:: baik ::

1.2K 150 2
                                    

Ujian semester seminggu lagi dan itu artinya aku harus belajar lebih giat. Aku paling benci dalam urusan belajar, apalagi pelajaran bahasa asing yang membuatku begitu asing dalam kelas. Lalu ada matematika, siapa bilang sekumpulan angka itu menyenangkan?

Mungkin satu-satunya pelajaran kesukaanku adalah musik dan olahraga. Um sebenarnya aku tidak terlalu menyukai olahraga, aku lebih baik berbaring dan tidur di rooftop sekolah daripada harus berkeringat berlari di lapangan. Tapi kalau berlari di sekitar koridor untuk mengejar Jungkook sepertinya sudah menjadi rutinitas.

Atap sekolah memang menyenangkan. Kadang aku bisa berpikir jernih di tempat setenang ini. Mengingat beberapa hari terakhir aku terus dihantui bayang-bayang gadis pengirim surat cinta langganan itu.

Seolah-olah tubuh mungil, bibir tipis dan matanya yang kecil itu terus menetap dalam benakku.

"Hyung! Apa yang kau lakukan?"

Argh. Dasar anak nakal. Jeon Jungkook dengan cengiran kelincinya berjalan ke arahku. Di tangannya menggenggam dua buah kotak susu. Aku langsung menyambarnya ketika ia menempatkan bokongnya di sisiku.

Jeon Jungkook selalu mengikutiku. Sejak kecil. Kadang aku risih karena ia terus mengganggu ketenanganku. Maksudnya, ketika aku ingin sendiri dia pasti selalu ada di sekitarku. Namun ternyata kehadiran Jungkook sebagai sepupuku sangat menyenangkan. Contohnya, hanya dia yang mengetahui semua rahasiaku.

"Kau pikir aku sedang menanam tanaman disini? Harus sekali kau bertanya aku sedang apa?" Aku memukul kepalanya pelan dengan sketchbook yang ada di genggamanku.

"Untuk apa hyung punya sketchbook? Kau bahkan tidak bisa menggambar stickman." Jungkook menyambar benda yang sejak tadi kucoret-coret itu.

"Whoa, daebak! Kau begitu memikirkannya sampai membuat stickman model baru seperti ini?"

Memangnya aku menggambar apa? Hanya manusia botak dengan tubuh segaris saja kan?

Kulongokkan kepalaku ke arah buku itu dan melihat tulisan... ku? Sungguh?

Aku tidak menyadari kalau aku telah menulis; kulit seputih susu, rambut lurus jatuh, bibir mungil, dan tubuhnya yang terlalu kecil.

Dapat kudengar suara Jungkook tertawa sangat keras sekali. Aku hanya memutar bola mata malas dan menunjukkan satu kalimat terakhir di buku itu, aku sedikit memaksa membuat Jungkook melakukan itu karena memang bukan seperti itu maksudku!

"Lihatlah aku menulis kalau semuanya itu menyebalkan! Lihat Jungkookie, aku tidak menyukainya!"

Jungkook terus tertawa lalu mengembalikan bukuku. "Hyung, aku tau. Tapi kenapa kau harus sampai menggambarnya? Lagipula aku tidak bilang kau suka padanya, aku hanya bilang kalau kau memikirkannya."

"Terserah." Aku bangkit dan melenggang pergi meninggalkan Jungkook yang mulai berjalan mengejarku di belakang.

"Tunggu aku Hyung! Mengapa kau marah padaku?"

"Sesukamu saja."

"Katakan saja kalau kau memikirkannya!"

Argh menyebalkan. Bocah itu terus meneriaki namaku sepanjang aku berjalan di koridor.

"Taehyung! Kim Taehyung! Jangan berjalan terlalu cepat." Jungkook kini berlari dan langkahnya hampir menyamaiku. Aku tidak terima dia bisa mengejarku!

Aku ikut berlari dan tawaku lepas begitu saja, seolah aku telah melupakan bahwa aku sedang marah padanya.

Ohya, Jungkook akan memanggilku tanpa embel-embel Hyung ketika berada di tempat ramai. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan kalau teman-temanku tahu aku pernah tidak naik kelas.

Kami terus berlari sampai rasanya aku seperti menabrak sesuatu dan itu menghentikkan langkahku.

Sialnya, aku menabrak seorang siswa dan dia langsung berteriak dan merengek. Ugh memangnya aku menabraknya sangat parah?

Aku refleks berjongkok dan mengulurkan tanganku ke arahnya, kata maaf tak hentinya aku ucapkan sampai ia mengangkat wajahnya yang semula tertutup oleh rambut panjangnya.

Dan detik itu juga rasanya aku mau mati di tempat.

Jungkook sepertinya sudah kabur dan meninggalkanku. Memang bocah itu selalu menjadikanku tumbal. Padahal kan aku berlari karena dia.

Gadis tadi, yang kutabrak itu, ia malah terdiam dan memandangi wajahku kaget. Sama kagetnya denganku.

Ah kusebut apa ya? Aku tidak tahu namanya. Yang jelas dia itu si gadis pengirim surat cinta langganan yang mengejarku dan menghantui pikiranku sejak beberapa minggu lalu.

Dari sekian banyak anak perempuan di sekolah ini, kenapa harus dia? 

"A-ah, maaf aku tidak sengaja." Aku berucap pelan dan masih mengulurkan tanganku ke arahnya. Namun ia tidak bergerak, ia kembali memandangi kakinya yang sepertinya sangat terasa sakit dan tidak menggenggam tanganku. Aku diabaikan?

Pandanganku beralih menuju kakinya dan ketika itu aku langsung benar-benar membulatkan mataku. Aku bahkan tidak sadar kalau aku bukan hanya menabrak gadis itu.

Aku menabrak seperangkat alat kebersihan yang terdapat barang berat di dalamnya. Lalu tentunya hal itu membuat gadis di hadapanku basah kuyup dengan cairan menjijikan dan bau itu, tapi parahnya bukan itu.

Benda besar yang berisi banyak benda bergagang panjang itu menimpa kaki mungilnya. Benda itu seperti keranjang dan beroda, pergelangan kaki gadis itu tersangkut di antara kaki beroda dan besi penyanggahnya.

Kim Taehyung, kau bodoh!


  ❀ psychoxls 14 Nov '16 ❀   

Hope 🌸 kthWhere stories live. Discover now