Idola Sejuta Umat

63 3 4
                                    

Siang itu matahari tak begitu terik, kakinya begitu cepat melangkah menuju sebuah auditorium untuk menghadiri bedah buku dari seorang Penulis terkenal. Sebagai seorang fans, dia tak akan melewatkan kesempatan ini untuk melihat idolanya. Namanya Malika, bukan kedelai hitam melainkan seorang pegawai perusahaan milik swasta yang baru bekerja sekitar hampir tiga tahun. Hari itu, ia bersama sahabatnya Ririn dan Sandy menghadiri acara idola Malika yaitu Penulis terkenal bernama Azam Muhammad Kurnia, Malika bisa histeris jika bertemu Azam secara tatap muka langsung. Karena takut dapat tempat duduk belakang, Malika meraih lengan kiri Ririn dan lengan kanan Sandy, mengajak mereka berlari dari gerbang hingga lobi auditorium. Karena pada saat itu, tidak hanya mereka yang berlari tapi peserta bedah buku yang lain juga bergegas lari menuju auditorium. Maklum Azam adalah idola sejuta umat, orang-orang ingin duduk di depan agar jelas melihat Azam. Selain idola sejuta umat, Azam ini juga menantu sejuta umat, banyak ibu-ibu yang menginginkannya menjadi menantunya. Tapi harapan itu harus mereka tepis, karena Azam telah memiliki seorang pendamping hidup yang ia nikahi sekitar 1 tahun yang lalu. Setelah mereka melakukan registrasi, mereka bertiga berhasil duduk tepat di depan.

"Tuh kan, ga sia-sia tadi lari-lari. Kalo kaya gini kan bisa liat Ka Azam dari deket."

Seketika itu Ririn dan Sandy melempar pandangan, menggelengkan kepala mereka, nafas mereka masih tersengal karena berlari tadi.

"Kalian pasti lelah ya, sabar ya. In Syaa Allah melihat Ka Azam lelah kalian hilang." tukas Malika sambil menepuk pundak kedua sahabatnya itu.

Acara berlangsung selama kurang lebih 4 jam, dan selama 4 jam itu pula Malika tak henti-hentinya tersenyum melihat idolanya itu. Kapan lagi bisa melihat idola dari dekat, Setelah acara selesai, Malika dan Ririn menunggu Sandy di lobi auditorium yang masih shalat. Malika tertegun melihat sosok yang tiba-tiba duduk dihadapannya. Sosok itu melemparkan senyum pada Malika dengan ramahnya.

"Ka Azam..." spontan Malika memanggil. Seketika itu Malika menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Lohhh kamu yang tadi nanya itu kan?" Jawab Azam ramah dengan muka ademnya.

"Iya Ka, Ka...saya fans kaka lohhh. Ka boleh ga, kaka tanda tangan di buku ini, terus saya mau minta foto bareng ka Azam. Boleh ya ka boleh ya ya ya ya" ucap Malika nyerocos dan heboh. Azam sedikit heran dengan tingkah fansnya yang satu itu.

"Iya boleh, mau foto dimana???" Tanya Azam ramah sekali.

"Mau foto dimana ya, emm disitu kayanya bagus deh ka. Disana kayanya juga bagus, ihh dimana ya Ka bingung nih saya." Malika celingak celinguk dengan riweuhnya.

"Malika malu-maluin, ih!" bisik Ririn

"Di sini aja gimana ka." Malika cengar cengir

Selama Azam menulis buku, Malika tidak pernah melewatkan satu pun buku yang pernah Azam tulis. Selama perjalanan pulang, Malika tidak henti-hentinya tersenyu, dan tangannya tak berhenti memegang kedua pipinya itu. Sebenarnya kondisi seperti ini sudah biasa bagi sahabat-sahabatnya seperti Ririn dan Sandy, tapi terkadang mereka berdua juga khawatir jika Malika sudah seperti itu.

"Mal, sehat kan?"Tanya Sandy khawatir

"Sehat ko San, kenapa??." jawab Malika semangat.

"Gila ini anak lama-lama San" Ririn geleng-geleng. "Yaudah, kita kan belum makan siang. Makan yukk...si Malika mah ketemu Ka Azam doang udah kenyang dia" Lanjut Ririn berbicara

Dalam perjalanan pulang mereka mampir ke sebuah tempat makan tak jauh dari Auditorium tadi, tiba-tiba mereka berpapasan dengan seseorang. Ada yang aneh pada seperti yang dirasakan Malika. Apa hanya perasaan Malika saja, tapi saat itu juga hati Malika berdebar kencang bahkan senyum yang sedari tadi menghiasai wajahnya tiba-tiba memudar. Ia merasa perasaan ini tak asing baginya, "Kenapa ya, siapa orang tadi. Apa aku kenal" Tanya Malika dalam hati.

"Woiii Mal, ko bengong sih!!"

"Hah, maaf San gatau nih kaya ada yang aneh aja"

"Horor ih, tadi senyam senyum mulu. Terus tiba-tiba bengong" tambah Ririn

"Laper kali itu mah" celetuk Sandy

"Yaudah ah masuk yukkk, udah laper." Sahut Ririn cepat.

Siapa orang tadi, Malika terus bertanya pada hatinya. Mungkin ini hanya kebetulan, bukan...bukan...bukan dia kan? Tanya Malika dalam hati

Malik dan MalikaWhere stories live. Discover now