya, lalu menoleh ke arah Lea. Mario memberi tatapan bertanya pada Lea, yang ditanya hanya geleng-geleng dan mengangkat bahu. Mario menoleh lagi pada Vio, tidak biasanya Vio tidak bersemangat memakan makanan kesukaannya.
Mario mencoba menyentuh bahu Vio. "Vi, lo.. Kenapa?" Tanyanya ragu.
Vio sedikit terkejut, dan Mario berhasil membuyarkan lamunannya. Lalu ia menoleh pada Mario. "Eng-enggak, gue.. Gapapa." Ucapnya sedikit gugup namun tetap tersenyum.
"Lo gak bisa boongin gue, Vi." Mario tersenyum. "Kalo ada apa-apa, cerita sama gue." Mario menoleh pada Lea, Lea juga tersenyum, lalu menoleh lagi pada Vio. "Dan bunda."
"Iya, sayang. Bunda dan bang Mario selalu ada buat kamu. Kalau kamu ada apa-apa, kamu bisa cerita sama kita." Sahut Lea lembut.
Vio menoleh pada Lea, lalu Mario. "Iya nda, bang Iyo. Tapi, Vio gapapa kok."
"Yaudah kalau gitu, kamu lanjutin lagi ya, makannya. Habisin, kalau enggak, nanti makanannya nangis, loh." Canda Lea, sehingga berhasil membuat Vio terkekeh pelan begitu juga Mario.
Gue tau, pasti ada yang lo sembunyiin, Vi, batin Mario.
=====================================
Mario melihat-lihat contact di ponselnya. Ia terus men-scroll down sampai ia menemukan sebuah nama yang ingin ia hubungi. Tara.
Dengan cepat Mario menekan simbol hijau yang ada di layar ponselnya. Lalu ia menempelkan ponselnya ke telinga.
Mario mengetuk-ngetuk kakinya ke lantai. Ini yang ia benci, menunggu. Walau hanya jawaban telfon dari Tara, sahabat adiknya.
Ah! Telfonnya tersambung.
"Halo?" Terdengar suara Tara di ujung telfon.
"Halo, Tar. Ini gue, Mario."
"Iya, bang, gue tau."
Mario menaikkan sebelah alisnya. Darimana Tara tau? Ah, ia bodoh sekali, jelas-jelas ia menelfonnya menggunakan ponsel yang sudah pasti di ponsel Tara tertera caller ID miliknya.
"Bang? Lo masih disana kan?" Ucapan Tara membuyarkan lamunan Mario.
"E-eh, iya gue masih disini."
"Ada apa bang telfon gue?"
Mario berdehem. "Lo tau Vio kenapa?"
"Vio? Dia kenapa?" Tara malah balik bertanya.
VOUS LISEZ
Different [Completed]
Roman pour AdolescentsVio tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, barang satu detik pun, dia tidak pernah tahu. Termasuk siapa saja orang-orang yang akan datang dan pergi dalam kehidupannya. Vio tidak pernah menyangka bahwa orang yang selama ini pergi sel...
![Different [Completed]](https://img.wattpad.com/cover/72484920-64-k850871.jpg)