Chapter 3

1.6K 39 0
                                    

Dilla POV

"Putra tadi ngapain didepan rumah lo?" Kata Zaghi yang sedang duduk disampingku sambil mengendarai mobil. Kami sedang dalam perjalanan menuju sekolahku.

"Eng... Enggak kok. Tadi cuma ngobrol-ngobrol bentar aja." Kata ku sedikit gugup. Semoga ia tidak mendengar pembicaraan-ku dengan Putra tadi. Karena tak ada satu pun temanku yang mengetahui ini semua kecuali Zani. Zani memang mengetahui segalanya tentangku. Well, aku juga mengetahui tentang Zani. Kami memang suka saling bertukar cerita. Entah cerita nasib cinta kami, pertemanan, musuh, hingga yang tidak penting pun tetap kita bicarakan.

Setelah sudah sampai di sekolah, aku segera keluar dari mobil milik Zaghi itu.

"Makasih ya zag!" Ucapku

"Iya sama-sama, nanti pulang gue jemput yaa"

"Yaudah terserahh" ucapku seraya menutup pintu mobil zaghi.

Aku berjalan melewati lorong kelas 11. Tiba tiba ada yang menyentuh bahu ku. Aku menoleh untuk melihat siapa yang menyentuh bahu ku.

"Hai." Ucap Al.. Eh Putra. Ah, aku jadi teringat ucapannya lagi. Ucapannya tadi sebelum aku memasuki mobil Zaghi. "Gue kan dulu sering anter jemput lo, masa lupa?" Kata kata nya itu masih terngiang di benakku.

"Kok diem aja sih lo?" Aku tersentak dari lamunanku.

"Hah enggak, hai juga. Duluan ya" kataku seraya berjalan meninggalkannya, aku mempercepatkan langkah ku dari biasanya.

Tiba tiba saja aku merasa ada tangan yang menggenggam tanganku. Putra. Kenapa sih dia?

"Bareng aja, kelas kita masih sama kan?"

"Okay"

Kami berjalan diantara kerumunan murid murid. All eyes on us. Banyak yang menatap kami dengan tatapan sinis, ya lebih tepatnya tatapan untukku. Kenapa tatapan mereka hanya untukku? Ya jelas saja mereka (para fans Putra) jealous, pujaan hati mereka sedang menggenggam tanganku. Ya, sejak tadi ia belum juga melepaskan genggamannya pada tanganku. Tatapan mereka makin saja tajam tetapi aku berusaha untuk tidak memperdulikannya. Putra termasuk most-wanted-guy disekolah, jadi jangan heran jika banyak yang tidak suka jika Putra didekati ataupun mendekati salah satu wanita.

"Do, lepasin tangan gue. Lo gak ngerasa diliatin apa?" Kataku berbisik.

"Udah santai aja, dari pada lo kedorong dorong kan? Seharusnya tuh lo berterima kasih sama gue. Badan lo tuh kecil. Kedorong dikit aja udah jatoh, mau diinjek injek?" Suasana disini memang ramai sekali. Ah, aku tidak bisa membayangkan apa yang tadi Putra bicarakan.

----------------------------------------------

Aku sudah menduduki kursi ku.

Yap, aku sudah berada di dalam kelas. Aku melihat Leo yang sedang menggambar sesuatu di kertasnya. Aku tidak pernah mengetahui bakatnya yang satu ini.

"Ngapain lo liatin gue kayak gitu? Terpesona? Hah?" Baru kali ini aku menyadari kalau Leo termasuk lelaki yang kepedean. Selain memiliki bakat menggambar ternyata ia juga berbakat dalam memuji diri sendiri.

"Geer amat lo! Hahaha. Gue lagi liat hasil karya lo kali! Btw, bagus banget loh." Puji ku.

"Widih tumbenan banget lu muji hasil karya gue, biasanya kan gak pernah wakakak"

Aku tak menjawabnya. Guru seni sudah memasuki kelas kami, kelas menjadi hening. Tetapi manusia pede di sebelahku ini masih saja melanjutkan gambarnya.

"Maaf, ibu agak telat, ibu kesini juga hanya sebentar saja. Ibu ingin memberitahu, ada tugas kelompok untuk minggu depan ya. Berkelompok dengan pasangan sebangku nya. Jadi, minggu....." Ia menghentikan ucapannya didepan dan menatap tajam ke arah Leo, dan sesekali melirik ku. Aku langsung mencoba untuk menyenggol Leo dan membuat gambarnya jadi memiliki garisan yang terbuat karena aku menyenggol lengannya.

Rahasia CintaWhere stories live. Discover now