Part-01

7 0 1
                                    

Terlihat seluet cahaya terang yang di pancarkan dari ruangan yg berada di sisi pojok tempat itu. Menandakan ada nya kehidupan di dalam ruangan tersebut.
Seluet cahaya itu, kini telah berganti menjadi bayangan seorang gadis yang sedang menengadah kan kepalanya menatap langit malam.

Dan gadis itu adalah Dhania Anazzwa Salsabila. Gadis yang memiliki wajah manis nan rupawan. Kecantikan nya tidak dapat dipungkiri lagi. Dulu, sewaktu Dhania menginjak bangku SMA banyak kaum adam yang telah menyatakan cinta padanya. Baik kakak kelas, maupun yang seangkatan dengannya. Sayangnya, tak ada satu pun dari mereka yang berhasil merebut hatinya.

Berbagai cara telah mereka lakukan agar Dhania mau menerima cintanya, dan berbagai cara pula Dhania menolaknya dengan halus, supaya mereka tidak sakit hati karena cintanya di tolak.

Dhania bagaikan primadona di SMA JAGARAYA dulu, tapi ia tidak menonjolkan dirinya agar terlihat. Dhania sendiri juga merasa bingung, kenapa bisa banyak kakak kelas yang mengenalnya, yang bahkan 100% Dhania tidak tahu sama sekali nama mereka. Sekalipun mereka yang telah berulang kali menyatakan cinta padanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11:00 malam. Namun, Dhania masih bergelut dengan soal-soal yang telah menemaninya sejak 4 jam yg lalu.

"Percuma gue cantik kalo otak gue cuma setitik" gerutunya sambil mengacak rambut frustasi.
"Ini tuh emang otak gue yg separo apa soalnya yg kepinteran si? Udah setengah dari kehidupan gue, gue relain cuma nyari tuh jawaban. Tapi secuil juga gak ada yg nyerempet sama tuh jawaban.

Bodo amat! Mau besok gue di suruh berjemur kek, ngebersihin kamar mandi kek, gua gak perduli" Dhania pun melempar bukunya asal, dan beranjak menuju tempat tidurnya.

"Mau malu kek, enggak kek, yg penting gue ngantukkkk.... GUE MAU TIDUR TITIK!" teriaknya sambil menutupi keseluruhan tubuhnya dengan selimut.

~~~~~

Tepat pukul 07:00 pagi, Dhania sudah sampai di sekolahnya. Tak ketertinggalan juga sapaan dari kakak kelas maupun adik kelas. Dhania pun dengan senang hati menanggapinya.

"Hai kak Dhania? Kok kakak cantik banget si?" Kata adik kelas itu yang bernama Andin.

"Ah, kamu Din, bikin aku malu aja" Dhania menutup wajahnya malu, mendapat pujian seperti itu. Ya— Dhania memang mudah sekali tersipu, dan hal itu juga yg membuat dia terlihat semakin lucu dan menggenaskan.

"Ya ampun kak... kakak lucu banget sih? Gak salah kalo banyak yg suka sama kakak, aku jadi iri ih" Andin memasang wajah gereget melihat tingkah laku kakak kelasnya tersebut. Bagaimana tidak? Wajah Dhania sudah merah padam hanya karena mendapat pujian kecil seperti itu. Bagaimana pujian yg lebih lainnya? Mungkin dia bisa pingsan di tempat.

"Tau ah,,, bt aku sama kamu" katanya langsung meninggalkan Andin yg tertawa lepas melihat tingkah konyol Dhania.

Sesampainya di kelas, Dhania mendapat tatapan aneh dari teman sebangkunya. Siapa lagi kalau bukan Theresa Putri, yang sudah dua tahun berteman dengan nya plus sekelas dengannya.

"Astaga.... muka lo— muka lo kenapa merah-merah kek gitu?" Tanya There panik sambil menujuk-nunjuk pipinya. "Tau ah" jawabnya acuh dan langsung menghempaskan tasnya di atas meja.

Tak ketertinggalan Sharen, sahabatnya juga yg duduk tepat di belakangnya.

"Lah muka lo kenapa Dan? Udah kek kepiting rebus. Ahhh.... pasti lo dapet gombalan receh lagi kan?" Sharen memicingkan matanya, karena dia sudah hafal betul, penyebab merah-merah wajah Dhania.

Dhania hanya mengangguk, mengiyakan pertanyan Sharen— yg lebih tepat di sebut pernyataan.

"Emang lo dapet gombalan receh dari siapa lagi si?" tanya There penasaran. "Andin" jawabnya polos.

"Astagfirullah haladzimmmmmm......." teriak There dan Sharen berbarengan.

"Temen lo Re?"

"Bukan" jawab There cepat, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ketika Dhania ingin membalas percakapan temannya itu, Tyo- sang ketua kelas sudah lebih dulu memotong nya.

"Bu Rani woy.... bu Rani... cepet balik ke tempat duduk lo kalo gk pengen kena perang dunia ke 3" teriak Tyo histeris. Tak terkecuali siswa-siswi yang mendengarnya, merekapun berbondong-bondong menuju tempat duduk nya masing-masing.

"Anjir!!! Udin— balik ke tempat duduk lo"

"Minggir-minggir tempat duduk gue"

"Cepetan woy.... nenek lampir udah mau nyam.....

Ceklek

Pintu kelas terbuka lebar. Dan terpampang lah wajah garang milik bu Rani.

"Mampus gue" ceplos anak yg berteriak nenek lampir tadi.

"Siapa yg kalian maksud nenek lampir?" Tanyanya dengan raut wajah marah. "CEPAT JAWAB" kontan semua anak melirik ke arah Andi- yang memang meneriaki bu Rani nenek lampir. Sedangkan yg di tatap sudah berkeringat dingin.

"Andi?" Tanya bu Rani memastikan.

"Anu bu— tadi itu sa—saya ngatain si There bu. Iya si There bu" ulang nya meyakinkan.

Bu Rani langsung mengedarkan pandangan nya ke arah There "Benar begitu There?"

"Ah? I—iya bu" jawabnya tak kalah gagap seperti Andi.

"Baik. Cepat siapkan. Dan keluar kan buku pr kalian, dan bagi yg tidak mengerjakan— kalian pasti sudah tahu apa yg harus kalian lakukan"


~TBC

-notes
●Ini cerita ke dua gueˊ▽ˋ :-D
Maklumin ae lah kalo ceritanya freak dan absurd banget

~~~Tapi jangan lupa Votement nya!!! Buat cerita itu susah— jadi tolong hargai usaha gue❗❗❗❗❗

30072016

WITHOUT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang