Januari : Bagian V

230 15 0
                                    

Hari Rabu, aku menjemput Laura dan keluarganya. Aku tidak lupa mengajak Beny, temanku untuk membantu menjemput mereka. Persiapan pernikahan kami sudah hampir selesai. Aku pun memberi semua hal yang aku tahu kepadanya.

Aku tahu aku tidak akan pernah melupakan Vina, tidak akan pernah. Makanya aku tahu ini gila, aku harus mengatakan semua ini pada Laura. Aku tidak mau terjadi salah paham antara aku dengannya di kemudian hari.

“Kenapa kau mengajakku ke sini?” Tanya Laura.

“Kau suka tempat ini kan?”

“Tentu saja,” jawab Laura, “ada apa?”

“Ada satu hal yang ingin ku bicarakan padamu.”

“Serius sekali.”

“Ini memang serius,” kataku, “tetapi aku ingin tidak ada salah paham di antara kita.”

“Kau mau bicara apa sih?”

“Beberapa hari lalu aku bertemu dengan Vina.”

“Siapa Vina?”

“Mantan pacarku.”

“KENAPA???” Tanya Laura mulai sedikit emosi.

“Tenang dulu, biarkan aku bicara.”

“Iya, kenapa dengan mantanmu?”

“Ya, aku bertemu dengannya dua kali. Saat di pantai dan…”

“Apa yang kau lakukan, Jan?”

“Aku hanya makan siang, tapi ada yang akan ku beri tahu…”

“Cukup!!! Kenapa kau tidak pernah jujur padaku?”

“Justru aku ingin menceritakan padamu.”

“Soal mantan pacar?”

“Iya.”

“Kau tidak pernah bilang kau punya mantan pacar?” kata Laura, “Kapan kau pernah pacaran selain denganku?”

“Itu masa lalu.”

“CUKUP!!!” kata Laura agak tinggi, “Jadi kau pernah selingkuh?”

“Aku tidak pernah selingkuh.”

“Jadi,” tanya Laura, “sebelum kau pacaran denganku 10 tahun yang lalu, kau sudah pacaran sebelumnya?”

“Kita baru pacaran dua tahun.”

Laura mengeleng-gelengkan kepalanya.

“KAU GILA ATAU AKU YANG SUDAH GILA???”

“Aku tidak mengerti maksudmu?”

“Kenapa kau lakukan ini?” Tanya Laura hampir menangis, “hari sabtu kita akan menikah, sudah lebih dari 10 tahun kita pacaran, tapi kau tidak pernah jujur tentang gadis bernama Vina itu.”

“Kita baru pacaran dua tahun.”

“KAU SUDAH GILA!!!”

Laura berdiri lalu meninggalkanku sendiri.

Ada apa ini?

Kenapa semuanya jadi begini?

Semakin aku pikirkan, aku semakin tidak mengerti.

***

“Kau benar-benar tidak waras, Jan” kata Beny, “aku tidak tahu apa yang ada dipikiranmu, kenapa kau bisa membicarakan hal yang aneh, padahal besok kau akan menikah.”

“Aku hanya coba jujur saja. Supaya tidak ada salah paham, kau bantu aku menjelaskanya.”

“Tentu saja aku bisa bantu, tetapi aku masih bingung soal gadis bernama Vina itu?”

“Dia mantan pacarku.”

“Okey, jadi sebelum pacaran dengan Laura, kau pacaran dengannya.”

“Iya.”

“Kau pacaran dengan Laura sudah 10 tahun lebih, jadi kurang lebih SMA atau SMP kelas tiga. Jadi dia pacarmu sebelum itu?”

“Kenapa kau juga bilang aku pacaran dengan Laura sudah 10 tahun?”

“Kau gila atau tidak?”

Beny langsung membuka laptopnya, lalu menunjukan padaku beberapa fotoku dengan Laura.

“Kau ingin besok aku menampilkan foto kalian dari tahun pertama kalian pacaran bukan? Ini buktinya kalian sudah pacaran selama 10 tahun. Lihat ini…dan ini…dan ini…”

Beny menunjukkan kesemua fotoku dengan Laura. Semejak kami masih memakai seragam sekolah sampai sekarang ini.

Ada apa ini?

Ada apa ini sebenarnya?

PHILEO (I LOVE)Where stories live. Discover now