Thanks For~

2.8K 219 21
                                    

★★★★★★★★★★★
*** Author POV ***

"A-AAYAH?!!"

Luhan hampir menjerit ketika melihat sosok di depannya saat ini. Ia kaget sekaligus bingung. "Apakah ini mimpi?"  pikir Luhan singkat.

"Luhan, jadi dia ayahmu?!" Seseorang yang masih berada di samping Luhan saat ini ikut terkejut seraya menunjuk pria paruh baya yang dipanggil 'Ayah' tadi oleh Luhan.

"Iya Lay, dia a-ayahku." jawab Luhan seraya menoleh kepada sahabatnya.

"Benarkah?! Bagaimana bisa?!" Lay masih terkejut. Pasalnya ia tau sedikit tentang masa lalu Luhan karena pria itu sempat menceritakannya beberapa  waktu yang lalu.

"Bagaimana kau bisa ada disini, Ayah?" Luhan lebih memilih bertanya kepada Ayah-nya itu daripada menjawab pertanyaan Lay.

"Luhan, Ayah perlu bicara denganmu. Tapi tidak disini." ujar Ayahnya dengan suara tegas dan raut wajah yang serius.

.

Luhan hanya memandangi rerumputan hijau yang tumbuh subur bak permadani yang berada di taman Hotel tempatnya bekerja. Ia hanya diam karena ia sedikit merasa canggung sekarang dengan Ayahnya sendiri.

Padahal sebenarnya banyak sekali yang ingin Luhan tanyakan pada Ayahnya itu. Mulai dari kenapa pria itu meninggalkan ia dan keluarganya, sampai dimana selama ini Ayahnya itu tinggal. Ketika Luhan masih bungkam dan hanyut dalam pikirannya, Ayahnya mencoba membuka percakapan.

"Luhan.."

"Iya, A-ayah?" jawab Luhan sedikit gugup. Karena jujur, ia masih belum terbiasa memanggil pria yang di sebelahnya itu dengan sebutan 'Ayah'. Maklum hampir 8 tahun sudah pria itu menghilang seperti di telan bumi.

Luhan sedikit menunduk, merasa tidak enak pada Ayahnya sendiri.

"Tidak apa. Ayah tau bagaimana perasaanmu."

Luhan hanya tersenyum kikuk seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bagaimana kabar kau, ibu, dan adikmu?" Ayah Luhan menoleh seraya menatap wajah anaknya.

"Kabar kami semua baik. Bagaimana dengan kabarmu sendiri?"

"Syukurlah jika kabar kalian semua baik. Kabar Ayah juga baik."

Luhan mencoba tersenyum untuk sedikit menngurangi kecanggungannya.

"Kau berkuliah dimana sekarang?"

Pertanyaan Ayahnya tadi sedikit membuat Luhan kembali terdiam. Iya juga tidak memungkiri jika ia sedikit merasa kesal pada Ayahnya itu. Pasalnya alasan kenapa ia tidak melanjutkan sekolahnya, itu karena KEPERGIAN AYAHNYA SENDIRI!

"Aku tidak melanjutkan sekolahku, aku lebih memilih bekerja di Hotel ini demi menghidupi keluarga."

"Benarkah?!" Ayah Luhan sedikit kaget, masih menatap wajah anaknya itu lekat. Luhan hanya bisa mengangguk lemah sebagai jawaban.

"Maafkan Ayah, Luhan. Ini semua salah Ayahh.." Tiba-tiba Ayah Luhan mengenggam tangan Luhan erat. Hal itu membuat pertahanan Luhan runtuh seketika.

Mata Ayah Luhan terbelalak kaget ketika menyadari setetes air mata jatuh di telapak tangannya.

"Luhan, kau menangis?!!" ujar Ayahnya itu dengan nada bicara sangat khawatir seraya menunduk mencoba melihat raut wajah Luhan saat ini.

"T-tidak A-Ayah. Aku tidak menangis." Luhan menghapus air matanya secepat mungkin, kemudian mengadahkan wajahnya dan mencoba tersenyum manis pada Ayahnya. Ayah Luhan terdiam, ia tau jika anaknya itu sedang menyembunyikan raut wajah sedihnya dengan senyuman palsunya itu.

MEMORY [Chanbaek/Baekyeol Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang