Chapter 2

3.4K 292 17
                                    

Pagi yang mendung mengawali hari penghuni Hogwarts, dengan wajah memelas mereka memasuki kelas. Tampak jelas dipikiran mereka saat ini adalah tempat tidur yang hangat atau sofa empuk di dekat perapian yang menyala.

Bagaimana tidak, suhu pagi itu sangat dingin padahal belum turun salju.

"MALFOY...TAK BISAKAH KAU MANDI LEBIH CEPAT, AKU BISA TERLAMBAT!" suara Hermione menggelegar, digedornya pintu kamar mandi. Ini adalah hal kedua yang dibenci Hermione selain Draco Malfoy yaitu, kamar mandi yang hanya satu walaupun sangat luas, " jika kau belum juga keluar, pintu ini akan kuhancurkan!" ancamnya.

"Lakukan saja kalau kau mau!" Draco menyeringai saat tiba-tiba membuka pintu kamar mandi, tampaknya ritualnya terganggu oleh suara nyaring partnernya itu.

"Minggir!" ketus Hermione dan menarik Draco keluar.

"Hei...tanganmu mengotoriku!" umpat Draco seraya menepuk lengan baju mandinya.

Hermione hanya memutar bola matanya, mendengus sebal, dan membanting pintu sekeras mungkin. Bersyukurlah pintu itu terbuat dari kayu terbaik, jika tidak pasti sudah terlepas dari engselnya.

Pagi itu kelas transfigurasi diikuti oleh warga Gryffindor dan Slytherin. Seperti biasa ada aura ketidaksukaan pada masing-masing kubu.

"Sial, hampir saja aku terlambat!" umpat Hermione kesal.

Harry dan Ron yang duduk mengapitnya mengernyit ngeri, mereka tahu jika Hermione marah, akan sangat berbahaya.

"Apa yang terjadi, Mione?" tanya Harry ngeri.

"Dia melakukan ritual sihir kutukan di kamar mandi hingga aku harus menunggu satu jam lebih. Tak bisakah pagiku tenang tanpa orang seperti itu, huh?" omel Hermione. Sesekali ia melirik ke arah Draco yang tengah asik tertawa licik bersama teman-temannya.

Harry dan Ron yang sudah langsung mengerti siapa yang dimaksud oleh Hermione hanya terkikik geli dan langsung berhenti ketika si gadis mendelik angker pada mereka.

Hening, semua murid diam dan fokus pada pelajaran yang disampaikan Prof. Mcgonagall, Tentu saja, inilah keahliannya. Entah apa yang diperbuatnya segingga dia dapat membuat murid-murid yang mendengarkannya tetap fokus.

Tetapi mantra sang Proffesor tidak terlalu berhasil kali ini karena ada sepasang muridnya yang tampak gelisah. Sesekali melirik ke arah masing-masing dan berbalik saat tatapan sang coklat madu bertemu dengan sang abu-abu.

****

Hermione terus merutuk. Kenapa Draco Malfoy bisa begitu menyebalkan. Tingkahnya, senyumnya, tatapannya, semua yang ada padanya menyebalkan.
Ia terus saja merutuki kehadiran si tunggal Malfoy itu dan tanpa sadar sudah sampai di great hall. Ia sapukan pandangannya ke seluruh ruangan. Ketika melihat ke arah meja Gryffindor senyumnya mengembang. Ia duduk di depan kedua sahabatnya, Harry dan Ron. Hanya saat berada di great hall ia dapat berkumpul dengan mereka karena tugasnya sebagai ketua murid terlalu padat.

"Hei, Mione!" sapa Harry

Hermione tersenyum pada Harry dan mengernyit ketika matanya menangkap sosok Ron yang berusaha memasukan beberapa jenis makanan sekaligus ke dalam mulutnya.

"wakhu hehafaruan, Mhonn!" Ron bergumam tak jelas.

Sepertinya ia berusaha bilang kalau ia kelaparan.

"Mione, bagaimana hubunganmu dengan si pangeran Slytherin?" tanya Ginny dengan senyum jahilnya.

"Owh...kami berteman baik, Gin!" ejek Hermione kesal.

"DRAKKIE. . ." teriak seorang gadis berambut pirang pendek dengan suara cempreng. Bisa dipastikan, itu Pansy Parkinson, gadis penggoda.

Hermione meliriknya yang berlari ke meja Slytherin lalu bergelayut manja di lengan Draco Malfoy.

Takdir yang Menyebalkan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang