SURAT UNTUKMU

226 6 1
                                    

Happy readingg guyss.  .

Pukul dua pagi, sudah pasti dokter-dokter pribadi yang selalu mengecek keadaanku. Terkadang mereka sangat lama saat pengecekkan bahkan terkadang sangat cepat.

Dapat kurasakan benda dingin mendarat di dadaku serta tangan kasar dokter yang membuka matakudan langsung menyinarinya dengan senter.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya salah seorang dokter yang memiliki suara berat.

"Tak ada peningkatan. Masih sama seperti kemarin. Bahkan dari pengecekkan dua hari yang lalu menyatakan daya tahan tubuhnya menurun, nutrisi dari infus yang kita berikan tidak cukup untuk menahan daya tahan tubuhnya. Bahkan obat penenang, penahan rasa sakit, dan penangkal virusnya semakin tidak berfungsi." Jelas dokter lain yang memiliki suara lebih lembut panjang lebar.

"Jadi kita tak ada jalan lain selain tetap memberikannya obat seperti biasa sampai ia terbangun dari komanya. Atau... kita dapat menunggu sampai saatnya tiba."

Aku tak dapat membendung air mataini lagi saat kedua dokter itu menjelaskan tentang virus yang tengah menjalari tubuhku ini.

Disini, di alam bawah sadar ini, langit menjadi hitam pekat, hujan rintik-rintik mulai membasahi tanah dan tanaman yang tumbuh dengan subur. Aku mulai memaksakan diriku untuk berteriak, namun tak ada suara yang keluar, aku mencoba untuk berlari, namun kakiku tertahan begitu saja.

Tuhan, ada apa ini?Selama obrolan para dokter berlangsung, aku terus mencoba menggerakan seluruh anggota tubuhku. Dan dapat kurasakan jari jemariku yang kaku mulai bergerak perlahan. Mataku perlahan mulai terbuka. Dokter yang berada di dekatku mulai mendekat memeriksa keadaanku dan memanggil beberapa perawat yang bertugas malam itu. Dan dokter yang satunya mulai bertanya kepadaku dengan lembut namun tegas.

" prilly kamu tersadar? Apa kamu mendengar kami? Apa kamu  merasakan sakit?" Tanya dokter bersuara lembut sembari memeriksa keadaanku.

"Tidak, hanya sedikit pusing dan kaku di seluruh tubuhku. Apa aku baik-baik saja dok?" Tanyaku perlahan dengan bibir yang masih kaku.

"Ya kau baik-baik saja. Serahkan pada kami, kami akan menjagamu dengan baik." Balas dokter itu dengan tersenyum untuk meyakinkanku.

"Tapi, apa semua dokter selalu berbohong seperti ini?" tanyaku

"Apa maksudmu?" tanya dokter

"Aku mendengar semua percakapan dan diagnosis yang kau berikan. Apa yang kau katakan tadi itu benar dok?" Tanyaku lirih.

Dokter itu menghela nafas berat.

"Maafkan kami prilly . Tapi itu bukan diagnosis yang 100% benar, kau masih memiliki harapan untuk kembali hidup dan sehat seperti dulu. Buktinya sekarang kau bisa bangun dari komamu ini." Ucap dokter bersuara berat.

"Berapa persen kemungkinan itu?" Tanyaku dengan suara yang lebih mantap.

Tak ada balasan dari kedua dokter dan semua perawat yang ada di kamarku, mereka hanya saling bertukar pandang dengan tatapan ragu.

"Benar kan, tidak ada harapan. Kalian tidak bisa menjawabnya." Seluruh badanku mulai bergetar karena menahan air mata yang sedari tadi memaksa ingin keluar.

"Kami akan menghubungi keluargamu." Ucap dokter bersuara lembut

"Tunggu." Aku menghentikan langkah para dokter dan perawat yang hendak keluar.

"Aku tidak tahu ini tindakan yang benar atau tidak, namun, jangan beritahu mama atau teman serta kerabatku yang lain akan kepulihan sementaraku ini." Jelasku dengan nada suara lirih hampir tak terdengar.

Surat UntukmuOnde histórias criam vida. Descubra agora