Part 13

14 2 0
                                    

Liz’s POV
Menemani avi latihan adalah hal yang paling membosankan tapi kadang menyenangkan juga untuk gue yang sedang bosan dirumah. Setelah menunggu 3 jam lamanya, akhirnya latihan selesai dan besok adalah pertandingannya. Gue dan avi langsung menuju café dan memesan avocado mint, kesukaan gue dan avi memesan cappuccino coffee, kesukaan dia. Disini kami bercerita sambil melepaskan rasa kangen kami, lelah kami, keluh kesah kami dan juga rasa cemas tentang pertandingan besok

“loe jangan takut Lis, gue bakal kalahin Daniel dan gue bakal mendapatkan loe. Gue bakal buktiin kalo loe lebih memilih gue daripada dia, setelah gue dapatin loe, gue bakal bikin loe bahagia. Loe pegang kata – kata gue ini” sambil memegang tangan gue

“makasih ya vi, dah mau memperjuangkan gue” gue hanya senyum bahagia

Gue gak pernah sebahagia ini dengan avi, gue merasa gue sangat dihargai dan gak dimanfaati olehnya.

Setelah kita menghabiskan waktu cukup lama di café, kita pun masing – masing memutuskan untuk pulang lebih awal karna besok akan melelahkan dari hari ini. Avi mengantarkan gue ke rumah dan gue langsung membersihkan diri dan istiharat untuk besok. Gue percaya kalo avi akan kalahin Daniel dan gue bakal lepas dari masa lalu gue.

Xav’s POV
Gue bangun dengan semangat dan sarapan yang banyak agar ada tenaga gue untuk pertandingan nanti. Gue berangkat ke sekolah dan langsung menuju lapangan pertandingan, disana Lisa sudah berpakaian dengan pakaian cheerleadernya. Tapi gue gak liat batang hidung Daniel. Akhirnya gue dipanggil oleh pelatih gue untuk beberapa pengarahan selama setengah jam di ruang istirahat.

Liz’s POV
Batang hidung avi belum muncul daritadi, gue meraih iPhone gue dan gue ngeline avi.

‘vi, loe dah sampe?’

Tapi line gue gak diread dan gue merasa ada yang memanggil gue, ternyata itu adalah Tania dan begitu terkejutnya gue melihat cowok yang ada disampingnya adalah Daniel.

“Lis, perkenalkan ini pacar gue Daniel. Sayang ini teman terbaik gue, Lizabeth” sambil memperkenalkan kami berdua

“halo, gue Lisa” sambil menjabat tangan Daniel

“loe gak kenal gue atau emang loe pura – pura gak kenal gue?” tanya Daniel dengan kening berkerut

“loh? Kalian saling kenal?” tanya Tania yang penasaran

“iya, kami saling kenal dan Daniel adalah mantan pacar gue” jelas gue terang – terangan ke Tania

Gue gak sanggup melihat adegan ini, gue langsung pergi dari hadapan mereka tapi gue ditahan oleh Daniel

“tunggu Lis, loe masih ingat kalo hari ini akan menjadi jawaban dari taruhan gue?” sambil menahan tangan gue

“iya, gue masih ingat. Dan tolong lepaskan tangan gue” sambil melirik tajam kearah Daniel

“taruhan apa?” tanya Tania yang daritadi mendengarkan percakapan kami

“taruhan untuk balik dengan Lisa lagi, Tan. Gue dah nyesel ninggalin Lisa demi cewek lain, dan hari ini adalah jawaban taruhan gue” jelas Daniel terang – terangan ke Tania

“brengsek loe, berani – berani loe ngomong gitu sama gue. Lis, gue gak salah dengarkan? Apa itu betul?” tanya Tania kearah gue sambil berkerut kening

“iya, itu benar. Gue diajak ketemu sama Daniel liburan kemaren dan dia ingin taruhan dengan avi untuk dapatin gue. awalnya dia ajak gue balikan tapi gue gak mau karna gue merasa hati gue bukan untuk dia lagi” jelas gue dengan menundukan wajah gue

“kalian emang brengsek ya, memainkan perasaan orang lain. Gue nyesel kenal kalian dihidup gue” sambil menangis dan berlari meninggalkan Daniel dan gue

“loe sebaiknya kejar itu Tania” bilang gue ke Daniel

Daniel pun mengejarnya dan gue tinggal sendirian, gue merasa ingin tumbang tapi gue harus tetap semangat.

Author’s POV
Akhirnya pertandingan dimulai, dan dibabak pertama mendapat skor 2-1, dimana SMA Nusantara memimpin. Di babak kedua skor 2-4, disini SMA Mentari Bangsa memimpin, akhirnya babak final, dibabak awal final skor adalah seri, 3-3. Namun dibabak akhir semuanya semakin melemah, begitu juga dengan tim alpha Mentari Bangsa. Akhirnya waktu istirahat 2 menit.

Liz’s POV
Gue mendatangi avi yang sedang istirahat itu.

“vi, loe gppkan?” tanya gue dengan cemas

“gpp kok Lis. Oiya, boleh minta tolong?” tanya avi sambil melihat kearah lawannya

“apa vi?” tanya gue balik

Gak ada jawaban dari avi, melainkan tatapannya sekarang menuju ke gue. dia mengarahkan tangan ke pipinya

“apaan vi?” tanya gue dengan tingkah laku aneh avi

“cium dong” jawab avi dengan enteng

“kalo gue gak mau?” sambil menahan senyum gue

“kalo gak mau yaudah, kalo kalah jangan nangis ya” avi tertawa geli

“ihh.. apaan sih loe vi”

vote and comment? -chelle

Things That Stay ForeverWhere stories live. Discover now