Two Worlds Apart (Five)

191 14 0
                                    

Setelah mengabarkan informasi tentang acara pindah besar-besaran itu, Ilham memutuskan untuk kembali ke dalam markas. Ia menaiki lift menuju lantai 8. Tepat ketika ia akan keluar lift, tubuh besar Dharma menghadangnya.

“ Ayah mau kemana?” tanyanya tanpa ekspresi.

“ Mau nyusulin kamu ke bawah, tapi kamunya udah naik duluan. Ya udah.”

Ilham menjajari langkah ayah tirinya itu. Mereka berdua berjalan dalam diam. Saat Ilham berbelok untuk masuk ke kamarnya, langkahnya terhenti oleh perkataan Dharma.

“ Ayah rasa ada seseorang di sini yang telah membocorkan rencana kita untuk menangkap Kiara Dirgantara, Ham. Dan mungkin orang itu akan melaporkan perpindahan kita ini.”

DEG! Jantung Ilham berdetak sepuluh kali lebih kencang mendengarnya. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah Dharma tahu bahwa informan itu dirinya. Namun, agar ayahnya tak curiga, ia langsung berbalik, berusaha menampakkan ekspresi datar dan dingin terbaiknya.

“ Siapa, yah?”

Dharma mengedikkan bahu, “ ayah nggak tahu siapa orangnya. Tapi ada beberapa orang yang ayah curigai,” jawabnya pelan.

Tubuh Ilham membeku. “ Siapa orang yang ayah curigai?”

“ Yah, beberapa anak buah kita, plus Kevin...” nada suara Dharma terdengar santai namun tegas, “ kamu tau, kan, Kevin udah naksir sama si Dirgantara bangsat itu sejak awal. Mungkin itu yang mendorong dia untuk melakukan pengkhianatan kepada kita.”

Mendengar penuturan ayahnya, Ilham merasa lega. Tetapi ada juga setitik rasa bersalah karena Kevin-lah yang menjadi sasaran kecurigaan ayahnya.

“ Tentu ayah nggak akan mencurigai kamu, Ham. Ayah percaya kalo kamu nggak akan melakukan hal bejat seperti itu.”

Rasa bersalah semakin menyengat Ilham. Dharma telah memberikan seratus persen kepercayaannya dan ia mengkhianati kepercayaan itu dengan cara menjadi informan polisi. Tapi mau bagaimana lagi, semua ini harus diakhiri sekarang juga.

Menyadari pemikiran tersebut, Ilham pun dengan mudah menyingkirkan rasa bersalahnya. Sudut bibirnya naik membentuk sebuah senyuman dingin.

“ Ya udah, kamu beres-beres, sana!” perintah Dharma sambil mengacak-acak rambut putra tirinya tersebut. Ilham mengangguk.

“ Iya, yah.”

                                                            ***

Sesuai dugaan Dharma, polisi datang untuk mengejar mereka. Untunglah ia telah membuat rencana lain. Ketika seluruh anak buahnya melarikan diri ke Bandung, ia membiarkan polisi mengikuti mereka, sementara ia, Rossa, Bara, Kevin, Ilham, dan Daniel bersembunyi sampai polisi yakin tak ada seorang polisi pun yang menyadari bahwa mereka masih berada di sekitar markas. Kini mereka bersembunyi di van yang diparkir agak jauh dari markas.

Kevin, Ilham, dan Bara ditugaskan untuk menjaga Daniel di bagian belakang van. Seperti biasa, tangan dan kaki Daniel diikat serta mulutnya disumpal. Bajunya yang tipis membuat tubuhnya menggigil kedinginan. Melihat itu, Kevin langsung memberikan jaket tebal yang dipakainya.

Bara mendengus. “ Lo kagak usah baik-baik sama dia, napa?”

Kevin menoleh, “ emang kenapa? Masalah buat lo?” tanyanya santai. “ Oh, jangan-jangan lo cemburu?”

“ Gila!” maki Bara sebal, “ gue gak bakal doyan sama orang macem lu!”

“ Eh! Biasa aja, ya! Gue juga ogah kalo disukai sama orang kayak lu!” bentak Kevin tak mau kalah. Ilham hanya menyaksikan pertengkaran dua makhluk ciptaan Tuhan itu dengan ekspresi datar, satu-satunya ekspresi yang dapat ditunjukkannya kepada semua orang.

Two Worlds ApartWhere stories live. Discover now