13

6.3K 544 44
                                    

Yoongi terbangun dari tidurnya, ia bergerak ke samping, berharap ada seseorang di sana yang tersenyum ceria dan menciumnya saat ia terbangun. Tapi ! Nihil. Tempat itu kosong.

Ia berdiri, berjalan ke arah cermin lalu tersenyum miris melihat keadaannya. Kacau hanya itu yang dapat di deskripsikan. Mata yang sembab, kantung hitam yang kentara, rambut kusut dan hidung memerah karena menangis semalaman. Ralat, bukan semalaman, tapi setiap malam, ia selalu menangis. Bahkan setiap hari.

Berita itu sudah tersebar, di koran, majalah, bahkan berita di TV, berita kematian Jimin. Yoongi merasa hidupnya tidak berharga, ia sudah kehilangan Jimin. Apa ia sanggup hidup tanpa Jimin ? Ini sudah hampir satu tahun kematian Jimin di kabarkan. Tapi Yoongi masih saja sedih dan kacau sampai sekarang.

"Lihat ! Kau puas melihatku seperti ini Jim ? Apa kau senang ? Huh !" ucap Yoongi sambil melihat foto besar di kamarnya. Foto saat Jimin memeluk perut Yoongi dari belakang di sebuah mall. Yoongi ingat foto itu Hoseok yang mengambil.

Yoongi mengusap air matanya kasar. Ia berjalan ke arah kamar mandi, berendam air dingin sepertinya menenangkan !

Yoongi melepas pakaiannya di kamar mandi dan segera merendam tubuhnya. Ia merasa air dingin begitu segar untuk ukuran orang kacau sepertinya.

Yoongi merapikan pakaiannya, ia ingin ke taman. Taman dekat apartementnya yang dulu. Tempat pertama kalinya ia bertemu Jimin. Air mata keluar begitu saja, membuat aliran sungai kecil di pipi mulusnya. Segera ia menghapusnya kasar. "Aku tidak akan menangis, aku sudah sangat sering menangis, kau tidak akan tenang kalau aku menangis lagi sekarang."

Yoongi melangkahkan kakinya keluar kamar, ia merasa bersalah pada semua orang yang ingin menemui nya beberapa hari ini. Ia bahkan mengabaikan orangtua nya dan orang tua Jimin, dan mengurung diri di kamar tanpa makan dan tanpa minum.

Bibi Hani melihat Yoongi keluar dari kamar tampak terharu dan segera berlari menuju Yoongi.

"Tuan, anda sudah mau keluar kamar ? Apa anda ingin makan ?" tanya bibi Hani.

Yoongi tersenyum hambar dan terkesan senyuman kosong, lalu menggeleng pelan. "Tidak ! Aku mau keluar sebentar, mencri udara segar."

"Baiklah, tapi tuan ! Kenapa anda membuat semua orang khawatir beberapa hari dengan mengurung diri di kamar ?"

"Tidak apa-apa ! Aku hanya ingin sendiri saja." bibi Hani mengangguk mengerti, lalu Yoongi segera berlalu ingin segera ke taman itu, dan tidak lupa ia membawa boneka kumamon pemberian Jimin.
.
.
.
.
.
.

Yoongi beruntung, ia mendapat tempat duduk di sebelah pohon, tempat duduk yang sering ia gunakan bersama Jimin dulu. Ia tersenyum kecil, mengingat dulu pertama kali Jimin bertemu dengannya dan menganggapnya malaikat, saat pertama kali Jimin menciumnya. Banyak hal yang terjadi di sini. Kenangat itu begitu indah, tapi juga menyesakkan di saat bersamaan. Mengingat sekarang Jimin sudah pergi untuk selamanya dan meninggalkan ia sendirian dengan semua kenangan.

Yoongi melamun terlalu lama, hingga tidak menyadari ada seseorang telah berdiri di depannya.

"Ehem..!"

Yoongi tersentak, lalu menghadap ke depan. Terlihatlah sosok tinggi, tampan, dan berseragam polisi berdiri di depannya.

"Namjoon ?"

"Kau dari tadi melamun, dan matamu berkaca-kaca hyung ?"

Yoongi mengusap matanya pelan lalu tersenyum paksa. "Tidak ! Aku hanya kelilipan tadi !" bohong Yoongi. "Oh, kenapa kau ke sini ? Dimana Seokjin hyung ?"

"Seokjin hyung sedang istirahat di rumah karena kehamilan keduanya."

"Mwo ! Dia hamil dan tidak mengabariku ? Jahat sekali sih kalian ?"

Naughty Kiss (MinYoon / YoonMin)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin