20. Rosy Clouds

1.3K 190 186
                                    

cakep banget awannya ya Allah btw siap-siap yea soalnya ini bakal drama bgt xixixi selamat baca i luv u ol

    • 

"Lev, rooftop?"

Saat Calum menghampirinya yang sedang membereskan buku-buku untuk dimasukkan ke dalam tas, Levina baru tahu bagaimana rasanya ingin lenyap dalam hitungan detik. Walaupun hanya dua kata yang Calum ucapkan dan nada bicaranya pun seperti biasa, baru kali ini Levina merasa seperti dunia akan berakhir jika ia menuruti omongan Calum.

Meskipun begitu, Levina mengangguk tanpa menoleh ke arah Calum sedikitpun.

Calum tidak berjalan secepat itu namun Levina tertinggal tiga meter di belakangnya. Levina tahu pasti apa yang akan dibicarakan oleh Calum. Seharusnya ia tidak semudah itu percaya padaAnna, seharusnya hari itu Levina menjawab pertanyaannya sehingga Anna tidak perlu merasa tersisih dan membeberkan apa yang harusnya disimpan rapat-rapat.

Telapak tangan Levina berubah dingin karena gugup ditambah lagi angin yang berembus meskipun tidak kencang. Mereka berdua berdiri berhadapan seperti beberapa bulan lalu. Lagi-lagi rooftop sekolah dipilih oleh Calum untuk berbicara serius dengan Levina.

Levina tahu bagaimana hari ini akan berakhir. Bagaimana percakapannya dengan Calum akan terjadi dan juga kemungkinan-kemungkinan lainnya. Sebenarnya tidak masalah jika beberapa teman dekat Levina mengetahui rasa sukanya pada Calum. Namun, jika fakta itu sudah sampai ke telinga Calum, rasanya semuanya hancur.

Bukan itu yang Levina inginkan.

Yang Levina pahami selama mendengar cerita teman-temannya tentang rasa suka mereka terhadap lawan jenis adalah cinta benar-benar harus memiliki. Sedangkan yang Levina inginkan bukan itu. Mungkin sesekali pemikiran tersebut melintas di otaknya dan diam di sana beberapa saat. Namun, apa poinnya? Kalau ia dan Calum sudah bersama, mau apa?

Bagus, kalau ternyata Calum adalah jodohnya. Kalau bukan? Berarti sama artinya seperti mereka berdua telah membuang waktu masing-masing.

Bagus, kalau ternyata ada jaminan soal hubungan mereka akan lancar-lancar saja tanpa hambatan dan tidak akan membuat Levina berurai air mata setelah mereka bersama. Kalau tidak?

Love is not that worthless but it seems like it is, at least for now.

Beberapa kali Calum meyakinkan dirinya kalau segala hal akan baik-baik saja. Yang ia dan Levina butuhkan hanyalah komunikasi, lalu semuanya akan selesai dan berjalan seperti biasanya.

Namun harapan itu menguap ketika Levina menatap Calum dengan tatapan penuh amarah.

"Iya, gue tau lo suka sama gue." Calum pada akhirnya berkata setelah beberapa saat diam. Matanya menatap Levina dan rasanya tidak menyenangkan seperti dulu. Ada sorot rasa kesal di sana dan Calum paham betul dirinya adalah penyebabnya.

Kalimat tersebut membuat Levina menatap ke arah bawah, mendadak tidak berani melihat ke arah Calum. Ia malu dan jelas-jelas bukan ini yang Levina mau. Anna terlalu jahat. "Say a word, Levina." Lagi-lagi Calum angkat bicara dengan nada lembut melihat Levina yang hanya diam di tempatnya.

Dengan segenap keberaniannya, Levina mendongak. "Bener," katanya pelan. Bahkan suara desau angin pun lebih kencang dibanding suaranya.

"Kalo lo mikir gue akan ngejauhin lo setelah ini, lo salah," jawab Calum, menaruh kedua tangannya di pundak Levina. Mata Calum sepenuhnya tertuju pada Levina kemudian tangannya beralih pada kedua tangan Levina, menggenggamnya dan merasakan hawa dingin yang Levina rasakan pada telapak tangannya.

Untuk satu detik pertama, Levina merasakan hangat yang menjalar ke seluruh tubuhnya, lalu detik selanjutnya ia melepaskan tangan Calum yang menggenggam tangannya. "Nggak, Calum, you really need to stop," jawabnya setelah berhasil terlepas dari tangan Calum tanpa balik menatap cowok itu.

Rosy CloudsWhere stories live. Discover now