You

21.2K 282 6
                                    

Marcello adalah cowok paling populer di kampus dan aku Marlene adalah cewek yang tadinya biasa jadi tidak biasa karena pacaran dengan cowok ini. Tipe cowok yang biasa bikin cewek histeris dan kalo lagi jalan bareng aku, mendadak aku bisa bikin iri semua cewek itulah Marcello. Tampan, badannya bagus karena sering nge gym dan charming. Dia juga ketua senat di kampusku dan juga seorang model.

Aneh, itu pikiran semua orang waktu pertama kalinya kami jadian. Aku yang sama sekali tidak kedengaran 'siapa' dan Marcello yang semua orang kenal, berhasil mematahkan hati semua cewek yang ngefans sama Marcel.

Tapi aku mencintainya. Hanya mencintainya. Seperti itu, tidak bertambah dan tidak berkurang. Namun bukan Marcello yang sebenarnya ada di hatiku. Tapi jauh dilubuk hatiku ada orang lain. Katakan aku cewek brengsek yang tidak pernah bersyukur mengenai adanya Marcel, tapi bukan Marcello yang bisa membuat aku gila setiap harinya. Tapi dia... Orang itu. Laki-laki itu.

"Sayang, nanti kamu ada kelas sore ya?" Tanya Marcello disebelahku. Kami sedang threadmil disebuah pusat kebugaran terkenal yang kebetulan tidak jauh dari kampusku.

"Iya. Kamu ada?" Tanyaku sambil menurunkan speed.

"Enggak. Tapi aku nanti ada pemotretan buat brand clothing Casava. Jadi kayaknya ga bisa nganter kamu pulang."

"Ah, oke. Aku bisa pulang sendiri atau bareng Elena sama Elshaphire." Kataku mengingat dua sahabatku yang senantiasa mau menebengkan aku pulang.

"Nggak apa apa kan?"

"Its okay, Dear. Eh, aku udahan ya, mau buruan ke kampus"

Akupun segera mengakhiri kegiatan gymnastic ku, pergi ke spa dan segera mandi. Lagi. Selalu seperti itu. Kadang rapat, kadang pemotretan ini itu, kadang... tidak ada kabar. Akupun sudah biasa, dengan pacar yang antara ada dan tiada dan bahkan kadang pergi kemana mana sendiri  atau bersama dua sahabatku.

Aku ingin putus. Tapi apa kata orang-orang. Sekali saja aku menyakiti hati Marcello yang telah baik padaku, maka satu kampus termasuk fans Marcello yang ada dimana-mana itu akan membenciku dan membullyku. Itulah efek pacaran dengan Tuan Populer.

Aku tidak mengada-ngada soal itu. Waktu itu aku sempat menggantungkan jawaban Marcello waktu ia menyatakan cintanya, lalu selama seminggu aku menerima tatapan benci dari semua orang plus tidak ada orang yang mau berbicara denganku kecuali sahabatku. Yang lebih parah lagi, Elshapire yang ketua BEM fakultas terancam diturunkan jabatannya sebab Senat Mahasiswa berhak mengajukan permohonan itu. Serta Elena terancam dikeluarkan dari bandnya, yang nota bene personil lain adalah sahabat dari Marcello serta majalah kampus akan mem-banned tulisannya.

Aku bukan berlebihan, tapi serius, hal itu terjadi padaku. Semua orang tahu aku sahabat Elshapire dan Elena, dan mereka terancam pula sebab Senat sangat berpengaruh di kampus kami. Lalu kenapa aku harus mau menerimanya, karena aku memikirkan sahabatku, padahal saat itu aku juga sedang dekat dengan cowok lain yang sampai sekarang sangat menyentuh hatiku.

Seminggu setelah cowok itu tahu aku berpacaran dengan Marcello, ia justru jadian dengan cewek yang satu unit kegiatan mahasiswa dengannya. Aku heran sebetulnya, namun singkat cerita aku berusaha untuk membencinya, karena aku merasa terkhianati. Jika ia memang menyukaiku juga, harusnya ia menantiku dan berusaha mengambil aku dari Marcello. Tapi, aku baru ingat, cowok itu adalah orang yang suportif dan tidak akan mengambil pacar sahabatnya sendiri.

Sekarang aku justru berjalan sendiri, tanpa siapapun di areal kampus yang sudah sore, masih cukup ramai dan di hall olahraga yang dengan sengaja aku lewati ternyata sedang ada latihan basket. Dalam hatiku sedikit berharap melihat cowok itu. Ya, cowok itu memang ketua unit kegiatan basket yang juga kapten basket. Mataku mencari-cari dengan hati-hati agar tidak terlihat.

Love (That Will Never) HurtWhere stories live. Discover now