you can

3.2K 459 21
                                    

April 2017

Gue gak tau ini jam berapa, tapi gue denger suara Syira, dan gue yakin gue masih ada di Bandung, lagi meluk guling kosan gue yang gak seenak guling di rumah.

"Heh, Jeremy!! Bangun lo, cepetan minum susu mumpung masih anget."

Gila ya, mimpi jaman sekarang tuh. Berasa nyata banget lho. Masa suara Syira bisa sedeket itu kedengerannya.

Syira gak mungkin disini kan. Ya kali. Ngapain? Jauh banget kali dari rumah dia ke sini. Dan, masa iya dia bela-belain banget dateng kesini cuma buat bikinin susu? Sejak kapan Syira jadi nyokap gue?

Nyokap gue aja gak pernah bikinin gue susu anget. Yang bikinin pasti mbak Imah.

"Jeremyyyyy, susah banget sih dibangunin." Bersamaan dengan suara itu, ada tangan yang narik kerah belakang kaos gue sekuat tenaga sampe gue terpaksa jatoh dari kasur dan meringis kaget.

"Lagian sih, udah dibangunin baik-baik gak bangun juga. Salah sendiri."

Nggak, ini pasti mimpi. Gue pasti lagi kebawa sama mimpi sendiri.

Tapi kemudian suara Danish muncul, "... lo ngapain disini, Syir?"

"Bangunin Jae."

"Nggak, maksud gue, disini, di kosan kita."

"Oh... iya, bangunin Jae."

"... sendirian aja, Syir?"

"Pasti lo berharap gue sama Naya, tapi enggak, Nish. Gue sendirian. Demi si kebo ini."

Udah. Ini udah terlalu nyata buat jadi mimpi. Gue harus beraniin buka mata. Meski dalam posisi gue berbaring di lantai yang super dingin, dengan satu kaki yang masih nyangkut di kasur.

"Good morning, sunshine."

Ada mentari, mengucapkan selamat pagi, tepat di atas gue.

Maksudnya gue tiduran di lantai, dia berdiri. Gitu.

"Syira...?" Duh, suara gue jelek banget, pasti efek semalem, pasti gue nyanyi nggak jelas lagi pas mabuk sampe ketiduran. What a bad morning impression.

"Iya, Jeremy. Ini Syira. Sekarang bangun. Gue udah bikinin susu buat lo yang semalam hangover." Katanya sebelum kemudian narik gue bangun dan nuntun gue, yang masih gak percaya sama keberadaan dia, ke ruang tengah.

"Duduk." Katanya. Dan gue nurut. Gue langsung duduk di sofa. Dengan tiga pasang mata ngeliatin gue dengan jenaka seakan gue puppet doll or something—Surya udah cabut ke kampus kayaknya.

Syira langsung nyodorin gelas berisi susu putih segar ke gue dan senyum penuh arti.

"Minum sekarang."

Bukannya minum, gue malah meluk bantal dan mandang dia lekat-lekat. Masih gak percaya kalau dia beneran dateng ke kosan gue. Menempuh ratusan kilometer. Dan... sendirian?

"Jeremy, gue rasa gue nggak semenarik itu buat diliatin lekat-lekat."

"Lo nyata nggak sih?" Kata gue dengan bodohnya sambil ngecek kakinya napak tanah atau nggak. Kata temen gue, itu buat ngecek dia beneran orang atau bukan.

"Ih... lama banget ya lo masa transisinya."

"Transisi apaan?"

"Transisi dari tidur ke bangun."

"Abisnya... elo disini sih. Kan gue bingung jadinya, ini lanjutan mimpi gue atau beneran?"

"You dreamt of me?" Dia senyum jahil, dan gue cuma bisa ngangguk. "Now it's really me. Minum susu lo buruan."

for: sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang