T: Nibbles Determination

182 50 3
                                    

"Ayolah Zee, untuk sekali ini saja!" ujarku untuk yang ketujuh kalinya dalam setengah jam ini.

Dan kali ini, Zee mengerang malas.

Well, aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak melompat girang. Dengan semangat, aku segera memutar-mutar ujung rambut hitamnya di sekeliling pengeriting rambut. Jika kau sudah cukup mengenal Zee, kau akan tahu. Ia sulit sekali berkata 'iya' dan sebagai gantinya ia akan mendengus, mengerang, atau bergumam. Memang sedikit aneh, tapi itu sudah menjadi ciri khasnya yang malas-malasan. Sangat Zee Leadra sekali.

Ia hanya memutar mata dan segera melanjutkan kegiatannya membolak-balikan halaman majalah yang kubawa dari rumah. Sudah lebih dari dua jam aku berada di kamarnya hanya untuk memastikan agar dia tidak memakai hoodie usang dan ripped jeans yang selalu dia pakainya saat sekolah. Well, sebenarnya bukan memastikan karena aku memang memaksanya memakai pakaian pilihanku.

Sekarang sudah jam enam, tinggal satu jam lagi untuk bersiap-siap sebelum kedua pemuda itu menjemput kami. Aku berusaha keras untuk tidak menyeringai membayangkan bagaimana wajah Si Bodoh Darren nanti saat melihat Zee. Mungkin ia akan mimisan. Maksudku, ia bahkan merona hebat hanya dengan melihat Zee membuka tudung hoodie-nya dan ia terpaku seperti orang bodoh saat melihat Zee menggulung jeans-nya sebatas lutut. Kalau dipikir-pikir, mungkin saja Darren akan lebih dari sekadar mimisan. Mungkin ia akan pingsan melihat Zee memakai kaus v-neck putih sebatas pinggul dan skinny jeans hitam. Oh, jangan lupakan rambut hitamnya yang ikal di bagian bawah.

Dan aku sendiri sudah siap sejak satu jam lalu dengan dress sederhana berwarna peach. Rambut pirang panjangku, kubiarkan tergerai dengan pita berwarna merah yang tersemat di sudut rambutku. Wajahku kuberi sedikit polesan bedak dan bibirku kuberi sedikit warna. Zee bilang, penampilanku terlalu manis. Tapi, tentu saja aku masih ingin berdandan bak model untuk membuat Cam terkesan, tapi bagaimanapun juga ini hanyalah acara menonton Anak Muda kebanyakan.

"Aku tidak akan melakukan ini jika tidak melihat tampang bodohmu itu," ujar Zee dengan ketus. Ia menarik-narik ujung kausnya yang hampir memperlihatkan perutnya sambil mengumpat pelan, "dan aku tidak ingin mengacaukan kencan bahagiamu nanti. Tapi, bukan berati kau harus memakaikanku perangkat penghinaan seperti ini," sambungnya sambil menatapku tajam melalui cermin di depan kami.

Aku terkekeh dan mengambil bagian lain rambutnya untuk kuputar di pengeriting. "Hey, tidakkah kau tertarik dengan Si Bodoh Darren?" tanyaku, meliriknya di cermin. Mata kami bertemu, tapi ia cepat-cepat menenggelamkan kepalanya pada majalah. Dan entah perasaanku saja atau memang benar dia merona tipis. Tapi, Zee Leadra dan merona adalah dua kata yang tidak bisa digabung dalam kalimat yang sama. Tidak ada Metafora yang mampu menggambarkan keduanya karena memang benar-benar tidak mungkin. Aku berani bertaruh bahwa Zee tidak akan pernah merona seumur hidupnya. Kedengarannya memang jahat, tapi aku bersungguh-sungguh.

Tanpa sadar aku menepuk pipiku.

"Menurutmu apa yang terjadi pada Lucy tadi siang?" tanyanya dengan kening berkerut saat menengadah melihatku.

Aku melepas rambutnya dari pengeriting dan tersenyum. "Mungkin dia sedang 'Mencari Perhatian Episode 4'!!" cibirku sambil membentuk tanda kutip.

Zee terkekeh seraya menggeleng-gelengkan kepala agar rambut wavy-nya bergoyang. "Ya, kau benar!" ucapnya. Aku menyeringai puas karena bisa meniru ucapan Zee yang menjuluki setiap kegiatan Lucy yang menghebohkan dengan 'Mencari Perhatian Ber-Episode'. Klise memang, tapi rasanya menyenangkan saat kau bisa mengejek orang seperti Lucy dengan sebuah sebutan konyol.

Aku menyuruhnya bangkit dari kursi meja rias dan berputar agar aku bisa melihat keseluruhan penampilannya. "Uhm, menurutmu apa yang harus kulakukan pada Lucy? Maksudku, semacam ... yeah, teguran?" ujarnya dengan serius. Ia menghentikan tanganku yang terus memutar-mutar tubuhnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Darkest HoursWhere stories live. Discover now