Duabelas

5.3K 424 65
                                    

12. Goyah?

~One D -They Don't Know About Us~

(Revisi)
~~~

Hari ke empat di sekolah

Senja turun dari motor besarnya, Aden yang hari ini nebeng Senja menunggu tak jauh dari tempat parkir. “Lo beneran siap sama rencana kita kemarin Dung?” tanya Aden yang entah sudah ke berapa kalinya menanyakan pertanyaan yang sama pagi ini.

Senja memutar bola matanya dengan malas. “Kalo lo nggak mau yaudah. Gue bisa sendiri kok.” Aden yang mendengar jawaban Senja langsung menghadang Senja. “Cewek banget gitu aja ngambek!” ucap Aden.

Senja mendesis dan mencoba menyingkirkan Aden. “Lo mau apa sih?! Kalo nggak mau bantuin yaudah, nggak usah ikutan!”

“Sensi banget dah, pengen gue kelonin biar diem.” Dan ucapan Aden sukses mendapat tempeleng dari Senja. “Najis!” ucap Senja.

Suara motor yang berhenti di samping Senja membuatnya mengalihkan perhatiannya pada motor itu. Senja diam dengan tatapan sedih saat melihat Caca turun dari boncengan cowok lain. Sebenarnya Senja sudah tau siapa cowok itu, tapi tetap saja rasanya nyesek melihat mereka berangkat bersama, apalagi melihat senyum Caca pada cowok itu sebelum cowok itu menghilang dari gerbang.

“Gue yakin gue sanggup Den, jangan bikin gue bimbang.” Lirih Senja. Semua rencana kemarin sore membuatnya memantapkan hatinya dan tersenyum melihat pacarnya kini bersama orang lain. Senja yakin Caca akan kembali bersamanya, Senja hanya berharap semoga hati Caca nggak baper sama cowok lain itu selama tiga puluh hari.

Flashback on.

“Lo gila?! Resiko lo kehilangan Caca besar banget Dung!” teriak Raka dengan marah.

“Lo harusnya mikirin hati lo sendiri, emang lo siap ngelepasin dia nantinya.” Kali ini Anya buka suara.

Aden yang berada di samping Senja hanya diam sambil menyimak nasihat sahabat-sahabatnya pada Senja. Malam itu Aden, Raka, Vita, dan Anya berkumpul di rumah Senja. Lebih tepatnya mereka melakukan rapat yang membahas rencana konyol Senja.

“Gue cuma butuh acting kalian. Cuma tiga puluh hari aja kan? Bukannya tiga puluh tahun. Cukup Aden aja yang nemenin gue.” Kata Senja membuat Raka menghela nafas dan mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu Senja.

“Tapi kalo lo biarin si Caca terus-terusan sama tuh cowok yang tinggal di depan rumahnya, emang lo yakin nggak akan ada yang namanya cinlok? Ya kali itu elo, kalo gue sih nggak bisa. Apalagi mereka udah sering pergi bareng, sekolah berangkat sama pulang bareng. Hayoo loh kalo sampai mereka beneran cinlok, lo bisa apa?!” ucap Raka membuat yang lainnya mengangguk menyetujui apa yang di ucapkan Raka.

“Gue udah siapin hati Rak, dan gue percaya sama Allah. Kalo jodoh gue Caca yaudah pasti kita barengan terus. Dan lo nggak usah setakut itu dong, harusnya kalian dukung gue bukannya malah bikin gue bimbang.”

Semua diam, mereka tidak rela jika Senja menyakiti hatinya sendiri dengan rencana ini. Ya memang siapa yang mau acting benci pada sahabat sendiri, dan tanpa alasan yang jelas pula. Raka dan yang lainnya tidak mau melakukan keinginan Senja, tapi Senja memaksa. Mereka diharuskan sedikit menjaga jarak dengan Senja, dan sok dekat dengan Litha juga Jati. Kenapa harus? Itu yang jadi pikiran Raka dan yang lainnya.

Senja sudah memikirkan semuanya, dia hanya ingin semuanya terbongkar. Sebenarnya Litha dan Jati itu siapa? Setelah itu dia akan mengakhiri semuanya, dan menjalani hari-harinya bersama Caca seperti dulu.

30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang