Five

12.4K 923 102
                                    

Darah mengalir diujung bibirnya. Air matanya mengalir deras. Kepalanya seperti mati rasa akibat tarikan Leo yang sangat keras.

"Wanita jalang sialan!" Umpat Leo kemudian masuk ke dalam kamar mereka.

Meninggalkan Fefe yang sedang menangis dengan luka lebam dibeberapa bagian kakinya karena dihempaskan Leo cukup keras.

Dengan sangat perlahan ia mencoba berdiri. Tetapi karena kakinya yang terasa sangat sakit dia tak mampu untuk sekedar bangun.

"Auwww.." Rintihnya kecil.

Namun sakit pada kakinya benar-benar tidak sebanding dengan rasa sakit dihatinya. Lelaki yang ia cintai tega menyiksanya hanya demi gadis yang juga mencintainya, tetapi tidak memiliki hak atas dirinya.

Lelaki itu keluar dari kamar mereka. Tak seperti wanita yang membawa kopernya. Kini ia sudah merubah kemejanya dengan polo shirt berwarna hitam.

Wajahnya terlihat lelah. Lelaki itu berjalan melewati Fefe seperti tak ada manusia yang sedang kesakitan disana.

"Leo.." Lirih Fefe. Sayang sekali, Leo tak mendengarnya. Mungkin mendengarnya, tetapi menghiraukannya.

Lelaki itu berjalan menuju pintu kemudian pergi meninggalkan Fefe.

Fefe yang tak mampu berdiri itu lantas mengesot untuk menuju kamarnya. Tak perduli dengan lantai kotor yang mengotori hot pants santainya.

Wanita itu berusaha naik ke ranjangnya dengan merambat kesisi ranjang. Kemudian duduk diranjang sambil menangis. Membiarkan darah menetes di sprei berwarna birunya.

Fefe tertawa miris. Menertawakan pernikahannya yang sial. Menertawakan kebodohannya. Menertawakan apa yang sudah dilakukan oleh Leo barusan.

~~~

Luka Fefe sudah lebih baik daripada tadi malam. Semalaman ia menangisi hidupnya yang tak cukup baik. Sejak ia dan Leo mengucapkan janji suci.

Fefe berjalan terseok-seok. Kakinya masih terasa sakit walaupun tidak sesakit kemarin.

Wanita itu butuh air dingin untuk mendinginkan kepalanya. Menjernihkan pikirannya. Semalaman ini Leo tidak pulang. Dan ntah keyakinan darimana ia yakin bahwa Leo tak akan pulang dalam waktu dekat ini.

Air dingin membasahi kepala dan tubuhnya yang sedikit memar. Sudut bibirnya juga meninggalkan bekas biru walaupun tidak begitu kentara.

Setelah mandi air dingin tersebut kini Fefe memilih kaos dan celana hot pants berwarna salem.

Wanita itu berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan. Hanya roti tawar dengan selai stroberi, sekedar mengganjal perut. Perutnya akan terasa sakit jika ia lapar.

Mencoba hidup tanpa adanya Leo memang sulit. Tetapi ia bisa mencobanya. Dia bisa mencoba menjadi kuat. Dia bisa. Ini tidak begitu sulit.

*ting tong*

Fefe berjalan dengan cepat dan berharap itu adalah Leo. Tetapi lelaki itu tidak akan menekan bel. Ia akan langsung membuka pintu.

"Mau apa kemari?" Tanya Fefe dingin.

"Ya Tuhan.. jangan sombong begitu kak. Walau bagaimanapun aku tetap adik kakak." Ucap Dylan santai kemudian menerobos masuk dan sengaja mendorong Fefe perlahan agar menyingkir dari pintu.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang