11. Haru

93.8K 5.9K 677
                                    

Qila terbangun dari tidurnya. Dilihatnya Fiqa yang masih terlelap di ranjang sebelah kanannya. Terbesit perasaan jahil untuk membangunkan kembarannya itu. Namun urung ia lakukan karena mendengar suara bundanya samar-samar.

Masalah menjahili Fiqa bisa ditunda nanti, yang terpenting saaat ini ialah dirinya masih ingin melepas rindu dengan bundanya.

Qila turun dari ranjangnya. Kaki kecilnya terus berjalan menuju pintu kamar. Saat dirinya membuka pintu, dirinya melihat bundanya yang sedang mengajak seorang anak kecil berbicara. Qila terus mengingat siapa anak kecil itu.

"Qila udah bangun?" Suara khas Nadya membuyarkan pikiran Qila.

Qila mengangguk.

"Sini main sama Zachra."

Qila sekarang ingat, tadi siang bundanya datang bersama dengan anak itu.

"Zachra, rumah kamu di mana? Kok bisa sama Bunda?" Qila melontarkan pertanyaan yang terlintas di kepalanya. Namun, yang ditanya hanya bungkam.

Nadya tersenyum dan menjawab pertanyaan Qila. "Tinggal sama Bunda. Zachra anak Bunda."

"Emangnya dulu Zachra tinggal di mana? Kan dulu Bunda tinggalnya cuma sendirian." Kedua mata Qila membulat, menantikan jawaban dari sang bunda.

"Qila, liat." Gio yang baru datang langsung menyalakan televisi. Tepat saat pandangan Qila teralih pada televisi besar di hadapannya, ada sebuah tayangan yang selama ini sudah Qila dan kembarannya nantikan.

Sebuah iklan yang dibintangi oleh keduanya.

"Zachra, liat!" Qila menunjuk layar televisi. "Itu aku sama Fiqa." Qila berucap bangga.

Zachra hanya memperhatikan tanpa berminat untuk bersuara.

"Lho, Qila udah bangun?"

Suara yang tidak asing bagi Qila itu berhasil membuat anak itu menengok ke sumber suara.

"Oma!" pekik Qila senang. Dirinya berlari menghampiri wanita yang masih terlihat sehat dan segar meski sudah memiliki cucu.

"Oma, aku kangen." Qila memeluk tubuh wanita yang ada di hadapannya.

"Oma juga kangen sama kau, Sayang." Wanita itu membalas pelukan Qila.

"Opa mana, Ma?" Qila menatap wajah omanya yang sudah telihat garis-garis keriput.

"Ada tuh di bawah. Lagi ngobrol sama Mama." Oma membelai rambut Qila.

"Oma, aku mau ke bawah." Qila memita izin.

"Ya udah. Oma mau di sini aja sama Bunda."

***

"Iya, Bi. Gio suka kasar sama anak-anak, tapi suka aku ingetin, sih." Mel memasukan adonan kue ke dalam oven.

Pria yang ada di dekat Mel tertawa. "Dulu Abi juga kasar sama dia. Wajar lah dia kasar ke anaknya sekarang."

"Pantesan kuping panas, ternyata lagi diomongin." Suara itu membuat Mel dan pria yang dipanggil Abi menengok.

"Opa!" Qila berlari memeluk opanya.

"Kamu sama Abi ngomongin aku, ya?" Gio yang sudah ada di samping Mel bertanya memastikan.

"Jawab gak nih, Bi?" Mel kembali bertanya kepada ayah mertuanya.

"Istri kamu nanya kenapa kamu suka galak sama anak-anak." Abi membuka suara.

"Terus Abi jawab apa?" Gio duduk di kursi samping Abinya.

"Ya Abi jawab, itu karena dulu Abi juga keras sama kamu." Abi memangku Qila di atas pahanya.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα