Part 14 - Teman Atau Musuh

4.7K 145 0
                                    

Jessie berjalan menuju dapur rumahnya, ia menghela nafas panjang saat melihat isi kulkas yang kosong melompong. Semua pekerja dirumahnya meminta izin untuk pulang kampong. Justin tidak mengizinkan kedua asisten rumah tangga mereka untuk pulang, tetapi Jessie tidak bisa menolak keinginan Inem yang ingin pulang. Anaknya mengalami kecelakaan dan membuat Jessie tidak tega untuk menahan Inem dan Lisa . Gadis muda itu harus pulang mengikuti Inem karena anaknya Inem itu adalah calon suami Lisa . Mereka pergi meninggalkan rumah mewah ini dan hanya meninggalkan Surya dan James.

"Tampaknya kita harus berbelanja sayang." Justin memeluk tubuh Jessie dari belakang, ia mencium puncak kepala istrinya itu.

"Ok." Jessie melepaskan pelukkan Justin dan membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Justin , Jessie tersenyum lebar dan hendak pergi meninggalkan Justin . Justin menghentikan langkah Jessie.

"Apa kamu sesenang itu karena kita akan pergi berbelanja? dan kenapa kamu meninggalkan suamimu ini sendirian?" Justin  kembali menarik tubuh kecil Jessie ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku Justin , tapi kita nggak bisa kemana-mana jika kamu tidak melepaskan pelukanmu ini." Jessie mengusap-usap tangan Justin yang melingkar di pinggangnya, Justin mencium puncak kepala Jessie dan melepaskan pelukkannya pada tubuh Jessie .

Mereka bergandengan tangan dan berjalan menuju mobil yang terpakir di halaman depan rumah mereka. Jessie tersenyum lebar, kehidupan pernikahan Jessie tidak seburuk yang selama ini ada didalam pikirannya.

***

"Kamu mau masak apa hari ini sayang?" Justin melihat kekanan-kirinya mencoba mencari daging ayam yang terlihat segar.

"Indomie . . . seleraku. . .."Jessie bersenandung pelan, menirukan iklan mie instant yang sering dilihatnya di televisi.

"Ahh . . . aku lupa kalau kamu nggak bisa masak, pertanyaannya salah ya...." Justin  menepuk jidatnya dan terkekeh pelan, "Kamu mau dimasakin apa, Sayang?" Jessie mencubit pinggang Justin dan membuat lelaki itu meringis kesakitan sembari memegangi perutnya yang dicubit oleh Jessie .

"Siapa bilang aku nggak bisa masak?kamu mau dimasakin apa aja aku pasti bisa." Jessie mengerucutkan bibirnya dan menatap tajam kearah Justin .

"Beneran nih?" Justin tersenyum menggoda. Jessie hanya terdiam dan menundukkan wajahnya. Dibalik sifat dingin dan mandirinya, sebenarnya Jessie adalah anak manja dan tidak bisa memasak, mommynya terlalu memanjakannya sehingga semenjak kecil Jessie tidak pernah memasak.

"Tenang aja. . . Aku masakin buat kamu ya, kamu mau makan apa sayang?"Justin tersenyum manis.

"Emang kamu bisa masak?"Jessie menaikkan sebelah alisnya.

"Bisa, aku kan lelaki sempurna yang serba bisa." Jessie tersenyum bangga. Selama ini Jessie selalu melihat Justin  sebagai lelaki sempurna tanpa cacat sedikitpun. Walaupun tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.

Tetapi bagi Jessie, Justin adalah lelaki yang mendekati kata sempurna. Ia tahu satu hal baru lagi tentang Justin , yaitu Justin  bisa memasak. Jessie merasa beruntung mendapatkan suami yang hampir sempurna itu. Jessie berjalan menjauhi Justin yang tengah asyik memilih daging, ia pergi melihat peralatan memasak. Jessie mungkin tidak bisa memasak,tetapi membeli peralatan memasak adalah hobinya.

"Jessie." Jessie membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang memanggil namanya.

"Hai. . . Carol?" Jessie mengingat wanita itu.Wanita bernama Carol yang bertemu dengannya di Bandar udara Charles De Gaulle, Paris. Ia tidak mengenal wanita itu, ia melupakannya seperti ia melupakan Justin . Jessie tidak ingin dianggap aneh jika wanita itu tahu ia telah kehilangan sebagian ingatannya.

Perfect LoveWhere stories live. Discover now