part 4

5.6K 585 8
                                    

Note:
Jika kalian sudah membaca update.an part 4 kemarin, silahkan di refresh dulu, part 4 yang ini sudah di edit, dan terdapat beberapa bagian yang berbeda dari sebelumnya.
Maaf yaa karena ada beberapa error. Happy reading ;)

Author pov

Suara flat shoes terdengar beradu dengan lorong lantai tiga gedung obgyn. Nindya keluar dari ruang bersalin dengan wajah lesu. Berjalan ke nurse station.

"Tumben lama persalinannya dok?", Nita yang berada di balik meja bertanya begitu Nindya sampai di depannya.

Nindya hanya mengangguk kecil lalu mendaratkan tubuhnya ke kursi empuk di depan meja. Sejak semalam dia belum pulang. Dan matanya sudah sangat menuntut untuk di pejamkan.

Seorang suster kemudian menghampiri Nindya yang tengah menumpukan dagunya di meja.
"Inget gajian aja dok, biar semangat"

Nindya mendengus pelan sambil melihat jam dinding yang tergantung di dinding bercat biru tosca. Jam setengah empat. Dan perutnya belum diisi jatah makan siang.

"Akhh, gimana mau hidup sehat, kalo makan nggak pernah teratur gini", omelnya.

"Mau kemana dok? Jadwalnya kan masih setengah jam lagi"
Nita mengingatkan ketika Nindya berbalik dan menuruni tangga.

"Kalo dokter Prabu nanya, bilangin yang setengah jam jatah makan siang", katanya dan segera berlalu.

Setelah berganti pakaian dan mengemasi barangnya, disinilah Nindya sekarang. Menyeruput es tehnya yang tinggal separuh, di depan selatnya sudah habis dimakan. Tidak banyak orang yang duduk di kantin ini. Maklum belum jadwal pulang, hanya dia dan dua orang wanita muda yang sepertinya sedang menjalani coas.

Ketika duduk sendirian seperti ini pikirannya tidak bisa tidak untuk kembali mengulang kejadian lima tahun lalu. Saat pertama kali dia bertemu dengan Syahna. Dia masih menjalani coas di rumah sakit ini, setelah jaga malam berlanjut tugas siangnya, sore hari dia selalu makan di kantin ini. Beberapa kali dia melihat Syahna yang duduk diam setengah melamun dengan perut membuncit. Tapi dia tidak pernah melihat kalau wanita itu periksa kandungan.

Suatu sore saat hujan mengguyur sedari Siang, dia memutuskan menunggu di kantin sembari reda, karna dia harus pulang naik bus ke kos. Entah apa yang mendorongnya menyapa Syahna waktu itu. Awalnya dia hanya basa-basi menyapa dan menanyakan apa yang bisa dibantu, karna raut Syahna saat itu terlihat pucat seperti sedang sakit.

Dari situlah awal perkenalan keduanya, bermula dari teman, menjadi sahabat, dan sudah seperti saudara baginya. Syahna menceritakan bagaimana kehidupan rumah tangganya, dia bercerai dalam keadaan hamil, dan tidak punya keluarga. Sempat terpikir untuk aborsi saat itu, tapi Nindya terus membujuk dan menemaninya, menyadarkan bahwa Syahna tidak sendirian.

Keduanya semakin dekat, Syahna kemudian mulai memeriksakan kehamilannya. Selepas melahirkan dia bekerja sebagai staff administrasi disini. Sejak pertama kali Ayya lahir Nindya sudah melihatnya, entahlah anak itu sudah seperti bagian dari dirinya. Sering Ayya menginap di tempatnya kalau dia sedang tidak ada shift siang. Mamanya juga mengenal baik Syahna dan Ayya, bahkan menganggap mereka sebagai anak dan cucunya sendiri.

Getaran ponsel di meja menarik Nindya dari lamunannya.

"Halo", katanya tanpa melihat siapa si penelfon.

"Besok kau ada waktu?"

Dilihatnya layar ponselnya setelah mendengar suara laki-laki yang tanpa basa-basi itu. Dia mendengus pelan setelah tahu siapa si penelfon.

"Kenapa memangnya?", tanyanya balik.

"Ayya minta ke kebun binatang"

"Lalu?"
Nindya dapat mendengar decakan kesal di ujung sambungan.

TogetherDonde viven las historias. Descúbrelo ahora