My Body - 07

110K 1.3K 35
                                    

Digo POV

Tubuh Jen sungguh mulus. Sudah lama aku berharap berada di atas tubuhnya dan kali ini dewi fortuna berpihak kepadaku.

Entah apa yang terjadi, Farel menolak Jen. Mungkin Farel sudah mendapatkan jalang yang lebih baik dari Jen. Namun bagiku, Jen adalah yang terbaik.

"Lepaskan aku, Digo!!!!" Jen berteriak saat aku terus menarik pergelangan tangannya sampai akhirnya dia terhempas di atas kasur king size milik Farel.

Ya, ini ruangan rahasia milik Farel. Ruangan ini kedap suara dan dilengkapi dengan ranjang indah. Farel sering menyeret sekretarisnya, Sila, bila dia sudah tidak bisa menahan nafsunya.

Entah berapa gadis yang pernah dibawanya ke kamar ini. Tapi aku yakin, Jen salah satunya.

"Aku mau Farel, bukan kamu!!!" Ucapan Jen membuat aku tersenyum.

"Kamu menyakitiku, Jen," kataku sambil memegang dadaku. Berpura-pura sedih

"Aku mau pulang!!!!" Ucap Jen tegas.

"Dengan berbikini???" Aku mengernyitkan keningku.

Dia diam sesaat. "Dimana bajuku, Bedebah!!!"

Aku tertawa. Jen mulai panik saat diriku mendekat.

"Aku kucing yang tak pernah menolak ikan," aku menepuk pipi kanan Jen.

Dia membuang muka.

"Waktunya kita bersenang-senang."

Jen mundur hingga menabrak dinding. Tubuhnya sungguh membuatku kehilangan kendali. Tak sabar rasanya berada di dalamnya.

Aku terus menyudutkan Jen. Jen yang malang, aku akan menggempurmu sampai kamu tak bisa berjalan selama seminggu.

"Hhhhmmmmmmmttttt," aku mulai melumat bibir Jen. Manis. Dia tak membalas.  Hanya diam, beridir bagai patung.  Kulumat lagi bibirnya hingga membengkak lalu akhirnya dia mendesah.

Wanita munafik!!!

Aku melepas branya dan dengan cepat menangkup payudaranya. Jen semakin memejamkan matanya.

Ciumanku semakin kuperdalam. Menggigit bibir bawahnya lalu dia membuka mulutnya.  Lalu aku memasukkan lidahku.  Hingga kami saling membelit lidah. Aku terus memainkan payudaranya yang ujungnya semakin mengeras.

I GET YOU!!!!

Jen mengalungkan tangannya di leherku. Aku lalu melepas ciuman kami dengan sengaja.

Jen menatap mataku dengan sayu.

"Mau lanjut???" Kali ini aku ingin dia benar-benar menyerahkan dirinya padaku.

Jen menggeleng. Aku tau dia berusaha menolaknya. Dengan cepat kusambar lagi bibirnya.

"Eeeeeeeggghhhh," dia melenguh saat kubelai dari luar inti tubuhnya.

Dengan keadaan berdiri, aku ingin menyiksanya yang kian didera nafsu.

Satu jariku berhasil masuk. Hangat dan basah.

"Aaaaaahhhh," Jen membuka mulutnya. Membuatku semakin memasukkan lidahku ke dalam mulutnya.

Aku mulai memainkan jariku. Jen mulai berkeringat. Jen membalas ciumanku dengan panas.

Jariku semakin kupercepat, mempermainkan kewanitaannya.

"Eggghhh, egggghhhhh," deru nafas Jen kian tak menentu. Aku tau dia hampir sampai.

Aku lalu menghentikan permainan jariku dan melepas ciuman kami.

"Digo," Jen memanggilku pelan. Aku tersenyum penuh kemenangan.

Aku lalu melepas baju dan celanaku. Aku berbaring terlentang di atas ranjang empuk milik Farel. Dinginnya AC menyentuh permukaan kulit tubuhku.

Aku tau Jen memandangi tubuh indahku.

"Come here," aku memanggil Jen lalu menepuk kasur di sampingku. Jen yang sudah naked lalu mendekatiku.

"Kita lanjutkan di sini," ucapku sambil menariknya ke atas tubuhku. Juniorku sudah menegang dan Jen dapat merasakannya menggesek kewanitaannya secara langsung.

Jen memandangiku.

"Fuck me, please," bisiknya parau. Aku tau dia menahan nafsunya.

Dengan cepat aku membalik posisi tubuh kami. Jen dengan pasrah berada di bawahku.

Kembali kulumat bibir merahnya yang memabukkan. Lalu ciumanku turun ke lehernya. Meninggalkan beberapa kiss mark di leher putih jenjangnya.

Jen terus mendesah, memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhanku.

Ciumanku turuh ke perut ratanya. Dia menggelinjang kegelian. Hingga akhirnya bibirku sampai pada inti tubuhnya.

Aku meniupnya. Jen bergerak. Lagi-lagi aku menunggunya meminta.

"Jangan permainkan aku, Digo!!!!" Jen nampak tak sabaran.

Aku menyeringai. Permintaanmu dikabulkan.

Kumainkan lidahku pada kewanitaan milik Jen. Sungguh dia sangat binal. Tak hentinya dia mendesah dan berkata tak sopan.

Dia seperti kesetanan saat kuhisap klitorisnya dan bersamaan dengan itu dia mencapai puncaknya.

Jen melemas. Aku kembali menaiki tubuhnya lalu tanpa aba-aba menerobos miliknya yang sempit.

"Aaaaaaaahhhh," Jen berteriak saat aku terus memompa miliknya dengan kecepatan penuh.

"Aku menyukaimu,  Jen, " ucapku disela goyanganku.  Jen tak mempedulikan ucapanku. Dia hanya terus menikmati dan mendesah.

"Digh,,, Digh-ghooooo!!!" Jen mencapai puncak kedua kali.

Aku tersenyum puas melihat dia melengkungkan tubuhnya dan memanggil namaku.

Kembali Jen melemas. Dia mengatur nafasnya yang tak beraturan.

Belum sempat tenaganya kembali, aku memainkan lidahku pada ujung payudaranya. Menyusu seperti bayi yang kehausan.

Jen kembali mendesah.

"Aku lelah, Go," katanya pelan.

"Aku belum," bisikku lalu mulai bergoyang lalu seperti tempo awal.

"Aaaaah, aaaaah, aaaaah," Jen kembali bernafsu. Dia mendesah dan mengimbangi gerakanku.

"Aaaaahhh, Jen. Milikmu sempit," aku terus memompa dan Jen bergerak hingga bunyi penyatuan tubuh kami memenuhi ruangan.

Aku tak bisa menahannya lebih lama.

"Jeeeeeeeeeeeeennnn," aku meneriakkan namanya bersamaan saat Jen menyebut namaku yang berarti dia mencapai puncak untuk ketiga kalinya.

3-1

***

Masih mau lanjut???

Mau mau yang lebih hot???

100 vote + 25 comment

Wkakakakaka

Maafkan bila ada typo yah

See you again

My Body For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang