Eighteen

2K 66 0
                                    

Iza

"ini buat lo"

Sebuah benda berbentuk kotak disodorkan Bastian ke gue tepat 15menit sebelum Tahun berganti, gue udah berkumpul bersama keluarga besar Erik di Bandung dan beberapa keluarga gue juga termasuk Bastian yang katanya jarang kumpul di Indonesia dengan Chealsy. Gue udah tebak selain kedua nyokap bokapnya pisah dan lamanya Bastian di Amrik buat dia pikir panjang merayakan Tahun Baru di Indonesia. Disini pertama kalinya Bastian, Chealsy kakanya juga ibunya berada diantara gue dan keluarganya. Tidak dengan kehadiran Bokap Bastian sibuk berada di Amrik dan akan berkunjung lusa merayakan juga bersilaturahmi dengan keluarga disini, gue juga udah cukup deket sama Chealsy. Gapernah tatapan kagum gue berubah ketika melihat tampilan kasual dari Chealsy, dia selalu tampil menarik senyum gembira dan bawel darinya buat semua orang takpernah akan merasakan bosan berlama-lama dekat dengannya.

"ini apa?"

gue tersadar ketika Bastian hanya tersenyum memberi kotak itu. Disini dipuncak dingin yang menarik gue duduk berdua dengan Bastian, gaterlalu jauh dari semua kerabat Bastian yang asik menantikan Tahun berganti. Mereka sedang bersiap-siap menghitung mundur.

"gue kan nggak lagi ulang tahun bas?" tanya gue memperhatikan kotak terbungkus itu.

"gue tau, tapi ini udah masuk ke enam bulan kita jadian za"

ya ini memang memasuki ke enam bulannya gue sama Bastian jadian, disaat ini pula gue buka kotak itu. Taraa!! Gue buka kotak yang ternyata itu kotak musik, didalamnya muncul sepasang boneka perempuan dan laki-laki berdansa mengelilingi alunan lagu diantara tebaran salju putih.

"ini keren bas" gue terus memperhatikan kotak musik itu.

"za, bas ayo! 3menit lagi kita hitung mundur bareng" dari kejauhan sana suara Chealsy bergeming melambaikan tangan.

Gue sama Bastian bergandengan tangan menuju keramaian disana, mereka sudah bersiap dengan trompet dan segala macam hingga waktunya tiba "5.. 4.. 3.. 2.. 1.. HAPPY NEWYEAR!!" sorak sorak semua penghuni membunyikan terompetnya, bunda dan ayah saling berpelukan, semuanya bahkan taksatupun diantara kita yang melewatkan saling peluk gembira juga ditambah langit-langit malam bertaburan ledakan kembang api yang sangat indah.

"i love you za.." bisikan kecil itu terdengar ditelinga gue, seseorang memeluk gue hangat dan gue sadar suara itu ketika hilang ditengah kebahagian banyak orang juga pelukan itu tidak terasa hangat lagi.

"iza! Happy Newyear baby.." peluk Erik seketika mengangkat pelukan gue memutar sebentar karena teriakan panik gue atas perlakuannya.

Berganti setelah itu pada bang Ozy, Eza, Chealsy yang sangat terlihat semangat, bunda, ayah dan lainnya hingga terakhir gue berpeluk hangat dengan mom Bastian. Lama cukup lama membuat gue nyaman dan dekat.

Dimana Bastian? Setelah hitung mundur gue galiat dia disini bersorak-sorak dengan yang lainnya, padahal acara puncak BBQ sudah akan dimulai tapi kenapa tiba-tiba Bastian menghilang?

"tante Bastian mana?" tanya gue disaat melihat mom Bastian sibuk mengobrol dengan bunda.

"sayang Bastian tadi pamit ke belakang mencari obat pusing katanya, coba kamu liat tante kawatir" tersirat kegelisahan dari wajah mulusnya, rambutnya yang disanggul rapih dengan dress selutut dipakainya sangat terkesan muda.

Gue mencari keberadaan Bastian diruang utama tapi gada, didapur juga gada, dikamarnyapun gada, terakhir gue liat sepasang sepatu bergerak pelan berselonjor diruang tamu dan menemukan Bastian merebahkan dirinya di shofa panjang dengan mata tertutup.

Gue mendekat pelan takut membangunkan Bastian yang terlelap, duduk disampingnya memperhatikan gerak setiap dia tertidur. Gelisah, iya Bastian tidur dengan gelisah dan tadi momnya bilang Bastian mencari obat pusing, apa dia sakit? Kenapa gue gatau? Sejak tadi Bastian baik-baik aja.

"iza? Sejak kapan lo disini?" tubuh Bastian kembali duduk tegak menatap ke arah gue yang memperhatikannya dari tadi.

"baru aja, lo sakit?" gue menyentuh keningnya sedikit hangat dan beberapa keringat keluar didahinya.

"gue cuma pusing sedikit, udah gapapa kok"

"lo istirahat aja kalo gitu"

"lo temenin gue ya"

"manja lo"

"tapi lo mau kan?" godanya.

"nggak!"

"ya!"

"maksa lo!"

"biarin. Udah sini pijitin gue" Bastian narik tangan gue kebahunya, seenaknya dia nyuruh gue buat mijitin dia sedangkan gue melayani dia kaya tuan raja aja.

"awawaw za pelan, sakit nih"

"tadi mintanya ditemenin, bukan mijitin!"

"haha iyaya yaudah, sini lo duduk aja lagian pijitan lo nambah sakit badan gue aja"

"apa? Ish nyebelin."

akhirnya gue sama Bastian ngobrol berdua didalem rumah, sedangkan yang lain asik berhura diluar menanti BBQ yang tercium harumnya sampai ruang tamu. Gue ganiat makan apa lagi malem gini bisa gendutkan gue haha, lagian Bastian juga dari tadi cuma ngebahas obrolan ringan sama ganiat makan juga kaya gue.

Udah jam setengah dua gue masih berjaga di ruang tamu, kebanyakan orang masih diluar taman. Sampe gasadar gue menyenderkan kepala dibahu Bastian asik mainin game di PSP milih Erik dan ketiduran.

-------------------------------------------------

Bastian

"za tangkeptuh penjahatnya!"

GAME OVER! Tulisan itu mengakhiri permainan yang sedari tadi Iza heboh teriak-teriak bikin panik dan tegang main sebuah perang-perangan dari PSP milik Erik.

"yah za lo telat jadi kalah.." kata gue masih dalam diam iza ga bicara. "za? za? Yah lo tidur, gue yang minta ditemenin lo yang tidur ckck" gue melirik iza yang terlelap tidur dibahu gue manis banget.

Gue menarik nafas sebentar mengingat tadi rasa sesak nafas gue kambuh satu jam lalu, gue tutupi rasa sakit itu tidur sebentar taunya udah ada iza samping gue, gue gamungkin bilang keadaan gue yang jadi sering lelah. Pasti mom sama Iza kawatir dan itu gue gasuka buat orang khawatir mikirin gue, ini tahun baru dan gamau gue mengganggu kesenangan mereka.

Gue mengibaskan pelan rambut yang menghalangi wajah Iza pelan, dia tertidur lelap manis semanis gula dibanding gulapun Iza lebih manis. Oke gue mulai lebay, tapi cewe ini udah buat hati gue gakaruan kalo dideket dia, dan rasa sayang gue semakin dalem. Pipi merahnya gue elus pelan supaya tidurnya gakeganggu, maunya gue gendong ke kamar dan nidurin dia disana karena tidur dishofa pasti buat badannya sakit nanti. Tapi gue masih pengen terus dia meluk gue dalam keadaan tidur gini jadi egois kan gue malah buat Iza tidur dipundak tapi memberikan ruang buat lehernya bertumpu dilengan gue supaya dia bangun lehernya gakerasa sakit.

Gue mengecup keningnya lama buat Iza bergerak gelisah.

"Bastian..." iza manggil gue? Dia ngigau mimpiin gue? Yaampun ngegemisin banget sih lo za.

"gue disini za" kata gue mengelus rambutnya pelan, menenangkan dia yang kembali tenang.

Semakin gatega gue ngelepasin Iza buat tidur sendiri ditengah keramaian orang yang masih asik diluar sana. Nggak lama gue ikut terlelap memeluk Iza merasakan ketenangan tidur disampingnya.

Hai ketemu di liburaaann!!! Makasih yang udah mau baca cerita asal aku ya huahaha. Please comment dan vote kasih aku saran biar ceritanya ngalur ya gampangkan jangan pelit oke! Kecup kecup :* :*

Tears of regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang