8. Always Me.

227K 14.8K 1.9K
                                    


Ellina turun dari sebuah mobil hitam yang mewah. Tak lama Aaric juga turun dan langsung menuju jok belakang. Aaric menurunkan sepeda Ellina dan menuntunnya hingga tepat di samping Ellina.

"Terimakasih, Ric. Aku-"

"Suatu kehormatan bisa melayani Yang Mulia Ratu."

Belum selesai Ellina berbicara, Aaric sudah memotong kata-kata Ellina.

"Apa? Kau...," Ellina langsung menendang kaki Aaric.

"Ah, ampun Yang Mulia. Ampun," Aaric memegang kakinya dan tertawa kecil.

"Jangan panggil aku dengan sebutan Yang Mulia atau apapun itu. Menggelikan!" Ellina memajukan bibirnya dan bersungut kesal.

"Tapi Yang Mulia, anda memang seorang ratu yang harus saya hormati." Aaric membungkukkan badannya.

"Wah, aku akan benar-benar gila," Ellina diam sebentar. "... setidaknya jangan panggil aku seperti itu jika di dunia manusia. Ya ampun, ada apa dengan hidupku?" Ellina menghembuskan napas kasar.

"Baiklah jika itu yang Ratu inginkan. Maka saya akan menurutinya. Saya tak akan menggunakan bahasa formal lagi," jawab Aaric.

"Ya udah, pulang sana. Terimakasih sebelumnya."

"Kau menyuruhku pergi?" tanya Aaric.

"Tidak. Tapi aku baru aja mengusirmu."

"Demi ap-"

"Demi kata selamat jalan...," Ellina tersenyum tipis dan mendorong sepedanya memasuki gerbang.

Aaric bengong melihat Ellina yang sudah masuk kedalam gerbang sebuah rumah mewah berlantai dua. Bahkan kata-katanya terpotong dan dia hanya bisa diam karena Ellina langsung menjawab dan berlalu meninggalkannya.

"Demi apapun, ini pertama kalinya aku diperlakukan seperti ini," ucap Aaric pelan sambil berdiri di depan gerbang rumah tersebut.

Tanpa mereka sadari, Lexsi yang tengah berdiri di balkon kamarnya menatap nanar. Awalnya Lexsi heran melihat mobil hitam mewah terparkir di depan gerbang rumahnya. Namun saat sosok Aaric itu keluar dari dalam mobil, Lexsi tersenyum senang.

"Bukankah itu Aaric? Ah, akhirnya dia peduli sama perasaanku. Tunggu dulu, apa aku sudah cantik? Ini akan jadi kabar luar biasa. Aaric sang ice prince, datang kerumahku." Lexsi merapikan rambutnya dan menatap wajahnya pada cermin kecil di tangannya.

Namun kemudian gerakan Lexsi tertahan saat melihat Aaric menuntun sebuah sepeda dan tersenyum kepada seorang gadis. Seorang Aaric tersenyum hangat dan memperlakukan seorang gadis dengan baik? Bahkan di sekolah Aaric tak pernah tersenyum pada gadis manapun. Meskipun gadis itu, Ariela. Gadis tercantik dan terkaya.

"Ellina. Jadi karena Ellina? Sang pangeran dingin itu tersenyum karena gadis pembawa sial."

Lexsi semakin murka saat mengetahu gadis itu adalah Ellina. Sepupunya sekaligus pemilik seluruh aset yang tengah keluarganya gunakan.
Pernah terpikir oleh keluarganya untuk menyingkirkan Ellina selamanya. Namun semua itu gagal, saat mengetahui seluruh aset kekayaan itu akan disumbangkan pada sebuah panti asuhan jika Ellina tiada.

Ya, sebuah kendala yang sangat sulit untuk keluarga Lexsi. Dan akhirnya Ayahnya memutuskan untuk tetap tinggal dan mengawasi Ellina. Bukan karena peduli, melainkan karena Ayahnya membutuhkan tandatangan dan stempel Ellina sebagai pemilik seluruh perusahaan dan semua aset yang tengah Ayahnya pimpin.

Jika Ayahnya tak mendapatkan stempel dan tandatangan Ellina, maka seluruh dana dan semua rencana tak akan terlaksana. Bahkan seluruh kartu kredit yang Lexsi dan kedua orangtuanya gunakan, akan ditarik oleh pihak dari perusahaan Ellina.

Me And My Lord DevilWhere stories live. Discover now