hanya ada kita #chapter2

10 0 0
                                    

Jakarta, 12 juli 2015

Bulan purnama menjemputku di bandara international soekarno-hatta, tempat ini terasa begitu asing, walaupun aku tahu tempat apa ini. Dulu aku pernah takut untuk pergi meninggalkan orang yang aku cinta , dulu aku pernah merasakan bagaimana rasanya ada orang yang takut aku untuk pergi , dulu , dulu tempat ini menjadi saksi ketika aku meninggalkan kirana, dengan tangis bercampur senyum yang tak pernah bisa aku lupa. Kirana, kirana, kirana, ku sebut terus nama itu berulang-ulang, sampai tak ada artinya lagi untukku.

"Den rey , udah lama den ? Sini biar saya bawakan tasnya" sapa pak andi membuyarkan lamunan. "Gimana den california?" - "sama aja pak kayak jakarta , engga jauh beda" perbincangan ringan antara aku dan pak andi di perjalanan menuju mobil. "Kakek di rumah pak?" Tanya ku dari kursi belakang, "kakek masi di malaysia den" jawab pak andi sambil tetap memegang kemudi. Aku memang di besarkan oleh kakekku semenjak aku kecil, dan dari dulu kakekku memangla orang yang sibuk dan jarang ada di rumah.

Sejujurnya aku tak tahu apa yang akan aku lakukan selama di jakarta , semua teman-temanku sudah hilang kabarnya. Mungkin bisa saja aku mencoba untuk mengkontak beberapa temanku dulu , tapi aku seperti tak ada keinginan untuk bertemu mereka , bagiku bertemu dengan mereka hanyala memutar kembali memori  sekolah dulu.

"Udah sampe jakarta?" Sebuah WhatsApp dari antony. "Baru aja" balasku singkat. "Hahaha , gimana rasanya balik ke rumah??" - "biasa aja, nothing to do haha" balasku dengan masi rebahan di kasur , dengan baju yang sama yang aku pakai dari kemarin.

"Rasanya sudah lama , 3 tahun sudah..."

#bersambung.

hanya ada kitaWhere stories live. Discover now