Chap 1

9.6K 427 12
                                    

Emily tersenyum saat melihat refleksi dirinya dalam kaca besar di sebuah ruangan yang serba putih. Ia tampak begitu manis dengan balutan Gaun warna putih yang melekat pas dengan lekukan tubuh indahnya.  Wajahnya tampak begitu bahagia dan senyumnya tak luntur sedikit pun. Hari ini −tepatnya 20 menit lagi, ia akan digiring menuju altar dan akan segera bersanding dengan Nathan−pemuda berwajah campuran dengan segala pesonanya− untuk mengucapkan janji pernikahan. Memikirkan Nathan saja, sudah membuatnya merona. Ia sangat mencintai pemuda itu.

Mereka, Nathan dan Emily, dipertemukan dalam sebuah perjodohan setahun yang lalu. Keluarga Emily dan Keluarga Nathan memang sangat dekat semenjak dahulu. Alih−alih menjadi partner, kedua belah pihak justru ingin menjadi besan. Maka dari itu, Emily yang notabene anak tunggal pun ditunangkan dengan Nathan. Lama mereka melakukan pendekatan, hingga Emily pun menyadari kalau ia mulai mencintai sosok lembut itu. Yeah, walaupun sebenarnya ia tak tahu bagaimana perasaan Nathan padanya. Ia hanya berharap untuk kebahagiaan mereka kelak. Ia yakin Nathan akan mencintainya jika mereka terus bersama.

"Emily, sudah saatnya sayang." Nyonya Raiskin-ibu Emily- berucap lembut dan tersenyum melihat anak semata wayangnya yang telah tumbuh dewasa sekarang. Emily tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu mengagumkan dan cantik. Wajahnya terlalu manis untuk disandingkan dengan gadis manapun. Ayah Emily pun datang dan gadis manis itupun menggamit lengan ayahnya. Saling melempar tatapan hangat sebelum akhirnya terdengar suara musik khas pernikahan disana.

Jantung Emily berdebar dengan sangat keras seiring langkahnya bersama sang ayah. Ayah Emily yang menyadari kegugupan putrinya langsung mengenggam tangan Emily hangat.

"Kau pasti bisa, sayang. Berbahagialah mulai sekarang." Mata Emily berkaca−kaca mendengar penuturan ayahnya. Maka dari itu, demi kebahagiaannya dan keluarganya, Emily mendongak −menatap lurus dan siap untuk menuju altar. Menemui calon suaminya.

Krieett

Dengan perlahan, pintu megah itu terbuka. Seluruh pasang mata langsung menatapnya. Membuatnya bertambah gugup meskipun senyumnya tetap sama, tak luntur sedikitpun. Mereka melangkah beriringan. Kakinya melewati kelopak−kelopak mawar berwarna pink disepanjang karpet warna merah marun itu. Mata indahnya menangkap keberadaan Nathan di atas altar sana, nampak gugup dan gelisah. Ia menyadarinya, Nathan... Pemuda itu tampak sedih di pernikahan mereka. Senyum Emily berubah menjadi kecut saat tangannya diraih Nathan. Tak ada kehangatan seperti yang diimpikannya. Ia justru merasakan kegundahan pemuda tinggi di hadapannya itu.

Apa Nathan menyesali pernikahan ini? Entahlah.

.

"emily Pricilia ,apa anda menerima Jonathan Roger sebagai pasangan anda? Berbagi suka maupun duka, menemani dalam keadaan sehat maupun sakit, bersama hingga maut memisahkan kalian?" Suara seorang pastur menggema diseluruh ruangan megah itu. Banyak diantara tamu undangan yang menahan nafas, menanti jawaban sang pengantin. Emily pun tersenyum amat manis, melirik Nathan sebentar kemudian mengangguk perlahan.

"Ya, saya bersedia."

"Jonathan Roger, apa anda menerima Emily Pricilia sebagai pasangan anda? Berbagi suka maupun duka, menemani dalam keadaan sehat maupun sakit, bersama hingga maut memisahkan kalian?" Emily kembali melirik Nathan dan pemuda tinggi itu tampak berkeringat dingin. Tatapannya sangat gusar dan sesekali melihat ke arah samping. Karena penasaran, ia pun mengikuti arah pandang Nathan dan menemukan seorang gadis berdimple menatap nathan dengan tatapan sendu.

Deg

Emily mengigit bibir bawahnya.

Apa ini? Apa dia kekasih Nathan? Kenapa mereka bertatapan seperti itu? Emily dapat merasakan jantungnya yang berdenyut sakit melihat interaksi dua anak berbeda gender itu. Ia tidak bodoh untuk bisa mengartikan tatapan penuh cinta itu. Mereka adalah sepasang kekasih, dan Emily telah merebut kebahagiaan mereka. Tapi kenapa harus dia yang merasakan sakit? Tanpa ia sadari, matanya berkaca−kaca dan menatap Nathan dengan tatapan memohon.

'Pilih aku, Nathan.Kumohon... aku mencintaimu.' Namun Nathan hanya menatapnya kosong. Tanpa ada tatapan penuh perhatian seperti biasanya. Jadi, selama ini hanya cinta sepihakkah? Pemuda itu tak pernah memiliki perasaan spesial padanya? Tangan Nathan memegang kedua tangan Emily dan meremasnya pelan. Ia memberikan tatapan penuh penyesalan pada Emily.

"Maafkan aku, Emily.Tapi aku mencintai orang lain."

Dan setelah itu Nathan berlari menuju gadis berdimple itu dan menggandengnya pergi. Para tamu langsung gempar dan ayah Nathan murka melihat anaknya yang berlari meninggalkan pernikahan ini. Teriakan demi teriakan memanggil nama Nathan dan menyuruh pemuda pirang itu berhenti hanya berlalu seperti angin. Nathan tak mengindahkan panggilan itu sama sekali, menoleh pun dia enggan. Emily yang menatap punggung itu hanya bisa meremas dadanya yang terasa sakit. Linangan air mata mulai menghiasi wajah cantiknya.

"Emily..." Ibu Emily memeluk Emily erat. Ikut merasakan betapa sedihnya gadis semata wayangnya.

"Kita akan tetap melanjutkan pernikahan ini." Tutur ayah Emily membuat kedua orang yang tengah berpelukan itu menegang. "Aku dan Roger-ayah Nathan- sepakat untuk menikahkan Emily dan Rean."

Deg

"A−Apa?" Mata Emily membulat sempurna. Hatinya bertambah sakit melihat ayahnya yang ternyata lebih mementingkan kesepakatannya daripada kebahagiaan Emily. Bagaimana mungkin dia akan menikah dengan Rean? Emily tahu betul kalau adik Nathan itu berbeda. Dia... dia mengalami keterbelakangan mental karena kecelakaan yang terjadi padanya beberapa tahun yang lalu. Tapi, disini perasaan Emily hanya untuk Nathan dan bukan Rean.

"Bagaimana mungkin kau menikahkan anak kita dengan ... Rean?" bisik ibu Emily seolah mengerti penolakan Emily dengan rencana gila itu. "Tidak... tidak. Kau hanya membebani Emily.Aku tidak setuju."

"Kita sudah berjanji untuk menggabungkan keluarga kita, dan aku tidak mau keluarga kita menanggung malu karena kejadian ini." Ayah Emily mencengkeram lengan Emily dan menyeret anaknya secara paksa. emily kembali menitikkan air mata. Ayahnya tidak pernah sekasar ini. Kenapa sekarang beliau sangat memaksanya? Kenapa? Ayahnya melepaskan cengkeraman itu setelah Emily kembali berdiri tepat di samping pemuda lain, yang sangat mirip dengan Nathan, namun memiliki sifat yang aneh.

Adik Nathan ini lebih pendek 5 senti dari sosok Nathan.Memiliki mata yang lebih bulat dari Nathan, alis yang cukup tebal, namun keseluruhan wajahnya sangat mirip dengan kakaknya. Selalu menundukkan wajahnya pada orang yang tak dikenalnya. Rambutnya coklat bergelombang dan tatapan matanya begitu polos. Lelaki yang lebih tinggi sekitar 9−11 cm dari Emily itu mengenakan setelan kemeja putih, jas kotak−kotak berwarna abu dan hitam, celana kain hitam panjang serta dasi kupu−kupu. Di hidungnya bertengger kacamata bulat aneh yang melengkapi penampilannya. Benar−benar berbanding terbalik dengan sang kakak yang merupakan seorang cassanova.

Rean tampak berdiri kaku, dengan ekspresi takutnya. Wajahnya tampak begitu gugup dan dia menatap Emily dengan badan yang sudah gemetar. Emily muak melihat sikap lelaki idiot itu. Tatapan mata Emily berubah menjadi dingin dan penuh kebencian. Membuat Rean beringsut mundur namun ayahnya mendorong punggungnya secara perlahan untuk kembali berhadapan dengan Emily.Mata Rean berkaca−kaca, persis seperti seorang anak kecil yang ketakutan melihat bayangan kain putih yang dianggap hantu.

Mau atau tidak, cincin emas putih dengan satu mata berlian itu sudah melingkari jari masing−masing. Tak ada ciuman dalam sesi pernikahan karena Rean tidak mengerti akan hal itu. Ia masih memberikan tatapan takutnya pada Emily sedangkan Emily tetap menatap pemuda itu dingin. Sorak sorai para tamu berbanding terbalik dengan perasaan Emily. Ia sakit, ia benci, dan ia murka atas kesepakatan sepihak antara ayahnya dan keluarga Rean. Rasanya Emily ingin sekali mencekik pemuda idiot di depannya. Ia benar−benar sangat malu harus menjadi istri seorang Rean Danuarta dan bukan Jonathan yang sempurna itu.

Ia tak bisa membayangkan, semengerikan apa hidupnya setelah ini. Mengurusi pemuda idiot itu seorang diri di rumah besarnya nanti? Oh,Hell's coming.

••••

ini adalah cerita pertama sya, jdi maklum klo jauh dri kata sempurna
Klo suka voment ya♡

Normal?Onde histórias criam vida. Descubra agora