Birthday of 16

76 9 0
                                    

22 Januari 2015.

Usiaku tepat 16 tahun, entah kenapa aku merasa di party birthday ku yang 16 terasa sangat tidak semeriah waktu aku berumur 15 tahun. Apalagi sering kali aku melihat ayah meneteskan air matanya tanpa sebab apapun.

Aku heran mengapa ayah sedih seperti itu?  Menurutku, ayah yang aku kenal itu selalu tertawa riang, bercanda, dan selalu konyol jika di hadapan teman-teman ku.

Ketika aku sedang ngobrol dengan teman teman, mata ku selalu tertuju pada ayah yang terlihat tidak sehat dan lesuh entah karena apa. Ketika aku melihat ayah mulai meneteskan air mata, spontan aku langsung mengahampirinya dan bertanya.

" papa kok nangis? Papa gak suka Ana bertambah umur yah? Kenapa papa menangis? "

" nggak sayang.. papa hanya sedang mengingat almarhum mama kamu, jika saja dia ada di sini sekarang mungkin kebahagiaan kita lebih sempurna "

" oh itu, pah sekarang mama sudah tenang di surga, kita juga harus mensyukuri pemberian Allah terhadap kita hari ini. Jangan di tangisin terus papa, lagi pula kita selalu mendoakan mama kan pah? Papa tenang aja yah, aku akan sehebat mama biar papa tau kalo aku bisa hebat seperti mama " ( Kata Ana sambil memeluk erat ayahnya)

Mendengar semua respondku dari jawaban ayah, ayahku semakin menjadi jadi menjatuhkan air matanya. Aku gak tega liat ayah seperti itu.

" iya sayang.. iya. Papa percaya kamu bisa. terimakasih kamu sudah menjadi permata di hidup papa, penghibur papa, penyemangat papa. Papa gak tau jika kamu tidak terlahir di dunia ini, mungkin papa bisa gila saat ini " ( jawab sang ayah sambil mengusap air matanya)

" sst.. papa gak boleh ngomong kayak gitu dong, kan aku memang udah di takdirin buat ngebahagiain papa "

Meskipun hatiku juga merasa sedih karena masih terpukul waktu meninggalnya mama di sebabkan oleh kanker ganas yang menguasai tubuhnya, tapi aku gak boleh ikutan nangis.

Karena, jika aku menangis ayah pasti akan semakin sedih dan akan lebih sulit untuk melepas kepergian mama. Aku harus kuat, tegar apalagi aku sudah besar.

Setelah aku selesai berbincang dan menenangkan hati ayah, aku kembali ke schedule party, saatnya untuk dance floor. Tapi, acara itu hanya di peruntukkan untuk orang yang memiliki pasangan. Sedangkan aku? Aku hanya berdansa dengan ayah.

Aku tidak perduli apa yang orang orang bilang terhadap aku. Karena, banyak sekali mulut mulut usil yang selalu mencibir ku karena tidak memiliki pacar.

Saat aku berdansa dengan ayah, tiba tiba handphone ayah berdering keras sehingga menghentikan aku dan ayah. Kemudian ayah segera membelakangi lokasi dance floor dan mulai berbicara dengan orang di seberang telepon.

Setelah selesai berbicara, ayah langsung menuju kamar untuk memakai jas dan kemejanya. Melihat ayah terburu buru, membuat aku penasaran apa yang ayah lakukan dan ayah mau pergi kemana.

" pah? Papa mau kemana? "

" papa mau ke kantor sayang, kamu lanjut aja partynya yah. Nanti kalo udah selesai panggil mbak marni dan pak norim buat beresin rumah. Ada klien baru yang harus papa temuin hari ini dan gabisa di undur karena besok pagi dia akan pergi ke amsterdam "                ( jawab sang ayah sambil mengelus kepala Ana )

" oke pah, take care yah hati hati di jalan, jangan ngebut dan jangan terkecoh sama tante tante jelek di jalan yah hihi "             ( jawab Ana sambil meledek ayahnya )

" ha?! Apa kamu bilang? Tante jelek? Haha ada ada saja anak papa ini oke deh sayang.. bye. have fun my princess "  ( ayah Ana membulatkan kedua matanya karena mendengar perkataan anaknya tadi dan kemudian mengecup kening Ana)

Because Limfoma HodginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang