part 10

596 52 0
                                    

02.30 RS Permata Mulia

Kevin dan Jessie baru saja tiba setelah mendapat telepon dari bosnya untuk meliput berita mengenai kematian Candra. RS sudah banyak dipenuhi para pemburu berita membuat Kevin dan Jessie mendesah nafas sebal.

"Kita dapet infonya terakhir kali ya, kirain bakal sepi" gerutu Jessie.

"Ga bakal sepi kali Jes, lo tau sendiri Candra siapa" dengus Kevin sambil berjalan pelan menuju koridor RS yang sudah banyak dipenuhi wartawan. Jessie hanya manyun dan berjalan mengikuti Kevin.

Terlihat seorang dokter dan juga perwakilan dari keluarga Candra memberikan keterangan mengenai meninggalnya Candra yang disinyalir karena kondisi Candra yang memang lemah selesai melakukan operasi.

"Apa tidak ada kecurigaan bahwa ini pembunuhan?" pertanyaan yang dilontarkan oleh Kevin membuat semua orang menoleh dan menatap bingung kepadanya.

Dokter dan perwakilan keluarga Candra menatap bingung ke arah Kevin.

"Tadi siang dokter bilang bahwa operasi berjalan lancar dan nyawa korban dapat terselamatkan, hanya tinggal menunggu hari esok korban akan bisa sadarkan diri. Dan juga, cctv hotel" Kevin menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan ucapannya "hotel berbintang 5 tidak mungkin membiarkan fasilitas rusak, apalagi alat pengamanan, ada beberapa cctv mati dan itu tidak hanya 1. Ada beberapa spot yang sengaja dimatikan dan itu semua tempat yang Candra dan perampok itu lewati" ucap Kevin panjang lebar.

Semua orang yang mendengar penjelasan Kevin tercengang dan ada beberapa polisi yang langsung bertindak untuk mencari bukti atas keganjilan kejadian yang menimpa putra pemilik perusahaan ternama itu. Dokter dan juga perwakilan keluarga Winata itu langsung masuk bermaksud mengecek kembali keadaan Candra dan juga cctv RS.

Dan hal serupa terjadi, cctv RS juga sengaja dimatikan oleh seseorang.

"Vin" panggil Jessie kepada Kevin yang sedang duduk di kursi taman di RS. Jessie datang membawa 2 gelas kopi panas untuk Kevin dan dirinya. Kevin menerima gelas yang diberikan Jessie.

"Lo hebat Vin, kayak detektif bisa menganalisa gitu" ucap Jessie dengan suara renyah sambil meminum kopinya. Kevin hanya menunduk memandang kopinya.

"Tapi Vin kayaknya bakal susah deh nyari pelakunya, ga ada bukti dan saksi mata juga ga ada"

"Darimana lo tau saksi mata ga ada Jes?" tanya Kevin yang masih menunduk.

"Eh?" Jessie menatap heran Kevin. Kevin tersenyum sinis lalu menatap Jessie yang duduk disampingnya dengan wajah bingungnya.

"Dari mana lo tau kalo saksi mata ga ada?" tanya Kevin lagi.

"Kan lo bilang cctv rusak Vin, jadi g ada yg lihat kan?"

"Ya cctv memang rusak, tapi lo lupa kalo masih ada petugas hotel yang pasti melayani tamu" Jessie terdiam dan menautkan alisnya.

"Kecuali kalo petugas hotel juga kerjasama sama pembunuhnya" ucap Kevin lalu menatap ke langit yang gelap.

"Dan lo bener Jes ga ada saksi mata waktu Candra dateng sama pembunuhnya, petugas yang jaga waktu itu berbeda dengan orang yang sama ketika Candra ditemukan"

Jessie diam mendengarkan ucapan Kevin.

"Petugas itu bekerjasama dengan si pembunuh" Kevin menatap Jessie dengan tatapan lembut.

"Kopi ini" Kevin mengangkat gelas kopinya sambil menatap Jessie "juga beracun kan Jes?"

"Maksud lo?" tanya Jessie bingung.

"Gue juga bagian masa lalu lo Jes, gue yang bikin lo celaka, gue udah nyakitin elo. Apa gue bakal bernasib sama kayak Brian dan Candra?" tanya Kevin dengan suara yang sarat akan luka.

"Maksud elo Vin?"

"Gue tau lo yg bikin Brian, Candra, Tere dan keluarganya meninggal dan seolah ini semua kecelakaan dengan dalih perampokan" jawab Kevin dengan sarkatik.

Saat itu juga air mata Jessie mengalir dipipinya. Tangannya mengenggam gelas kopinya dengan erat. Kevin masih menatapnya dengan pandangan luka.

"Ya, gue tau gue emang ga bisa lari dari intel" ucap Jessie dengan nada yang tenang.

"Gue ga mungkin nyelakain elo Vin, gue sayang sama elo. Kalaupun ada yg harus membayar luka gue itu bukan elo"

Kevin terkejut mendengar ucapan Jessie.

"Jes...."

"Elo pergi, elo g ada waktu gue butuh sandaran Vin. Nyokap gue meninggal setelah ditinggal bokap gue" Jessie mengungkapkan kekecewaannya dengan setenang mungkin.

"Dan lo tau Vin saat itu gue ketemu Ilham, orang yg bikin gue bangkit dan bikin gue semangat jalani hidup gue lagi. Tapi apa? Tere dan keluarganya ngejebak Ilham biar dia tanggung jawab sama kehamilan Tere dan itu bukan anak dia!"

"Candra, orang suruhan Tere buat memperkosa gue Vin dan Brian saksi mata kejadian gue diperkosa" Jessie menunduk. Kevin tercengang mendengar fakta yang diungkapkan Jessie.

"Brian disuap Candra buat tutup mulut Vin, dan gue ga punya saksi mata apalagi bukti buat nyeblosin Candra ke penjara. Tapi sekarang gue bisa mengantar Candra ke neraka" ucap Jessie dengan seringainya.

"Dan gue? Lo juga mau bunuh gue Jes? Gue udah nyakitin elo, ngebuat elo ketemu Candra. Kalau saja waktu itu gue dateng cepet lo ga bakal..." ucap Kevin dengan rasa bersalah. Jessie menggeleng dan memegang pipi Kevin.

"Bukan salah lo Vin, waktu itu emang Tere ngerencanain semua" Kevin membulatkan matanya.

"Ya, dia ga terima Ilham masih cinta sama gue dan juga tau kenyataan kalo Lia bukan anaknya. Tere mengancam Ilham bakal bikin gue celaka kalau mereka sampai cerai"

Kevin memegang tangan Jessie yang masih berada di pipinya, dan airmata keduanya masih terus mengalir.

"Maafin gue Jes" ucap Kevin lirih.

Usapan Jessie berhenti dan menatap Kevin dengan tatapan bingung. Dan jawaban atas permintaan maaf yang dilontarkan oleh Kevin terjawab dengan terpasangnya borgol di tangan Jessie. Dan saat itu datang segerombolan anggota kepolisian menangkap Jessie. Jessie terlihat tenang dan tersenyum menatap Kevin yang menunduk.

"Lo udah ngelakuin hal benar Vin, gue bangga sama lo Kak" ucap Jessie sambil tersenyum manis. Kevin mendongakkan kepalanya menatap Jessie.

"Sampai jumpa kakak tiri" kata Jessie dengan nada riang sebelum berjalan menuju mobil polisi.

Kevin terkejut mendengarnya.

"Ya, sampai jumpa adik tiri yg cantik" ucap Kevin lirih. Tangan Kevin mengambil alat rekam yang ada disakunya untuk diserahkan kepada rekan intelnya.

••••

The PastOnde histórias criam vida. Descubra agora