NC 11 (RePost)

4.2K 168 10
                                    

Kulirik ponselku yang berdering sejak tadi, namun tak ada niat sedikitpun untuk aku menerimanya setelah melihat nama yang tertera di layar.

Daffa kutu kupret.

Untuk apa dia menghubungiku? Toh sebelumnya dia juga pernah mengabaikanku. Dan kini giliran aku yang akan mengabaikannya.

Setelah beberapa jam yang lalu aku menangis sampai membuat dadaku sesak, kini perutku dilanda rasa lapar yang luar biasa, dan aku sedang tidak berminat memesan atau membeli makanan di luar. Kubuka lemari es yang sudah dua minggu lamanya tak terjamah, isinya sangat menyedihkan, hanya ada beberapa kaleng softdrink dan satu kotak besar susu suplemen yang biasa dikonsumsi Daffa. Dan malangnya lagi, Daffa sudah menyingkirkan semua mie instan yang dulu ku stok persediaannya di dapur, dia bilang mie instan tidak baik untuk pencernaan terutama bagi orang-orang yang memiliki penyakit maag sepertiku.

Kuremas perutku yang kini mulai kesakitan, ini memang sudah lewat jam makan malam dan kalau diingat-ingat tadi siang aku hanya makan seublak yang dibeli oleh Dian. Lagi-lagi aku bertindak ceroboh padahal keluargaku selalu mengingatkanku untuk makan secara teratur juga menghindari makanan pedas, termasuk dia yang kini masih terus menerorku dengan teleponnya.

Segera kuraih obat dalam tasku, biasanya rasa sakitnya akan sedikit berkurang setelah meminumnya. Namun sepuluh menit berlalu setelah meminumnya belum ada reaksi apapun, aku masih saja merasakan kesakitan, bahkan ini jauh lebih sakit dari yang sebelumnya.

Bagaimana ini?

Aku sudah tidak tahan lagi, rasa sakit di bagian perut atasku ditambah dengan suara deringan ponsel yang terus menerus semakin membuat kepalaku nyeri. Aku bahkan bisa merasakan benda disekelilingku berputar dan kakiku semakin lemah walau hanya untuk sekedar menahan bobot tubuhku.

Kepalaku menoleh ke arah pintu saat mendengar ada seseorang yang berhasil membuka kuncinya. Tentu saja aku merasa heran karena yang tahu password apartement ini hanyalah aku dan Daffa. Apa mungkin Daffa mengerjaiku lagi? Apa dia sebenarnya pulang malam ini? Tapi kenapa dia harus berbohong padaku dengan mengatakan tentang kepulangannya yang tertunda? Kalau dia pikir ini adalah surprise, maka dia salah besar. Lihat saja, dia pasti akan menerima balasannya nanti.

"Arghhhh..." Erangku kesakitan, sebelum akhirnya tubuhku meluruh ke lantai. Mataku menangkap pintu apartement terbuka tapi belum sempat melihat siapa yang datang, kedua mataku sudah tertutup sempurna.

***

Terkadang kita tak boleh menyepelekan penyakit yang kita derita, penyakit yang awalnya terlihat biasa bisa menjadi luar biasa ketika kita telat menyadarinya.

Aku tahu menyesal sama sekali tak ada gunanya, sejak dulu aku memang selalu bersikap tak peduli tentang riwayat penyakitku. Pola makanku yang memang sejak kecil kurang baik selalu menjadi perhatian seluruh keluargaku termasuk Bunda, tapi aku masih saja tak menghiraukan apa yang selalu mereka katakan. Bahkan penyakit maag yang sudah lama kuderita tak membuatku sadar akan pentingnya menjaga pola makan dengan teratur, sampai akhirnya dokter memvonisku menderita maag kronis.

Jatuh pingsan karena kelaparan, aneh memang tapi itulah yang terjadi padaku kemarin malam. Tapi yang menurutku paling aneh adalah kenapa aku bisa ada disini? Di kamar serba pink ini, yang tak lain adalah kamarku sendiri padahal aku masih berada di apartemen saat jatuh tak sadarkan diri.

Siapa yang membawaku kesini?

Pintu kamar terbuka dan muncullah sosok yang sudah dua minggu ini tak kutemui, berdiri tegap sambil membawa mangkuk yang bisa kutebak dari aromanya adalah bubur ayam dan segelas air putih. Jadi benar dugaanku kalau ternyata sebenarnya dia membohongiku mengenai kepulangannya. Tega sekali dia padaku.

Nayla CanggungWhere stories live. Discover now