Tiga

1.9K 231 24
                                    

Aster melepaskan pelukannya sebelum mulai mencekik Ethan secara tidak sengaja. "Tadi kamu menjemputku ke panti?"

"Iya. Tapi mendadak harus ke sini cepat-cepat, jadi aku pergi duluan."

Aster menarik napas sembari tersenyum bahagia. "Senang sekali rasanya hari ini."

"Tentu saja kamu harus senang."

"Sampai-sampai aku tidak bisa tidur semalaman."

Ethan tertawa kecil. "Kenapa seakan kamu yang akan menikah hari ini?"

"Soalnya ini upacara pernikahan pertama yang aku hadiri. Ditambah lagi yang akan menikah adalah sahabatku."

"Aku sudah pernah menyaksikannya sekali. Kakak perempuanku. Dua tahu lalu."

"Ya. Kamu pernah menceritakannya."

Ethan tersenyum. "Ayo kita duduk! Acaranya sebentar lagi akan dimulai."

Aster dan Ethan mengambil tempat duduk di barisan kedua paling depan. Karena barisan terdepan sudah diisi oleh keluarga kedua pengantin. Alunan musik yang berasal dari piano mulai terdengar. Seorang lelaki sipit yang Aster kenal sedang memainkannya dengan penuh konsentrasi.

Aku baru tahu Jo bisa memainkan benda itu.

Orang-orang mulai masuk ke dalam gereja, bersiap di bangkunya masing-masing. Mereka sudah tidak sabar menanti kemunculan kedua pengantin yang sedang berbahagia pada hari ini.

Aster memandangi podium yang ada di depan gereja. Yang dia ketahui, nanti akan ada seseorang yang memandu jalannya acara pernikahan. Menjadi penengah serta pemersatu dari sepasang kekasih untuk membentuk sebuah keluarga baru. Setelah itu kedua mempelai akan mengucapkan sumpah-sumpah mereka, dan resmilah mereka sebagai suami isteri.

Sekelebat bayangan-bayangan yang merupakan khayalan Aster terasa tampak jelas pada matanya. Dia melihat dirinya berjalan memasuki gereja dengan gaun putih indah yang menjuntai ke lantai. Membawa seikat bunga aster pada tangannya. Tentu saja, dia akan memilih bunga itu sebagai temannya.

Dia berjalan pelan, pelan sekali menuju podium. Seorang lelaki tua yang menjadi penghulu sudah siap di sana. Berhadapan dengan seorang lelaki berjas putih bersih, serasi dengan gaun miliknya. Lelaki itu membalikkan badan, tersenyum ke arah Aster sembari mengulurkan tangannya.

'Akhirnya hari ini tiba ya. Aster...' ucap Edy lembut.

"Aster!"

Semua khayalan dalam kepalanya lenyap seketika. Bianca yang baru saja datang mengambil tempat di samping Ethan. Tentu saja dia datang bersama kekasihnya, Erik. "Hai! Kenapa kamu baru datang?"

"Tanyakan saja pada dia yang sulit sekali aku bangunkan." Bianca menunjuk Erik yang hanya mengangkat kedua alisnya.

"Apa kamu merasakan hal yang sama denganku?"

"Tentu saja! Bayangkan bagaimana aku memikirkannya semalaman."

"Ya! Aku sampai tidak bisa tidur."

Mereka berdua tertawa. Erik dan Ethan hanya terdiam agar tak perlu terlibat di tengah percakapan gadis-gadis.

"Umm, mungkin kamu mau bertukar duduk denganku?" tawarnya pada Aster. Ethan mulai merasa tidak nyaman berada di antara kedua gadis yang sedang asik bercerita.

Akan tetapi, Bianca bergegas menghentikannya sebelum berdiri. "Tidak, tidak usah. Terima kasih, Ethan."

Sesaat pembicaraan sempat terhenti. Bianca kembali berbicara saat dia mengingat sesuatu. "Ah, aku yakin kalian pasti belum berkenalan. Ethan, Erik. Erik, Ethan," ucapnya cepat kepada kedua pria di sebelah kanan-kirinya.

Aster [The Last Adventure]Where stories live. Discover now