Bab 7

2K 169 4
                                    

Sinar surya tlah datang untuk menerangi bumi, membantu para tumbuhan untuk berfotosintesis.

Sinar matahari yang menyilaukan itu, menelusup dibalik gorden berbahan sutra milik Sehun.

Merasa risi oleh sinar matahari yang menyelinap masuk dibalik gorden, Sehun terbangun. Ia ngerjap-ngerjap matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelah semua kesadarannya terkumpul dan pandangannya telah jelas, ia melihat ke atas nakas dimana terdapat jam meja yang menunjukan pukul 7 pagi.

Masih pagi, dan ia melihat pakaiannya belum di ganti sejak semalam. Ia bahkan tidak ingat siapa yang mengantarkannya pulang ke apertemennya ini.

Ia melihat ada kertas memo kecil di atas nakasnya.

"Aku telah menyiapkan sarapan untukmu di meja makan Hun-ah. Jangan lupa sarapan sebelum berangkat kerja dan aku sarankan jangan terlalu banyak minum. Kau tahukan, terlalu banyak minum tidak baik untuk kesehatan. CHANYEOL."

Sehun tersenyum mengejek membaca memo yang ditulis oleh Chanyeol. Tapi ia merasa bersyukur memiliki sahabat sepertinya. Walaupun sikapnya aneh, tapi pemuda itu sangat care kepada kawan dan Sehun menyukai pemuda itu.

"Dasar Park Dobi." Cibir Sehun.

Sehun pun bangun dari ranjang, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tak lama, ia keluar dengan dibalut handuk melilit bagian bawahnya. Sehun mengambil pakaian yang akan ia kenakan untuk bekerja.

Setelah rapi, wangi, dan keren. Ia pun menuju dapur -meja makan.

Ternyata benar, Chanyeol telah membuatkan-nya omelet dan segelas susu untuknya sarapan.

Benar-benar, kekasih dari Baekhyun itu sangat perhatian.

Tanpa berlama-lama iapun menghabiskan sarapannya sampai kandas tak tersisa. Setelah habis, tak lupa ia mencuci peralatan makan-nya.

Setelah itu berangkat menuju rumahsakit tempat dimana ia bekerja.

******

Pagi yang cerah, Luhan dan Gao telah bersiap-siap menuju bandara untuk kembali pulang menuju tanah kelahiran-nya menggunakan pesawat pribadinya.

"Bos Lu, apakah kau tidak ingin menghubungi CEO Oh Suho dulu?" Tanya Lao Gao selaku asisten pribadi Luhan.

"Tidak perlu Gao, nanti saja aku hubungi dia setelah tiba di Beijing." Jawab Luhan. Dan setelah itu tak ada pembicaraan lagi diantara mereka.

Didalam pesawat, Luhan merutuki kebodohannya. Mengapa ia lupa, jika ia kemari dengan pesawat pribadi dan bodohnya ia lagi-lagi kena tipu asisten pribadinya.

Flasback.

"Lao Gao, dimana tiket yang kau katakan itu. Katamu kau telah membeli tiketnya?" Tanya Luhan sambil mencari-cari tiket pesawat.

"Bos Lu, apa bos Lu lupa jika kita kesini menggunakan pesawat pribadi." Terang Lao Gao dengan wajah tanpa dosa.

"Kau bilang apa Lao Gao, tadi kau mengatakan kita naik pesawat pribadi, jadi kau telah menipuku begitu?!" Kesal Luhan ingin memiting kepala Lao Gao.

"Am-ampun bos. Habisnya bos Lu mendadak ingin pulang semalam. Aku kan jadi tidak bisa membelikan oleh-oleh untuk keluargaku.. hehehe.. tapi sekarang aku sudah membelinya, itu." Tunjuk Lao Gao kearah bungkusan disebelah kopernya. Dan Luhan hanya bisa memasang wajah datar.

"Jika kau mengatakan padaku, kita menggunakan pesawat pribadi kita sudah sampai di Beijing, tahu!" Kesal Luhan karena dikerjai oleh Asistennya.

Lao Gao hanya bisa tersenyum gaje.

Please Forgive Me. HUNHANWhere stories live. Discover now