Chapter 4

22.5K 2K 324
                                    

Di hari Jum'at pada minggu pertama sekolah, Harry sudah dipusingkan dengan PR yang berjubel banyaknya. Dari essay satu ke essay yang lain. Besok hari sabtu, yang artinya malam ini Harry akan tidur di 'rumahnya' bersama Severus dan Draco. Tapi sebelumnya dia harus menyelesaikan sedikit lagi essay Transfigurasi. Bersama Ron –yang lebih frustasi- dari Harry, mereka berdua berusaha menyelesaikan tugas sekolah mereka.

Tepat saat Harry membubuhkan titik di akhir essaynya, buku jurnal, yang kini menjadi benda wajib baginya, berubah putih. Harry pun langsung membukanya. Tulisan Draco tampak di halaman buku kecil itu.

"Aku tunggu di tangga menuju bawah tanah. Sekarang!"

Ron memandang Harry dengan heran. Akhir-akhir ini anak berambut berantakan itu sering tersenyum sendiri memandang halaman kosong di jurnalnya. Meski sudah mendapat penjelasan dari Harry kalau buku itu adalah alat komunikasi dengan orang yang penting bagi Harry, tetap saja Ron merasa aneh. Apalagi setelah menutup jurnalnya, Harry dengan semangat penuh membereskan barang-barangnya yang berserakan di meja dan karpet.

"Kau mau kemana, Harry?" tanya Ron.

"Aku kan sudah bilang," Harry menjejalkan pena bulu dan botol tinta ke dalam tasnya, "tiap akhir pekan, aku harus bertemu dengan Profesor Dumbledore."

"Oh..." Ron baru ingat Harry pernah bilang kalau dia punya masalah sedikit dengan kesehatannya, jadi harus terus dikontrol. Dan lagi-lagi ini membuat Ron heran, setahunya Harry sehat-sehat saja. Tapi dia memutuskan untuk tidak bertanya.

Harry menutup tasnya, "oke, sampai besok di Aula Besar, Ron," Harry beranjak pergi setelah mengucapkan selamat malam pada teman-teman asramanya.


Secepat yang dia bisa, Harry berlari ke tangga yang menuju bawah tanah. Di sana Draco sudah menunggu.

"Draco!" Harry melambai dari kejauhan.

"Lama!" Draco berkacak pinggang dengan kesal.

"Maaf... PRnya banyak sekali," Harry membenahi letak tasnya.

"Kan bisa dikerjakan bareng denganku," protes Draco.

Harry nyengir, "maaf—aku janji sama Ron mau menyelesaikannya dengan teman-teman yang lain."

Draco menuruni tangga batu itu dengan hati-hati karena minimnya cahaya, "kau akrab sekali dengan si rambut merah itu."

"Maksudmu, Ron?" Harry menyusul Draco, "kami akrab karena kenal waktu di kereta. Kami juga sekamar. Kebetulan sekali kan?"

Draco mendengus dan menggumamkan kata yang terdengar seperti 'menyebalkan'.

Akhirnya mereka berdua sampai juga di ruangan tempat Harry dan Severus tinggal. Harry membuka pintu kayu itu dan masuk. Ya... tempat ini tidak pakai lukisan sebagai jalan masuk seperti tempat-tempat lain di Hogwarts. Tapi jelas aman karena Severus memansang beberapa mantra di pintu, jadi tidak sembarang orang bisa masuk.

"Uncle Sev!" Harry menghampiri pria berambut hitam panjang yang sedang duduk di sofa favoritnya sambil membaca sebuah buku, "kami sudah datang."

Severus menutup buku yang sedang dia baca, "tidak perlu berteriak juga aku tahu kalian disini," ujarnya, "apa PR kalian sudah selesai semua?"

"Aku sudah!" kata Harry bangga.

"Sedikit lagi di essay Transfigurasi," kata Draco.

"Kau belum selesai? Mau aku bantu?" tawar Harry.

"Tidak usah. Aku bisa sendiri," Draco langsung menuju ke perapian dan duduk di permadani yang terhampar di lantai.

Severus memandang heran pada si pirang itu, "kenapa dia?"

Here We Are (complete)Where stories live. Discover now