[-9]. Celine dan Arville

10.4K 1.2K 19
                                    

Belajar keras untuk menghadapi Ujian Nasional tiga bulan mendatang bukanlah pertama kalinya bagi seluruh siswa kelas sembilan. Tentu saja. Mereka sudah mulai terbiasa dengan pelajaran tambahan dan pemantapan setiap sorenya, kegiatan club dihentikan khusus untuk murid kelas sembilan.

Celine mengeryit saat melihat Arville begitu seriusnya mengerjakan soal matematika. Padahal, saat ini sudah istirahat makan siang.

"Cel?" Tegurnya saat melihat Celine beranjak dari kursi sambil membawa kotak bekal. "Mau kemana?"

"Lantai tiga," Jawab Celine sambil berkedip bingung.

Arville melambaikan tangannya, seolah meminta gadis itu untuk mendekat. "Makan disini saja. Sepertinya aku tidak bisa ke atas hari ini."

"Aku tidak memintamu menemaniku makan siang, lho." Cibir Celine. "Kesulitan mengerjakan soal?"

Arville menggaruk kepalanya dengan tutup pena yang berada di ujung pena yang digenggamnya. "Sedikit,"

"Baiklah, biarkan yang ahli mengajarimu." Celine tersenyum geli mendengar ucapannya sendiri. Pena yang dipegang Arville pun diambil alih oleh Celine, beberapa kali pena itu bergerak cepat sampai akhirnya pena itu diletakannya di atas meja dengan senyum mengembang dari Celine. "Tadaa..."

Arville menatap takjub Celine, mulutnya menganga dan dia tampak tak bisa berkata apa-apa. "Celine, kamu beneran belajar matematika?"

"Eh?" Celine kebingungan juga, diliriknya jawaban yang tadi dikerjakannya. Celine optimis merasa yakin dengan jawaban itu. "Erm, entahlah, Charlos yang memberikan buku itu padaku. Bukunya sangat mudah di mengerti, lho. Mau lihat?"

Arville mengangguk, penasaran juga dengan buku yang dimaksud Celine. "Oh, dia membuat bukunya sendiri, eh?" Arville berulang kali membolak-balik buku itu. Lalu tanpa sengaja membaca note kecil di ujung halaman yang bertuliskan 'Semangat!' disana. "Dia pasti membuat buku paduan ini dengan serius," Gumam Arville.

Celine menopang dagunya. "Tidak juga. Dia membuat buku paduan ini hanya satu malam." Lalu menatap Arville dengan pandangan menyipit. "Orang pintar mah, beda ya?"

Arville mengangguk kecil, lalu membolak-balik kertas berulang kali. Tiba-tiba saja ia melotot dan menunjuk halaman yang baru dilihatnya. "Ini kan pelajaran matematika tingkat SMA, Cel. Pantas saja kamu bisa mengerjakan soal tadi." Arville berdecak kagum, "Temanmu itu pasti pintar sekali, ya kan?"

"Hm," Balas Celine pendek. "Dia selalu mendapat juara pertama dulu."

Celine tidak berbohong. Charlos memang selalu mendapat peringkat teratas. Dalam dunia malaikat, malaikat terpandai akan mendapatkan bros berwarna hitam mengkilap dengan bentuk bintang. Celine pernah sekali datang ke rumahnya dan melihat bros itu dipajang berdesakan di mading ruang tamunya. Celine nyaris memekik histeris saat melihat bros itu. Sebab, dia belum pernah sekalipun melihat satu secara langsung.

Ah, zaman yang berlebihan, pikir Celine sambil geleng-geleng.

"Kurasa aku akan makan dulu," Ucap Celine sambil berbalik kembali ke depan. Celine merasa harus berbagi sesuatu ke Arville secara tiba-tiba. Diperiksanya saku di roknya, lalu dikeluarkannya benda yang ada di dalam sana. "Ville, nih."

Arville mengernyit saat menerima permen itu. "Caramel? Aku tidak tahu kamu menyukai permen rasa ini."

"Adikku yang menaruhnya," Balas Celine usai mengunyah makanannya. Memang adalah kebiasaan bagi Dyne untuk meletakan permen rasa caramel di saku kakaknya, mungkin karena anak itu tidak menyukai caramel.

"Kamu punya adik?" Arville mengangkat alisnya. "Mengejutkan."

Tapi Celine hanya melanjutkan makan siangnya, tak menjawab apapun perkataan Arville. Pandangannya berhenti di buku paduan yang dikeluarkannya dari dalam tas. Dan Celine termenung cukup lama di sana.

*

Charlos memanfaatkan posisinya sebagai malaikat maut agar bisa menggunakan alasan melakukan pekerjaannya di dunia manusia. Meskipun Charlos tak menelantarkan tugasnya, dia tetap gencar mencari keberadaan Devaryo, malaikat yang pernah menjabat sebagai malaikat maut terkuat di dunia malaikat.

Charlos sudah mencari informasi tentangnya sejak mengetahui tentang dirinya, dan cukup banyak informasi yang bisa digalinya dari buku biografi, catatan rekor dan pengecekan tugas yang pernah ditulis oleh malaikat itu sendiri.

Sebenarnya, untuk mencari data itu sangatlah rahasia, namun Charlos yang bernotabene anak dari dua malaikat yang mendapat jabatan tertinggi di posisi mereka masing-masing pun diberi kepercayaan. Mereka semua percaya bahwa Charlos pasti bisa mendapatkan jabatan tertinggi di posisinya sebagai malaikat maut.

Menurut data yang dibacanya, Devaryo adalah malaikat terkuat di dunia malaikat. Kekuatannya bahkan lebih kuat dibandingkan tiga malaikat keseimbangan. Devaryo memilih menjadi malaikat maut karena menurutnya, menjadi malaikat maut lebih mudah daripada menjadi malaikat keseimbangan.

Jabatan Devaryo dicabut karena dia jatuh cinta terhadap seorang manusia. Devaryo jatuh cinta dengan gadis itu saat hendak melakukan tugasnya, tapi sang malaikat maut terkuat tak bisa mencelakakan gadis itu. Gadis itu pernah diramalkan akan membuat malaikat maut terkuat itu melakukan kesalahan, dan saat itulah kesalahan dimulai.

Tiga malaikat keseimbangan mencoba memperingati Devaryo, selain karena Devaryo telah melanggar garis takdir, dia juga telah melanggar garis kesalahan.

Tapi sang malaikat maut terkuat tak peduli, seberapa banyak maut dan rintangan yang terus diberikan bertubi-tubi kepada gadis itu, dia tetap akan melindunginya—sebagai sosok manusia.

Charlos menghela nafasnya. "Baiklah, bagaimana caranya aku bisa menemukan Bapak Devaryo itu, huh?" Gumamnya pada diri sendiri.

Charlos melaju penerbangannya dengan sayapnya dan juga bantuan kekuatan untuk menghilangkan diri, dan matanya menangkap sosok dua orang yang berjalan dengan arah yang berkebalikan dari jalur terbangnya.

Kepakan sayap Charlos berhenti, diperhatikannya dua orang itu dengan seksama.

Celine dan Arville.

Ah, sudah sedekat apa mereka?, pikir Charlos menggeram sendiri dalam hati. Dia bahkan pelan-pelan lupa dengan tujuan utamanya datang ke dunia manusia ini.

Tapi akhirnya dia tersadar saat melihat Celine menatapnya dari bawah sana. Tatapan matanya entah mengapa membuat Charlos langsung mempercepat kepakan sayapnya, menjauh dari sana dan melanjutkan tujuannya lagi.

***TBC***

7 Oktober 2016, Jumat.

A.N

Perkiraan, cerita ini bakal sampai chapter 13 aja kok (belum termasuk minus, lol) kalo total chapter 51, belum ditambah prolog, epilog, dan ekstra chapters (jika diperlukan).

Miris banget rasanya, masak Lost Memories menang dari DN dan Air Train ya? Padahal mereka duluan muncul (aih). Kuusahain sih DN dan Air Train tamat sebelum 2017.

Thehe, babay~


Cindyana

The Lost Memories [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang