Friend, Forecasting, And Meet

2.9K 218 11
                                    

Taehyung yang baru saja menginjakkan umurnya yang ke delapan belas tahun di bulan Desember tahun lalu adalah seorang yang remaja menawan, masa pubertas nya membuatnya menjadi sangat mempesona, setidaknya satu atau dua teman kelasnya pernah menyatakan cinta padanya.

Tapi bagaimana mungkin sebuah fakta lucu mengatakan bahwa remaja manis berjenis kelamin laki-laki ini belum sama sekali berpacaran? Wajahnya manis terkesan cantik namun juga tidak kehilangan sisi tampannya, rambut coklat halus gelap lensa mata senada, bulat dan memiliki bulu mata panjang yang cantik, hidung dengan tulang tinggi, pipi berisi dan bibir penuh berwarna merah mawar.

Alasannya sudah jelas melihat bahwa dia bahkan hanya memiliki satu jenis teman, bernama Park Jimin, lelaki yang sedikit lebih pendek darinya, bertubuh bagus karena dia sering membentuknya, tampan juga manis. Suaranya lucu, tapi jika diam terlihat mengerikan tidak jauh dengan Taehyung.

Taehyung hanya menatap Jimin jengah karena terlalu malas untuk menegur bagaimana Jimin mencekik boneka singanya- beruntung itu bukan boneka singa kesayangannya.
Mengutuk boneka itu berkali-kali dengan membayangkan bahwa dia sedang mencekik temannya Kim Seokjin yang sekarang sedang berkencan dengan Min Yoongi.

Patah hati ceritanya.

"Jika itu rusak, kau harus membelikanku dua lagi yang sama persis seperti itu." Taehyung berkata tenang, intonasi biasa yang sering Jimin dengar, karena itu dia sadar bahwa sebentar lagi Taehyung akan menyeretnya ke mall untuk membeli dua boneka singa lagi.

Karena itu Jimin berhenti dan menggeram, lain kali dia akan membawa boneka sendiri. Tapi, dia mana suka mengoleksi boneka? Lihat bagaimana ukuran tubuh Taehyung yang lebih tinggi darinya? Memang dia imut tapi umurnya sudah berapa tahun sampai masih mengoleksi boneka?

"Kau sama menyebalkannya dengan boneka-boneka mu, Tae."

"Kau brisik." Taehyung menatap malas pada bungkusan kripik yang ikut berbaring di samping tubuhnya.

"Kalau begitu dengarkan aku dulu. Aku tidak mau jadi orang gila dengan terus hanya mengobrol pada bonekamu."

Taehyung akan selalu berkata 'katakan pada bonekaku, aku pasti mendengarnya.' Dengan memberinya boneka singa dan berbaring jauh darinya setiap kali dia ingin bercerita sesuatu. Entah apa yang membuat Jimin betah sekali berteman dengan Taehyung.

"Aku akan mengambilkan kripik lagi." Taehyung menyerah dan duduk. Dilihatnya wajah Jimin yang tidak lagi berbentuk seperti Park Jimin, maksudnya tidak ada tampan dengan hidung meler dan mata merah bengkak.

Tidak, Taehyung mual. Sebeginikah jika orang patah hati? Semengerikan terkena flu di malam natal.

"Ceritalah, aku tidak mau kau menginap lagi dirumahku."

Taehyung tahu Jimin pasti akan mengurung diri di kamar Taehyung sebelum Taehyung mau mendengarnya, itulah kekuatan Jimin yang membuatnya menjadi satu-satunya teman Taehyung sejak kecil, hanya Jimin yang bisa mendesak Taehyung.

"Aku patah hati."

Taehyung menghela nafas dan kembali tiduran dengan merentangkan kedua tangannya.

"Kenapa?"

Sudah tahu, tapi terpaksa dia bertanya. Ter-pak-sa.

"Aku sudah lama menyukai Yoongi-hyung, kami bertemu kembali di malam natal kemarin, dia menyapaku dan Seokjin hyung, dia tahu kalau aku menyukainya tapi dia malah meminta nomor ponsel Seokjin hyung, dan lagi.. kemarin mereka berkencan, Hoseok hyung kejam sekali."

"Seokjin mana-"

"-hyung."

"Seokjin-hyung mana tahu Jimin, kenapa kau tidak bilang saja?" Jimin melempar boneka singa Taehyung ke arah si pemilik yang kemudian bangun dengan wajah kesal, dasar tidak tahu diri, untung dia mau mendengarkan.

Last StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang