33

1.2K 189 18
                                    

Chapter 33:
Please, Wake Up

Harry tak pernah mengerti, apa salahnya dan kenapa semua ini terjadi padanya. Saat dia terbangun, dia sudah mendapati dirinya berada di kamar tamu kediaman Swift, dengan tubuh yang penuh keringat dan nafas yang berderu cepat.

Belum lama Harry bangun, pintu kamarnya terbuka. Jason memasuki kamar, dengan satu alis terangkat. "Hei, tumben sekali kau bangun, sebelum aku membangunkanmu." Jason menutup pintu di belakangnya dan berjalan mendekati ranjang.

"Pesawat kita berangkat pukul 9 malam. Mau kubantu bersiap?" Tanya Jason yang langsung membuat Harry mengangkat satu alisnya.

"Pesawat? Bersiap?" Harry bertanya bingung.

Jason memutar bola matanya. "Tentu saja. Bukankah sudah kukatakan seharu sebelumnya jika kita akan kembali ke London? Yang kudengar, kau akan segera menyelesaikan skripsimu dan aku juga harus mengikuti kelas."

"Tapi kenapa..." Harry tak melanjutkan ucapannya, dia sendiri bingung harus beralasan apa kepada Jason. Harry ingin tinggal lebih lama, tapi atas dasar apa? Memangnya siapa Harry? Kenapa dia harus bertahan?

Harry menggelengkan kepala. "Aku akan bersiap secepatnya. Bertemu denganmu saat makan malam nanti?"

Jason mengangguk. "Baiklah. Tapi Ibuku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Bukankah kau belum makan sejak kemarin?"

Harry terdiam. Dia bahkan tak mengingat, apa yang dilakukannya kemarin. Harry hanya bangun tidur karena suara Olivia dan...menyelinap memasuki kamar Taylor untuk mengucapkan sepatah kata pada gadis itu, sebelum akhirnya kembali ke dunia mimpi.

Taylor. Bagaimana keadaan gadis itu?

"Apa ada tanda-tanda jika...jika Taylor membaik?" Harry bertanya ragu-ragu dan Jason memicingkan mata sebelum menghela nafas.

Dengan nada lembut, Jason berkata, "Harry, Taylor bukan gadis cantik yang suka mengenakan pakaian sangat seksi untuk menarik perhatian pria. Kupikir, dia bukan sam--,"

"Aku tak bicara tentang gadis seksi atau apapun yang ada di pikiranmu. Aku menanyakan keadaan Taylor. Hanya keadaannya. Apa dia sudah menunjukkan tanda-tanda positif atau..." Harry bahkan tak melanjutkan kata-katanya.

Jason memejamkan mata. "Jangan heran. Kami sudah terbiasa menunggunya, memberi tanda-tanda jika dia membaik. Tapi tak pernah ada tanda-tanda berarti."

"Apa kalian tak mengupayakan dokter lain untuk menanganinya? Maksudku, aku sangat yakin, dia akan sadar." Harry berujar serius, penuh keyakinan.

"Sudah. Ayahku sampai mencari dan menghubungi semua dokter terbaik di dunia, tapi tak bisa. Kakakku sama sekali tak menunjukkan perubahan yang signifikan."

Harry menundukkan kepala, kecewa. Pemuda itu memejamkan mata dan dengan lirih berkata, "Aku akan bersiap. Tak keberatan untuk meninggalkanku?"

Jason mengangguk lemah sebelum berjalan meninggalkan kamar Harry, meninggalkan Harry sendiri dengan perasaan aneh yang tak kunjung lenyap dari hatinya.

*****

Tak butuh waktu lama untuk Harry bersiap. Tak sampai setengah jam, Harry sudah memastikan jika barang-barangnya telah masuk ke dalam koper kecil yang dibawanya. Lagipula, Harry hanya menginap selama 3 hari, tidak lebih.

A.M.Where stories live. Discover now