MUN; Satu

389 23 6
                                    

Semester 7

CENGKLING!!

"Adek ini kebiasaan yah, makan ngadep hape..." Mama yang sedang mengunyah roti tawarnya menegurku. Aku juga sih yang salah. Seharusnya waktu sarapan adalah quality time dengan keluarga. Apalagi ini hari Minggu. Tapi aku hanya membalasnya dengan cengiran minta maaf sambil kemudian membuka pesan yang muncul di layar hapeku.

--------------------
Rama
Aku di luar
--------------------

"Ma, aku duluan yah, Rama udah jemput nih!" ucapku sambil mengunyah rotiku buru-buru. Setelah mencium tangan mama, aku segera mengambil helm dan keluar menemui Rama. Rama sudah berpakaian rapi menunggu di atas motornya.

"Hai Ram, lama ya?" tanyaku basa-basi.

"Enggak kok, biasa aja. Kemeja baru ya?" Pertanyaan Rama kujawab dengan gelengan kepala saja. Rama juga berbasa-basi.

"Ayo naik! Kok malah bengong." Sejurus kemudian aku sudah berada di belakang Rama. Aku sendiri bingung melamunkan apa sampai lupa kalau Rama sudah menungguku.

Seingatku ini baru ketiga kalinya aku dibonceng Rama setelah kita 3 tahun sekelas. Rasanya aneh. Masih belum terbiasa. Hanya saja, karena kami harus menghadiri acara yang sama maka Rama menawarkan diri untuk menjemputku pagi ini jam 8 tepat. Kata Rama acara dimulai setengah sembilan. Padahal dari jadwal yang aku dapat seharusnya acara dimulai pukul 7.30. Dan dia telat 10 menit, which means kita sudah terlambat 40 menit dari rundown. Tapi ya sudahlah. Mungkin rundownku yang tidak updated. Mana berani aku menyalahkan anak paling pandai di kelas. Informasinya biasanya dapat dipercaya.

Aku pasrah saja.

***

Tiga puluh menit kemudian kami sampai di venue. Sebuah hotel bintang 4 di bilangan pusat kota. Kami bertanya arah ruang yang akan kami pakai pada petugas security yang berjaga di dekat lobi. Benar saja, sesampainya di depan meja registrasi, kami sudah disapa panitia yang merupakan adik tingkat kami.

Aku koreksi. Bukan kami, tapi lebih tepatnya Rama saja yang mereka tegur.

"Hai Kak Rama!" sapa salah satu dari mereka. Aku lupa namanya.

"Hai Kak Rama! Kok baru dateng? Seminarnya udah mulai lohh!" ucap yang lainnya. Oh aku tau. Namanya Dian. "Ya udah, isi daftar hadir dulu ya, Kak!" instruksi Dian sambil menunjuk kertas yang harus kami tanda tangani.

"Oh ya? Wah aku telat dong?" desah Rama sok ganteng seakan menyesal sambil menandatangani presensi atas namanya.

Aku hanya bisa memutar bola mata. Kayanya kemarin aku sudah bilang deh...

"Loh, kok namaku tidak ada ya?" seruku membolak-balik kertas yang tadi ditandatangani Rama.

"Masa sih? Sini.... nama kakak siapa?"

What? Bahkan adik kelas di depanku ini tidak tau siapa nama kakak tingkatnya! Oke, aku memang tidak terkenal dan tidak terlalu suka memperkenalkan diri, apalagi mengobrol dengan orang baru. Aku memang agak introvert. Tapi jahat sekali dia tidak mengingat namaku. Jurusanku hanya ada lima angkatan dan hanya satu kelas tiap angkatan. Aku angkatan dua dan dia setahun tepat di bawahku. Aku saja tau namanya Dian!

"Oh, Kakak yang ini beda ruang dengan Kak Rama, Kak Rama nanti seruangan dengan Kak Aby, sedangkan kakak yang ini di ruangan satunya. Beda chamber," Ucapnya sambil menyodorkan daftar hadir untuk ruanganku. Aku segera membubuhkan tandatanganku di kertas itu. Setelahnya aku dan Rama mendapat name tag yang di dalamnya ada gambar bendera negara yang kami wakili.

University of Life: MUNWhere stories live. Discover now