00 [Namanya Kavitalan]

636K 24.8K 1.9K
                                    

"MAU gue anterin sampe dalem kelas nggak?" tawar Ivan meledek.

Hari ini masih terbilang awal tahun ajaran baru karena baru sekitar dua minggu Athala memastikan diri sebagai siswi kelas dua belas. Dan Ivan ditugaskan untuk mengantar Athala berangkat sekolah. Seperti kebiasaan mereka kemarin-kemarin, Athala memang sering menebeng dengan Ivan.

Keduanya memang sudah bersama-sama sejak sekolah dasar walaupun Ivan lebih tua beberapa tahun dari Athala. Tetapi karena rumah mereka yang berdekatan, Athala dan Ivan menjadi sahabat dekat bahkan hingga kini Athala sudah menjadi siswa kelas akhir di sekolah menengah atas dan Ivan sudah menjadi mahasiswa di salah satu Universitas negeri di Jakarta.

"Gila lo," sahut Athala malas seraya melepaskan sabuk pengaman dan membetulkan posisi tali tas punggungnya. "Ngampus lo abis ini! Awas aja kalo bolos!" sambung Athala dengan nada mengancam.

Ivan terkekeh kemudian ia mengusap sembarangan ujung kepala Athala, "Roger captain."

"Yaudah. Gue turun dulu ya, Van?" Athala menoleh sebentar sebelum ia membalikkan badan dan membuka pintu mobil.

"E– La?" panggil Ivan.

"Apa?"

"Gapapa. Kalo ada belokan, jangan lupa belok ya!" kata Ivan. Hal itu membuat alis mata Athala naik dan gadis itu terkekeh.

"Tolol banget?" katanya pelan. "Hahaha makasih yooo!" jawabnya sebelum ia benar-benar turun dari mobil dan melangkah memasuki gedung sekolah berlantai lima itu.

"Ntar kalo udah balik chat gue. Nanti gue jemput."

"Yoi."

***

"SUMPAH-sumpah, semalem itu wasitnya curang kalo kata gue!" kata Deny bersemangat sambil membuka kunci loker dan memasukkan beberapa buku yang tidak ada di jadwal hari ini.

"Iya apa?" kata Reno mengangkat alis matanya. "Emang dasarnya Barcelona udah jelek sekarang."

"Ye apaan sih lo? Jelas-jelas wasitnya pilih kasih," sergah Deny tidak terima. "Wasit kok kayak emak tiri gitu?"

"Gak lah. Madrid emang selalu juara," sambar Reno.

"Yaelah ribet lo semua, njir." Divin terkekeh disusul Kavi.

"Yaelah. Yang penting gue menang taruhan." Kavi yang sedari tadi menyimak pembicaraan teman-temannya hanya bisa terkekeh puas karena ia memenangkan taruhan bola semalam.

"Jelaaaaas," tambah Reno disusul dengan rangkulan di bahu Kavi. Keduanya terkekeh penuh kemenangan.

"Jam pertama pada apaan dah lo?" tanya Divin pada ketiga temannya yang lain.

"Gue Sejarah,"

"Bahasa Indonesia."

"Gue Seni Budaya.

"Bolos aja lah sampis, apaan pelajaran gitu doang." Reno menutup kembali lokernya dan membetulkan posisi tasnya.

"Boleh sih," sahut Kavi setuju. "Kemana tapi? Jangan ke rumah lo aja tapi. Males gue. Jauh."

"Ke Teteh?" usul Deny.

"Yaudah ayo."

***

Athala [NEW VERSION]Where stories live. Discover now